“Mining Policy” : Obrolan santai Ketua IAGI dan Ketua PERHAPI


InPengKonKetika sedang rapat bersama di kantornya Sukmandaru Mantan Ketua MGEI, awal pekan, antara IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) dengan PERHAPI (Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia) ada satu topik bahasan menarik tentang Mining Policy,

😦 “looh emang kita sudah punya ?”
😀 “ya justru itu yang mau kita usulkan dibuat. Salah satu amanah UU no.4 tahun 2009 pasal 6 Butir 1.a adalah dibuat “mining policy” (kebijakan minerba)”.

Perhapi dan IAGI harus dapat memberi hal positip ketimbang sekedar ngeluh dan mengkritik.

Mas Disan, “Sang Provokator”, nyeletuk dengan memberikan tiga pokok bahasan yang mesti didiskusikan dalam Mining Policy, yaitu Inventory, Pengusahaan dan Konservasi.

Inventory

Klasifikasi Sumberdaya

Klasifikasi Sumberdaya

Apa iya kita saat ini memiliki inventory yang bener tentang bahan material yang terkandung ditanah air NKRI ? Kita kaya iya, tapi kaya apa saja, dapat dipakai untuk apa dan untuk siapa ?

Inventory kita masih terlalu mentah kalau hanya mengatakan karena kita berada dalam Ring of Fire dan Ring of Resources. Semestinya sudah jauh meningkat informasi yang dihimpun, kalau memungkinkan semestinya juga diketahui berapa banyak mineral-meral ikutan ketika menambang emas. Berapa jumlah grafit, berapa jumlah serpih yang terangkat ketiuka membuka tambang batubara.

Teori geologi sudah suangat banyak, tetapi sering tidak “menyentuh” berapa besar cadangan atau reservesnya, Lah wong kebanyakan masih sebagai “speculative resource”, Contoh, kita selalu terpesona dengan jumlah energi geothermal yg “mengaku” 40% dari potensi dunia. Tetapi kita tidak tahu persis dimana saja yang dapat diproduksikan, dan berapa cadangan yang ekonomisnya. Kita juga terpesona dengan angka potensi gas serpih (shale gas) yang keluar dari ESDM sebesar 600Tcf, padahal itu angka “speculative resource“.

Pemerintah semestinya tidak mendasarkan kebijakan pada tataran ini. Pemerintah paling tidak mendasarkan policy pengembangan wilayah dengan jumlah Sumberdaya yg BUKAN SPECULATIVE. Kalau dalam Migas Pemerintah semestinya mendasarkan perencanaan pengembangan nya pada inventory “Lead-Prospect” yang sudah diidentifikasi. Bukan hanya dimana cekungan migasnya.

Didik (Ardianto) Ketua Perhapi sangat konsen dengan informasi tentang pemanfaatan dan daya serap serta kebutuhan ini yang perlu diketahui dan disebarkan ke para pebisnis lokal supaya mampu menciptakan pasar bagi bahan mineral serta metal yang ada ini. Karena disinilah “penggerak” roda-roda pengusahaan nantinya.

Bagaimana mungkin memiliki keinginan mencari gadolinite kalau tidak tahu manfaat gadolinium, ketika tidak tahu manfaatnya bagaimana menentukan harganya ? Berapa royaltinya ? Tentunya Kementrian Perindustrian harus terlibat juga, kan ?

Pengusahaan

Nah ini mestinya mendiskusikan bagaimana mengambil bahan-bahan mineral tambang dll. bagaimana cara yang paling efisien, ekonomis dan menguntungkan. Sepertinya ini masalah paling seksi yang telah dibicarakan selama ini. Yang ikut diskusi sepakat bahwa saat ini urusan pengusahaan ini “terlalu” banyak dibahas didiskusikan, diatur regulasinya, dibuat tata aturan yang sering kali malah mempersulit untuk dilakukan.

Migas walau sering tidak didiskusikan dalam urusan “mining plicy”, sejatinya mirip dengan minerba, mereka mengekstrasi sumberdaya alam. Migas sudah sangat rumit aturannya, bahkan ada yang menganggap “over regulated” dibandingkan pengusahaan mineral dan batubara.

Urusan bagihasil, urusan ijin, urusan metode penambangan yg sesuai kaidah “good mining practice“, sudah sangat lanyah dan lancar keluar dalam seminar, obrolan dan eyel-eyelan rebutan kapling.

Dalam urusan pengusahaan ini masih hanya pengusahaan mineral yang paling sering dan secara volume banyak dijumpai. Mineral jarang atau rare-earth tidak atau belum banyak diatur. Padahal kebutuhan di dunia sudah cukup banyak. Termasuk didalam rare earth ini ya gadolinite itu.

Konservasi,

Untuk pembicaraan konservasi, Mas Disan langsung bilang, jangan hanya sekedar mikir konservasi keberlangsungan bahwa beproduksi harus terus mengalir lancar dengan eksplorasi. Itu hanya satu siklus pengusahaan. Tetapi konservasi ini harus diambil manfaat terbesar dalam HUMAN CAPCITY !

Semestinya, bukan hanya sekedar melakukan perhitungan potensi dan cadangan dan meningkatkan produksi karena ingin memenuhi kebutuhan pasar dan yang notabene hanya pasar di luar alias export. Kita menanam, menuai tapi orang lain yang memanfaatkan. Jangan lagi ada penjualan mentah-mentahan. Dan ditipu mentah-mentah. Jual matengnya. dan diinvestasikan balik ke manusianya.

Jadi kalau keuntungan migas ditanam untuk migas, itu hanya siklus lokal Kalau keuntungan dari produksi emas untuk eksplorasi emas, itu juga siklus lokal … tetapi siklus besarnya adalah menginvestasikan untuk manusianya. Sistemnya harus meningkatkan kemampuan manusia Human Capacity ..

Hadddduh ternyata ngobrol mining policy antara IAGI-PERHAPI bisa “ndleder” merambah kemana-mana nih …. sebelum terlalu larut pulang dulu dilanjut besok !

Tidak ada satu cara terbaik untuk menyelesaikan masalah bangsa. Tapi pasti ada satu langkah kemajuan bila anda ikut serta memperbaikinya“.

5 Tanggapan

  1. Just check öut that amazing things, they are awesöme! Yöu’ll definitely löve them, here, take a peek http://mageindustries.com/label.php?UE9jb21tZW50K3J5OHduNzJhbGh1dzlpeGdpamFzYkBjb21tZW50LndvcmRwcmVzcy5jb20-

    Best wishes, Elmer Queen

  2. […] “Mining Policy” : Obrolan santai Ketua IAGI dan Ketua PERHAPI […]

  3. Hukum sebagai panglima tidak diterapkan di NKRI,jika hukum itu benar2 adil maka akan membawa manfaat bagi banyak orang.
    Contoh sudah ada UU minerba No 4 tahun 2009 masa keluar permen No 12 tahun 2012 yang isinya peraturan dipercepat penjualan harus berupa ingot dan konsentrat,kalau dibilang menterinya yang goblok atau kepintaran,ini saja sudah membuat carut marut aturan pertambangan,jero wacik harusnya tetap urus pariwisata yang urusannya CD dan BH saja tidak pantas jadi menteri esdm karena tidak ada yang didapat manfaat bagi banyak penambang,malah membuat rumit persoalan hal minerba.

  4. wah langka nih suhu

  5. Dedikasi dari seorng anggota IAGI menghasilkan dongeng geologi yang membangun.
    Adakah ahli2 dari profesi lain seperti PERHAPI yang berbagi dalam bentuk tulisan seperti ini.?

Tinggalkan komentar