WASPADA Banjir dan Longsor Jawa Barat


Curah hujan di Jawa Barat diperkirakan masih akan tinggi. Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum tidak mampu menahan keseluruhan debit yang mengalir saat ini, sehingga akan dialirkan. Dialirkan dalam arti sesungguhnya adalah limpahan air yang selama ini ditampung tidak lagi di”tahan” di waduk. Namun dibiarkan mengalir sesuai kondisi alamnya.

Antara memberitakan Debit air di Bendungan Saguling, Cirata, dan Jatiluhur yang terletak di daerah aliran sungai (DAS) Citarum, sekarang melebihi kapasitas sehingga aliran yang dikeluarkan dari ketiga waduk itu lebih besar dari biasanya.

Memang pengalirannya semestinya tidak akan sekaligus, namun perlu diantisipasi bila disekitar anda ada tanggul-tanggul hasil pengaliran sungai ini yang bermasalah.

Bendungan pengontrol aliran permukaan.

Seperti kita tahu disepanjang DAS Citarum ini ada tiga waduk. Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Selama ini ketiga waduk inilah yang bersusah payah “menahan” mengatur serta menormalkan aliran air permukaan disepanjang DAS Citarum. Namun ketika aliran sudah tidak tertampung, terpaksalah ketiganya mengalirkan air permukaan ini supaya fungsi bendungan masih dapat dijalankan dengan aman.

DAS Citarum dan curah hujan rata-rata

Tanpa adanya ketiga bendungan ini, tentusaja semua aliran air permukaan akibat curah hujan akan mengalir begitu saja. Dengan luas DAS diatas 700 ribu hektar, tentusaja air yang tertampung oleh hujan deras di daerah ini akan sangat besar. Menurut Dept PU, tingginya curah hujan yang terjadi di kawasan bendungan sejak awal tahun ini, menaikkan tinggi muka air sehingga mencapai 108,42 m. Ketinggian tersebut adalah kondisi tertinggi muka air Bendungan Jatiluhur sejak tahun 1984 lampau. Pintu pelimpah di bangunan pelimpah, yang dikenal dengan sebutan morning glory setinggi 107 m. Dengan kondisi muka air saat ini yang melebihi kapasitas ketinggian sekitar 1,42 m menyebabkan air melimpas dari pintu air. Diperkirakan 1,42 m tersebut setara dengan air sebanyak 400-500 m³/detik.

Peta Topografi Jawa Barat

Daerah Jawa Barat utara berwarna kehijauan adalah daerah rendah yang akan terlanda banjir bila Bendungan Jatiluhur di alirkan penuh. Sedangkan sebelah selatan berwarna gelap, merupakan daerah tinggian yang sering berlereng curam berpotensi longsor.

Tentusaja  daerah rawan banjir ini akan berada diutara seperti peta yang dibuat oleh PU, Badan Geologi dan Bakosurtanal dibawah ini.

Peta Rawan Banjir Jawa Barat (Maret 2010)

Daerah rawan banjir diatas merupakan daerah rawan banjir yang terutama disebabkan oleh curah hujan. Namun dengan “dilepaskannya” aliran DAS Citarum, tentusaja banjir tidak hanya terjadi di lokasi hujan, tetapi hujan di hulu Citarum akan “mengirimkan” airnya ke hilir.

Apakah Bendungan sedang dalam kondisi kritis ?

Penjelasan dari Plt. Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) Moch. Amron saat wawancara dengan Trans TV, Kamis (25/3) di Jakarta mengatakan Morning glory didesain dapat menahan limpasan air sampai dengan 3.000 m³/detik, jadi kondisi Bendungan Jatiluhur secara fisik masih dikategorikan aman.

Jadi perlu diketahui bahwa bukan karena Waduk dalam kondisi membahayakan, hanya daya tampungnya saja yang sudah terlampaui.

😦 “Pakdhe, Morning Glory itu apa sih ?”

😀 “Morning Glory itu saluran pelimpah. Ketika ketinggian air mencapai ketinggian maksimumnya, maka air akan melimpah melalui saluran ini”.

BMKG MAsih memebrikan peringatan dini itu lewat websitenya “

27-03-2010
Waspada potensi hujan sedang kadang lebat yang di sertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat terutama di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, Tangerang dan Bogor.

Petir yang menyambar-nyambar Jakarta dan sekitarnya.

Selain waspada banjir Jakarta dan Sekitarnya juga rawan petir. Dibawah ini peta sambaran petir untuk pada tanggal 20 Maret 2010.

Peta Petir 20 Maret 2010 (Sumber BMKG)

Dibawah ini peta sebaran sambaran petir 21 Maret 2010

Peta Sambaran Petir 21 Maret 2010

Pingin tahu dongengan bagaimana ketika rumah tersambar petir ? Silahkan baca ini : Kesamber petir : Howgh ! – Fulgurites si Batupetir

😦 “Pakdhe, ini kisah tahun lalu ketika rumah Pakdhe kesamber petir ya ?”

😀 “Iya Thole. Tapi aku ga ketemu batupetirnya tuh !”

6 Tanggapan

  1. Pak,
    kebetulan sekali, sebagai geologist, apakah bapak punya informasi tentang cadangan air tanah dalam di Jakarta?
    Kami sedang ada tugas pemodelan krisis air di Jakarta..

    Terima kasih sebelumnya, wassalam.

  2. kasihan jjg ea

  3. hahaha.asik2 berarti bisa jd geologi explorationist….trima kasih pak…iya nih, sya jd trtarik geologist pas baca “wellsites geologist guide” dari sodara yg kerja di Petronas Carigali….iya pak, sya tertarik jd petroleum geologist….baiklah pak, sya akan coba di ITB or di UGM (balik ke Old Campus lg di bulaksumur…hihi)…terima kasih banyak atas pencerahannya, pak…..Gambatte, arigato 😉

  4. saya tertarik dengan ilmu geologi,,

  5. Rahmat,
    Setahu saya tidak harus dari sarjana (S1) geologi kalau ingin melanjutkan S2 di Geologi. Silahkan coba ke Geologi UGM. Disana program S2nya juga menerima dari berbagai jurusan S1.
    http://pasca.geologi.ugm.ac.id/Indonesia/

  6. wuah…keren banget yg pak Rovicky di bidang Geologist…sy mau nanya nie pak….saya khan lulusan sarjana s1 nuklir….skrng tertarik sama ulasan2 pak Rovicky…kepengen masuk s2 Geologi euy….hihi……
    mau tanya nih Pak…..kalau mau masuk pascasarjana Geologi, harus dari sarjana (s1) Geologi juga ya?huhu….berarti saya dari sarjana nuklir ndak bisa ngambil master Geologi ya?mohon kasih gambarannya Pak….?

Tinggalkan komentar