PUBLIK, terutama di jagat maya tak mengenalnya sebagai tukang insinyur pencari minyak. Laki-laki kelahiran Yogyakarta, 12 Maret 1963 ini lebih masyhur sebagai “tukang dongeng”. Rovicky Dwi Putohari mengampu blog “Dongeng Geologi” yang dibuatnya sejak 1998 lalu. Saat itu masih alakadarnya. Formatnya html yang hanya melulu berisi tulisan, tak bisa dipercantik gambar ataupun grafik.
Sejak itu, dia menulis nyaris tanpa jeda. Mengabarkan apa saja tentang geologi. Saat sedang di luar negri pun, ia tak absen. Saat mendongeng tsunami yang menghantam Aceh 2004 silam, dia sedang bekerja di Kuala Lumpur. Tulisan di blognya ketika itu menjadi referensi utama, diburu pengunjung yang ingin tahu lebih dalam tentang tsunami.
Rovicky lancar menulis karena sudah menyenanginya dari dulu. Semasa sekolah menengah dan kuliah, dia kerap mengirimkan tulisan ke berbagai surat khabar. “Lebih banyak gak dimuatnya,” ujarnya ngakak. Tapi dari situlah, dia belajar menulis yang menarik untuk konsumsi publik. Kata Rovicky, editor surat khabar dulu masih rajin-mencoratcoret naskah yang tidak dimuat dan menunjukkan kekurangannya di mana. Ketelatenan itu tak didapatnya sekarang. Kini sekadar pemberitahuan apakah naskah dimuat atau ditolak.
Seperti laiknya pendongeng, Rovicky menulis dunia geologi dengan bahasa yang sederhana. Dia tahu persis seorang pendongeng harus mementingkan audiennya. Barangkali karena itulah “Dongeng Geologi “ menjadi popular. Sudah jutaan orang mengunjunginya. Blog ini selalu dijadikan rujukan informasi saat bencana terjadi. Hitnya langsung berada di atas. Saat Gunung Kelud meletus beberapa waktu lalu, blognya dikunjungi tak kurang dari 90.000 pengunjung.
Rovicky menulis berbeda dengan yang tersaji di media massa, yang kerap menonjolkan dramatisasinya. Ia lebih mengungkap mengapa sebuah bencana terjadi dan bagaimana menyikapinya.
Saking seringnya bersinggungan dengan persoalan bencana, Rovicky tertarik dan ingin menekuni pendidikan kebencanaan untuk S3, melenceng jauh dari pendidikan sebelumnya. Rovicky menamatkan pendidikan S1 di jurusan Geologi Universitas Gadjah Mada pada 1983 dan S2 pada Jurusan Geofisika UI tahun 1998. Ia merasa pendidikan kebencanaan di Indonesia belum banyak dilirik. Yang ada masih tambal sulam, nyaris tanpa konsep. Ketika tsunami selesai, bidang ini diajarkan di semua sekolah, tak peduli ada laut atau tidak. “Siswa SMA di Kalimantan dipaksa belajar tsunami. Padahal melihat laut saja belum pernah,” ujar Rovicky. Seharusnya pendidikan kebencanaan disesuaikan dengan karakter khas masing-masing daerah.
Apakah Rovicky akan pensiun sebagai geolog? “Seorang geolog tak mengenal pensiun. Lagipula dari situ saya cari duitnya,” ujar Rovicky yang mengaku tak berniat me-monetisasi blognya meski peluangnya ada. “Biar saja seperti sekarang. Cari duitnya saya dari migas saja,” ujar Rovicky. Ia dengan senang hati merelakan jika media massa mau memindahkan tulisan di blognya ke halaman cetak, tanpa kompensasi apapun.
Apakah erupsi beberapa gunung berapi yang terjadi belakangan berpengaruh pada kondisi geologis Indonesia, khususnya cadangan migas ? Apakah perlu adjustment terhadap data-data eksplorasi?
Aktifitas tektonik serta aktivitas gunungapi tidak secara langsung dan serta-merta memengaruhi kondisi dan tatanan geologi. Kondisi geologi Indonesia ini dibentuk dalam ribuan bahkan jutaan tahun. Sehingga terjadinya proses geologis (gempa dan gunung api) tidak serta-merta mengubah tatanan geologi didaerah itu. Struktur lapangan serta pengisian cadangan migas di dalam jebakan lapangan-lapangan migas diperkirakan terkumpul dalam periode waktu ribuan dan jutaan tahun. Kita tidak perlu risau adanya perubahan tatanan dalam skala lapangan, juga mungkin tidak signifikan perubahan cadangan migas yang sudah diketemukan.
Walaupun secara teoritis adanya getaran-getaran gempa ini dapat meningkatkan perolehan migas. Di Indonesia juga kebetulan lapangan-lapangan migasnya tidak berada pada daerah dengan tektonik aktif maupun patahan aktif ini sehingga dampaknya tidak signifikan. Namun dengan adanya aktivitas tektonik serta aktivitas gunung api ini memberikan tambahan pemahaman kondisi geologi regional daerah itu. Misalnya, diketahuinya patahan-patahan aktif serta pergerakan lempengnya menjadikan ahli struktur geologi regional dan tektonik mudah mengetahui dan mengoreksi bila perlu dengan lebih baik. Pengetahuan inilah yang memberikan ilmu serta pemahaman baru dalam merekonstruksi ulang kondisi masa lampau saat terbentuk dan terkumpulnya migas di dalam jebakan.
Sumber Majalah Energia :
Filed under: Dongeng Geologi | Tagged: bencana migas, Dongeng Geologi | 7 Comments »