Anjloknya harga minya beberapa tahun yang lalu diduga disebabkan karena banjirnya migas dari Shale Gas dan Shale Oil yang diproduksi oleh Amerika Serikat. Indonesia tentunya banyak migasnya, juga banyak shale gas dan shale oilnya. Apa iya ?
Apa sebenarnya Shale Gas itu ?
Terbentuknya migas.
Seperti yang pernah ditulis disini tentang Proses pembentukan minyak bumi, terlihat bahwa migas terbentuk secara simultan, tidak dapat terpisahkan dengan mudah. Karena minyak dan gas dapat dihasilkan oleh “dapur” yang sama.
😦 “Pakde aku lupa terbentuknya seperti apa ya ?”
😀 “Ya baca lagi di link itu saja, Thole. Tulisan itu sudah banyak masuk dalam buku diktat pelajaran SMA looh”
Migas terbentuk dan migrasi atau berpindah dari dapur minyak ke jebakan dan terperangkan di sebuah lapangan minyak atau gas.
Dari gambar diatas kita tahu bahwa migas yang ada dibawah sana secara konvensional diambil dari jebakannya. Tentunya minyak yang dihasilkan oleh dapur dan minyak yang diketemukan dan diambil dari jebakan tidaklah sama jumlahnya. Ada migas yang hilang, ada yang tidak terambil dan bahkan kita tahu ada migas yang tertinggal didalam dapur.
Nah migas yang masih berada di dapurnya inilah yang dimaksud dengan SHALE GAS ataupun SHALE OIL.
Migas yang tertinggal sebagai GAS (Shale Gas) maupun Minyak (Shale Oil) jumlahnya jauh lebih besar ketimbang yang terperangkap dan sudah diproduksikan hingga saat ini.
Karena alam tidak mampu mengeluarkan semua migas yang dihasilakn oleh dapurnya, tentusaja jumlah migas yang masih tertinggal didalam dapur sana masih sangat banyak. Menurut perkiraan, migas yang masih tertinggal dibawah sana dapat berjumlah 10-20 kali migas yang sudah diproduksikan dari dalam jebakan selama ini.
Bagaimana diketemukannya Shale Gas di Amerika ?
Dibawah ini gambaran sejarah bagaimana Amerika telah bertungkus-lumus sehingga mampu membuat produksi minyaknya meningkat tajam di melenium ini.
Gambar diatas memperlihatkan bahwa Amerika telah mengetahui potensi ini sejak tahun 1953. Melakukan riset hingga 20 tahun untuk meyakinkannya, dan melakukan eksplorasi dan mengkonfirmasikan tehniknya setelah (16+11) tahun. Produksi shale gas dan shale oil meningkat tajam setelah tahun 2010-an. Jadi perlu riset penelitian dan usaha yang perlu diperhitungan dengan matang sebelum memproduksikan.
😦 “Lah iya Pakdhe. ga ada yang gratis laah. terus berapa lama shale gas di Indonesia bisa diproduksikan ?”
😀 “Ya perlu usaha dan keringat, tidak hanya membuat aturan dan kebijakan pemerintah saja. Thole”
Migas non-konvensional ini tidak diambil seperti layaknya mengambil minyak yang konvensional yang tinggal disedot. Migas non-konvensional ini berada pada batuan serpih (shale) sehingga batuannya perlu dipecahkan (fracking). Saat melakukan produksinyapun berbeda. Itulah sebabnya pernah dituliskan disini: Mengapa Shale Gas di Indonesia Sulit Berkembang ?
Kesuksesan membuat rekahan inipun terus berlanjut, sebelumnya rekahan hanya kecil sehingga hanya molekul gas yang keluar (menghasilkan SHALE GAS), namun dengan berkembangnya tehnologi maka molekul minyak yang lebih besarpun akhirnya mampu dikuras dari dapur (menghasilkan SHALE OIL).
Potensi migas yang tertinggal jauh lebih banyak dari yang sudah diketemukan hingga saat ini.
Kalau melihat jumlah potensinya tentusaja jumlah migas unconventional memiliki potensi jauh lebih besar dari yg konvensional selama ini. Ini tentunya menjadi iming-iming ditempat lain. Karena setiap migas yang diketemukan pasti ada dapurnya yang masih meninggalkan potensi untuk dikuras dan diperas lagi.
Namun harus diingat bahwa untuk bisa memproduksikannya perlu usaha, dana, keampuan tehnis dan WAKTU. Amerika saja membutuhkan waktu sekitar 50 tahun sejak diketahuinya potensi ini.
Filed under: Dongeng Geologi | 4 Comments »