Cerita subsidi BBM dari dari ex pegawai Pertamina


Menyambung dongengan sebelumnya berjudul Peliknya arus BBM di Indonesia disini, seorang sahabat pensiunan Pertamina pingin ikut mendongengkan seluk dan beluknya bagaiman distribusi BBM menjadi sangat rumit karena memang secara geografis Indonesia ini unik. Terdiri lebih dari 15 000 pulau, penduduknya beragam dan tersebar. Tetapi juga harus disadari bahwa penduduknya kebanyakan nglumpuk alias berkumpul di Pulau Jawa.

😦 “Haddduh, Pakdhe … apa Pulau Jawa ngga sesenggokan keberatan bawa penduduk segitu banyak ya ?”

Setelah ditambah ilustrasi dan sedikit edit, cerita subsidi BBM dari dari Johanis Mawuntu,SE.MM, ex peg. Pertamina, begini:

Minyak mentah (crude oil) yang ada dalam bumi di Indonesia ada macam-macam jenis dan juga cara explorasinya, artinya dikeluarkan dari dalam tanah dengan cara memanfaatkan tenaga gas yang punya tekanan terkandung padanya sehingga cairannya muncrat keluar atau bagi yang tidak mengandung gas bertekanan terpaksa dikeluarkan dari dalam bumi menggunakan pompa.

Biaya yang terkandung:

Biaya pencarian dan pengangkutan k

e Kilang (A)

Minyak mentah (crude oil) tersebut di atas dialirkan atau diangkut ke Pabrik/Kilang (refinery) kemudian dimasak dan diolah menjadi terpisah yang salah satunya bensin (Premium, Pertamax dan lain-lain) yang oleh khalayak ramai disebut BBM (Bahan Bakar Minyak).

Biaya yang terkandung: Biaya pengolahan (B).

BBM yang sudah selesai pengolahannya di Kilang kemudian di sadurkan ke masyarakat dengan transportasi melalui Darat, Laut, Sungai. Kilang Minyak besar terdapat di Plaju/ S.Gerong, Dumai, Balikpapan, Cilacap dan Balongan.

Biaya yang terkandung: Biaya transportasi (C).

Keterangan: Karena harga jual BBM disetiap SPBU diseluruh Nusantara harus sama, maka biaya transportasi menjadi sangat variable antara satu daerah dengan daerah lainnya (komponen biayanya dibuat rata).

Jadi harga BBM = Biaya A + B + C = Biaya pokok (tidak ada profit, karena Perusahaan milik Negara (Pertamina).

BBM yang dihasilkan PT.Pertamina akan dijual dengan harga yang sama di SPBU Pertamina yang tersebar dari Sabang – Merauke dan dari Rote (pulau Roti) – Miangas (SULUT). Yaitu Biaya A + B + C = Rp 8.500,- (asumsi sekarang).

Dengan kata lain bahwa harga jual ini hanya merupakan total komponen biaya, karena minyak mentah yang ada di perut bumi adalah milik rakyat/Pemerintah. (UUD 45). Jadi tidak dibeli.

Harga BBM yang sejenis mengacu ke harga pasaran dunia = A + B + C + D.

Komponen D adalah selisih biaya pokok dengan acuan Pertamina yang diambil dari harga rata-rata dunia. Dalam ha ini dapat dikatakan D adalah profit.

Pertamina menghitung kenaikan biaya produksi yang dijadikan patokan harga minyak sesuai pergolakan harga ekonomis yang berlaku di pasar dunia, sedangkan Pemerintah mengatur harga minyak disesuaikan dengan kondisi rakyat yang diangap masih belum mampu. (teristimewa ketika kita mengalami boom minyak pada 20-30 tahun lalu).

Walaupun biaya Produksi BBM sudah merangkak naik tapi Pemerintah tetap mengatur harga pada Rp 4.500,- Sehingga Pemerintah menanggung rugi Rp 4.000,- ini dinamakan: SUBSIDI.

Sewaktu kita mengambil alih pengelolaan minyak ini dari perusahaan asing, kita mengalami produksi jauh melebihi kebutuhan sehingga kelebihan bisa kita export dan hasilnya bisa menutupi APBN bahkan lebih. Sehingga kenaikan harga minyak dunia karena adanya kartel OPEC Negara kita menjadi sangat kaya dan disegani Dunia.

Harga di pasaran dunia naik dan Pertamina ingin menjual sesuai dengan komponen biaya yang terpapar diatas. Tetapi Pemerintah menentukan harga sesuai kondisi politik di masa itu, sehingga ada perbedaan dan perbedaan itu menjadi tanggungan Pemerintah. Dengan kata lain pemerintah berkorban mensubsidi rakyat nya karena lagi booming. Mumpung uang lagi banyak.

NET IMPORTIR

Seiring dengan berjalannya waktu terjadi mishandling karena kondisi politik dan kondisi masyarakat dan pressure dari orang-orang yang tidak tepat duduk diposisinya, terdeteksi melalui forcasting teknik bahwa kalau tidak ada perubahan mengarah kepersatuan yang lebih baik dan mengurangi permusuhan-permusuhan dengan dunia luar maka pada tahun 2004 negara kita akan menjadi “NET IMPORTER”

Indonesia tidak seperti 20an tahun lalu yang dengan bangga menjadi exporter minyak mentah, sekarang telah menjadi NET IMPORTER. Artinya kalau misalnya pemakaian Dalam Negeri 1,2 juta yang dapat kita hasilkan hanya 1 juta , sehingga Indonesia harus mengimpor 0,2 juta.

Kenapa disebut Negara NET IMPORTER, karena kita masih melaksanakan export crude oil yang bermutu tinggi dengan harga tinggi dan mengimport yang bermutu rendah yang harganya murah, namun totalnya banyakan import, ini dilaksanakan untuk mendapatkan profit.

Dengan kenaikan harga minyak dunia yang diluar perkiraan logis orang, jika subsidi terus dipertahankan maka masyarakat termasuk saya masih bisa beli bensin murah, kita senang tapi generasi penerus kita akan menikmati akibatnya.

Akibat dari subsidi Pemerintah akan membuat APBN terkuras sehingga program pendidikan yang murah tidak akan tercapai dan mungkin akan mengakibatkan ada generasi yang hilang (lost generation). Para orang terdidik (educated people) tahu benar apa itu APBN. Contoh : yang diimport 0.2 juta bbl dengan harga USD 120/bbl setelah menjadi bensin pemerintah jual Rp 4.500,-/ltr (1 bbl = 159 ltrs). Produksi kita 1 juta bbl yang harusnya berharga (A+B+C+D) dijual Rp 4.500,-

Catatan kaki:
Produksi minyak mentah masih bisa ditingkatkan karena kandungannya di bumi Indonesia masih banyak, asalkan kita mau bersatu dan tidak bermusuhan dengan orang asing yang menguasai teknologi penggarapan peningkatan produksi, disamping itu kita jangan bertengkar sendiri yang saling menjatuhkan.

Contoh perbandingan:
Air Minum dalam kemasan yang biaya produksinya ringan dan hanya di distribusikan di areal tertentu toh harganya sudah mencapai Rp 2.000,- sedangkan BBM yang biaya produksinya tinggi karena berkandungan kategori berbahaya hanya dihargai Rp 4.500,- dan daerah sebarannya yang sangat luas sekali. Bayangkan jika menghadapi fenomena, bagi daerah di sekitar Kilang minyak biaya angkutnya ringan tapi daerah yang jauh di bagian Indonesia Timur kadang-kadang biaya angkutnya sudah >Rp 4.500,-

Salam persahabatan,

Johanis Mawuntu, SE.MM.
Pensiunan Pertamina, tinggal di Jakarta

Note – catatannya si Thole :

Kalau ingin membandingkan dengan perhitungan Kwik Kian Gie silahkan baca disini :

Usaha minyak: Untung, tapi kok perlu subsidi ?

82 Tanggapan

  1. […] Cerita subsidi bbm dari dari ex pegawai pertamina […]

  2. Mengenai biaya pencarian dan pengangkutan ke kilang, sangat tidak pantas kalo kita cuman bercerita bahwa minyak nentah dicari, diangkut, dan dialirkan dan berbagai di yang lain. Untuk proses jual beli minyak mentah, pertamina membeli minyak mentah dari perusahaan minyak yang diasuh oleh BPMigas dengan harga dibawah harga pasar internasional ( otomatis tersubsidi biaya produksi) kemudian perusahaan explorasi tidak diperkenankan melakukan export minyak mentah sebelum kebutuhan crude nasional terpenuhi. Pada kenyataanya masih banyak terjadi kelangkaan BBM di berbagai daerah tapi minyak mentah masih bisa di export ke luar negeri. Bagaimana tidak besar biaya produksi, bila untuk membicarakan program pengapalan (SHIPCORD MEETING)dan pendistribusian minyak mnentah selalu diadakan di tempat berkelas mewah. Belum lagi pertemuan per enam bulan yang diadakan ddihotel berbinta
    ng dan selalu berpindah pindah selama hotel tempat pertemuan itu memenuhi standart kemewahan. Dan berkelas gimana gak mau bengkak biaya produksi jika harus diadakan dengan life stile Tinggi

  3. Jangan percaya sama komentar dan postingan-postingan bohong ini. Sebenernya semua BBM di Indonesia udah gak ada yang disubsidi lagi, malah pemerintah mendapat profit dari penjualan BBM baik ke dalam maupun keluar negri. Itu sebabnya si SBY bisa bayar utang negara dan itu sebabnya sejak BBM naik jadi 4500 banyak pemerintah yang mengadakan tender-tender pengadaan yang gak perlu untuk menghabiskan anggaran, seperti tender pengadaan laptop yang akhirnya dibatalkan karna banyak demo.

    Kalau lu semua tau tentang data sebenernya yang ada di pemerintah, lu bakal temuin bahwa BBM tidak lagi disubsidi malah diuntungin ama pemerintah. Terbukti bahwa pada saat debat pemilu 2009 kemaren pihak demokrat mengakui bahwa BBM diharga 4500 menyebabkan pemerintah tidak rugi malah untung tetapi harganya tidak diturunkan kembali karena dengan alasan dananya akan dialihkan untuk program-program pro rakyat seperti BLT(bantuan langsung tunai), BOS(bantuan operasional sekolah) dan program-program lainnya.

    Alasan sebenarnya pemerintah tidak pernah mengeluarkan data terperinci mengenai pengelolaan BBM adalah karena kalau di keluarin datanya maka akan terlihat banyak dana nganggur yg bisa digunakan untuk kesejahteraan rakyat tapi gak dikasih tau soalnya nanti susah buat dikorupsi duitnya. Buktinya lu semua gak tau klo pengelolaan BBM tidak semahal yg lu semua pikir (makanya klo ngitung jangan pake tarif taxi).

    Buat yang comment-comment gak jelas tentang BBM, lebih baik lu banyak-banyak belajar tentang manajemen and banyak-banyak liat berita. Biar gak gampang ditipu ama pemerintah.

  4. sy apresiasi pendapat anda, tp sy tidak sependapat dg anda. anda mengunakan logika hrga BBM 8500 dari mana pendekatanya? mana variabel2 yg relevan untuk perhitungannya?. sy jg pnya perhitungan dan hrga BBM sejatinya adalah 4000. ini menggunakan asumsi bhwa minyak yg kita expor lebih bgus kualitasnya drpada minyak luar, jd jelas ini akan mendatangkan margin (keuntungan). selain itu perlu kita cermati impor minyak kita 30%, berarti kita hnya akan menanggung beban minyak yg 30% tsb. jd jgn pernah membandingkan indonesia dg negara lain yg notebene impor ansich (total).

  5. mestinya indonesia meniru negara negara lain dalam menetapkan tarif bbm yaitu kalo pas lagi naik harga dinaikkan pas lagi turun ya harga diturunkan, yang terjadi diindonesia harga kalo turun tapi harga nggak turun-turun.. trus kemana selisihnya…….apakah ini hanyalah komoditas politik ?

  6. Salam.

    Bila kurs US$ 1 = Rp. 9.300
    Harga BBM = Rp. 8.422

    Bila kurs US$ 1 = Rp. 5000
    Crude Oil US$ 120 = Rp. 600.000 per barrel
    Biaya Produksi 20%
    Harga BBM 120(1+20%)/159*5000 = Rp. 4528
    bila dibulatkan kebawah Rp. 4500

    Bila kurs US$ 1 = Rp. 2500
    Harga BBM = Rp. 2264

    Bila kurs US$ 1 = Rp. 1700
    Harga BBM = Rp. 1539

    Sebenarnya masalah BBM masalah Kurs US Dolar atau masalah Subsidi ? Masalah Moneter atau Subsidi ?
    Bagaimana dengan uang emas?

    Wa Allahu Alam B.
    Wasalam

    A U G I
    augispot.blogspot.com

  7. Berdasarkan Nota Keuangan dan RAPBN 2008 Kenaikan Harga Minyak Dunia akan Mengurangi Defisit Negara.

    Mungkin ini sedikit telat, tapi bagi saya tidak ada kata telat dalam meneriakan sebuah kebenaran. Setelah rakyat mengalkulasikan sendiri mengenai untung ruginya BBM saya ingin memberikan kalkulasi pemerintah yang dikutip dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2008, dalam Nota Keuangan hal. 359 s.d 360 dikatakan “Harga minyak ICP mempengaruhi APBN pada sisi pendapatan dan sisi belnja negara. Pada sisi pendapatan negara kenaikan harga minyak ICP akan mengakibatkan kenaikan pendapatan negara dari kontrak production sharing (KPS) minyak dan gas melalui PNBP. Kenaikan harga minyak dunia juga akan meningkatkan pendapatan dari PPH migas dan penerimaan lainnya. Pada sisi belanja negara kenaikan harga minyak dunia akan meningkatkan belanja subsidi BBM dan dana bagi hasil ke pemerintah Daerah. Untuk tahun 2007, apabila harga minyak dunia meningkat sebesar 1US$, maka defisit APBN diperkirakan akan berkurang sebesra Rp 48 miliar sampai dengan Rp 50 miliar, yaitu sebagi peningkatan pendapatan negara sekitar RP 3,24 triliun sampai dengan 3,45 triliun dan peningkatan belanja negara sekitar RP 3,19 triliun sampai dengan 3,4 triliun.”

    Jika pemerintah adalah orang tua dan rakyat adalah anak, maka saya mengibaratkan bahwa pemerintah adalah orang tua yang egois, biar uangku banyaklah tak peduli anak-anak mau makan apa besok pagi, nasi aking kek, gak makan lah, biarin aja mati sekalian, hal ini terbukti dari pernyataan Menteri Keuangan bahwa setelah kenaikan BBM APBN kita adalah terbaik sepanjang sejarah, karena assetnya melebihi Rp 1000 triliun, dan asset kita saat ini dalah melebihi dari utang kita.

    Untuk lebih jelas dan download Nota Keuangan dan RAPBN 2008 bisa klik di samping http://cahyooke.wordpress.com/2008/06/05/berdasarkan-nota-keuangan-dan-rapbn-2008-kenaikan-harga-minyak-dunia-akan-mengurangi-defisit-negara/

  8. Rekayasa genetik?? Bagus…bagus…dong. Pangan hasil rekayasa dimanfaatkan untuk bio-energy (dicari yang dna-nya yang “gemuk minyak”. Untuk makan sehari-hari kita makan yang organik murni saja, daripada nanti keringat kita keluar minyak :)….eh….bagus juga ya, jadi bisa hemat bbm lagi :). Nguing…nguing…nyamuknya masih ada nich. Pllokkkk….


  9. AYO LAH KITA MERAMEKAN KOMUNITAS “Axxyc.com”

    (Komunitas Indo, ngak perlu register)

  10. @ jedx
    kebetulan saya pernah berpikir seperti itu mas, dan baru ngeh setelah membaca tentang PPP (purchasing power parity). mungkin bisa diliat di wiki apa itu PPP. lebih enak dibaca sendiri ya. dan nanti diliat perbandingan dengan negara lain. mis.disini: https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/rankorder/2001rank.html
    *tosh dulu, pernah sepandangan*

    @ umpanbalik
    mungkin agak terlalu cepat kesimpulannya, mas. bisa dicoba dengan melihat beberapa variabel lain, semisal berapa subsidi yang dikucurkan, berapa inflasinya dan lainnya. data bisa diliat disini : http://www.economist.com/
    sebagai contoh Venezuela dengan inflasi 30% pertahun sama saja uang kita dipotong “pajak siluman” sebesar 30%. yg tadinya bisa buat beli beras 1 kilo, taon berikutnya cuma bisa buat 0,7 kilo, itu analoginya. oh ya selain 5 negara diatas kayaknya gak ada yang lebih murah deh.
    *agak lega liat dompet diakhir bulan*

  11. Perbandingan Harga Bensin Di Seluruh Dunia

    Berikut adalah daftar harga minyak di seluruh dunia. Di Venezuela harganya hanya Rp 460/liter, di Saudi Arabia Rp 1.104/liter, di Nigeria Rp 920/liter, di Iran Rp 828/liter, di Mesir Rp 2.300/liter, dan di Malaysia Rp 4.876/liter. Rata-rata pendapatan per kapita di negara-negara tersebut lebih tinggi dari kita. Sebagai contoh Malaysia sekitar 4 kali lipat dari negara kita.

    Jelas bedanya antara negara yang mementingkan kepentingan rakyat dengan negara Neoliberalis/ Pro Spekulan Pasar yang hanya mengikuti harga minyak Internasional.
    http://en.wikipedia .org/wiki/ Gasoline_ usage_and_ pricing

  12. Harga BBM diluar negeri memang lebih mahal…
    Tapi pendapatan rakyatnya juga tinggi…
    So, it is not a big problem…. huhuhu

    Kalau gak salah disini premium krang lebih 2$/liter,
    tapi pendapatan mereka ( gaji ) 2000$/month
    2/2000=0.001

    Kalo di negeri kita, dengan harga premium 6000, mka minimal pendapatan masyarakat harus 6jt….
    untuk mencapai taraf kesejahteraan yang sama… huhuhu

  13. harga minyak sekarang meningkat,itu bukan karena ladang minyak sudah habis,itu semua adalah strategik negara negara penghasil minyak dunia untuk menjatuhkan amerika serikat yang di pandang sebagai the new hitler…!!

  14. Komentar untuk Mendoar:
    Armada kapal tanker Pertamina terdiri dari kapal milik existing yang dibeli secara tunai, kapal milik dalam proses sewa beli (Bare Boat Hire Purchase) kapal charter (Voyage charter, time charter, Long term time charter dan trip charter).
    Kapal-kapal terdiri berbagai ukuran mulai dari 500 Dwt hingga 300.000 Dwt (VLCC/ULCC)jumlahnya mendekati 100 unit. Shipping bisnis dan cost analisis dan pembukuannya didasarkan pada cash basis. Dalam management alat-alat apung ini mungkin banyak terjadi penyelewengan sehingga anda perpendapat seperti yang di posting. Saya setuju dan saya tahu kalau sinyalemen anda itu benar, tapi mungkin anda lebih tahu!, termasuk bagaimana menghindarinya. Pertamina mempunyai pasukan audit yang kerjanya selain mengaudit pembukuan juga audit jumlah BBM dari sejak keluar dari bumi-transport ke Kilang – masuk kilang berapa keluarnya berapa-masuk ke kapal berapa sampai di pelabuhan tujuan masih sisa berapa-masuk penampungan pelabuhan tujuan berapa-kemudian masuk truck/KA berapa-sampai ke SPBU dan kemudian keluar dari SPBU berapa. Kenapa harus begini karena BBM terutama bensin faktor penguapannya tinggi. hal ini untuk mengetahui apa ada yang dimakan tikus kepala hitam. Disamping itu ada kok auditor dari Pemerintah yaitu BPKP dan BPK. Terima kasih dan bravo untuk anda!!!

  15. Pa’Wicaksono, ada sedikit kekeliruan, saya sampaikan bahwa LNG itu tidak melalui kilang, tapi hanya diproses pendinginan kemudian langsung di kapalkan untuk export. Indonesia adalah salah satu pengexport LNG terbesar tapi ini belum bisa di manfaatkan D.N karena belum ditemukan kemasan yang memungkinkan didistribusi seperti LPG. Untuk sekedar diketahui bahwa LPG pada tek.1Atm (1kg/cm2) suhu udara biasa hanya bertekan 6-7 kg/cm2 sedangkan LNG bertekanan > 100 kg/cm2 pada temperatur ruangan yan bertekanan 1 Atm (1kg/cm2).
    Kalau dibalik sebagaimana LNG diangkut maka harus didinginkan -163 derajat celcius (saya tidak hafal angka persisnya karena saya tidak punya diagram Mollier). Kemasan yang ada sekarang dipakai memanfaatkan teknologi eropa sistim spherical dan membran. Kalau LPG kita kenal dengan kemasan pressurised sedangkan LNG condence refrigerated, LNG di loading kekapal dalam keadaan -163 derajat celcius dan temperatur ini harus dipertahankan dengan isolasi yang sempurna, namun bagaimanapun sempurnanya ada saja terjadi penguapan. Penguapan ini tidak dibuang ke atmosfir tetapi dimasukkan ke Kamar mesin untuk BBM, mesin utama kapal dapat berbentuk Turbin Uap atau sejenis motor diesel tapi berbahan bakar LNG.
    Keterangan diatas sebagai dasar dari koreksi saya, dan menjelaskan bahwa LNG trading tidak sama dengan Oil trading yaitu LNG sudah diikat dengan kontrak jangka panjang jadi harga yang didapat sudah konstan menjadi pendapatan APBN.
    Sedikit penjelasan bahwa APBN itu bukan akuntansi tetapi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara jadi adalah budgeting yang mendukung rencana kerja dan program Pemerintah, atau hasil proyeksi dari laporan keuangan yang terdiri dari Neraca, Casflow dan Perubahan kapital.
    Terima kasih anda sudah mengeluarkan pendapat sehingga saya dapat menjelaskan secara singkat dan mungkin bisa bermanfaat bagi orang lain, salut untuk anda!!

  16. Khusus ingin mengomentari biaya transportasi BBM dari kilang ke lokasi2 yang bertebaran di seantero tanah air;

    Sudah rahasia umum, ongkos sewa kapal tanker adalah mahal sekali; hal ini ‘berkat kepintaran’ para petugas/pejabat yang berurusan dgn transportasi yang berjamaah membuat harga mahal. kemahalan itu menjadi beban kepada rakyat tapi menjadi kenikmatan yang tiada tara bagi para petugas/pejabat. Konon banyak petugas2 itu menikmati uang ‘extar’ tiap minggu sebanyak ratusan dollar! apa gak gila! tapi yang lebih gila lagi siapa yang mengaudit? bukan tidak mungkin ikut juga berjamaah!!!!

  17. Apakah anda tau bahwa ada suatu keanehan akuntansi dalam APBN dan perhitungan subsidi. Dalam APBN pos Penerimaan BBM masuk dalam pos 4211 dan Pos Penerimaan Migas di pos 4212. Dan dalam perhitungan subsidi BBM Pemerintah hanya menggunakan pos 4211 dengan perhitungan harga MOPS-harga pokok (A+B+C) menurut bapak diatas, dan selisihnya adalah subsidi. Tapi sesungguhnya Gas alam juga bagian dari proses kilang minyak, dimana yang keluar terlebih dahulu adalah gas alam baru kemudian minyak bumi. Dan Indonesia bukanlah importir gas alam jadi eksportir murni (Eksportir LNG terbesar di dunia) jadi gas alam dijual menggunakan harga pasar internasional.Seharusnya pos BBM dan Gas alam jangan dibuat pos terpisah dalam APBN karena sumbernya sama yaitu kilang, sehingga perhitungan subsidi seharusnya seperti ini : Harga MOPS – (Harga pokok BBM/harga jual pemerintah + Perimaan gas alam ) atau A-(B+C) dalam kasus ini bisa jadi tidak terjadi subsidi karena selama ini selalu teradi surplus

  18. makasih pak Johanis, salam kenal.
    mungkin file excel yang dimaksud bapak bisa di upload oleh pak rovicky sehingga kita semua bisa melihat lebih baik dan (mungkin) bisa mengutak-utiknya sesuai dengan kemungkinan perubahan harga-harga yang bapak sebut tadi.
    sekali lagi terimakasih.

  19. Pa’Rovicky mohon maaf, kok namanya bisa salah tulis. Mohon maklum mungkin karena saya sudah LANSIA. Penielasan saya di atas menggunakan tabel excel, mungkin yang awam sulit mengikuti karena cenderung acak-acakan. Sorry!!
    Saya kok cuma ingin mengatakan; bayangkan, kita biasanya mengexport 1juta bbl/hari sekarang mengimpor. Kehilangan 1juta bbl/hari aja sudah nyesek apalagi harus membeli 0.2 juta/hari. Angka-angka yang dipakai jelas tidak akurat tapi banyak benarnya untuk menggambarkan peristiwa oil bisnis dan cost analisisnya.
    Mengasah gergaji bukan berarti harus menghujat versi orang politik, tapi berfikir bagaimana menyelamatkan diri sendiri/keluarga, sehingga Pemerintah yang kita percayakan meng nahkodai perjalanan ekonomi kita tidak banyak gangguan. Bagaimana caranya; Yah tidak lain dari berusaha menciptakan suasana tenang, aman dan tentram (tidak ada lagi bom, tidak ada sweeping orang asing, tidak ada kerusuhan, tidak bertindak anarchi dan tidak mencintai Narkoba ).
    Semoga!!
    Salam Persaudaraan,
    Johanis Mawuntu,SE.MM.

  20. Penjelasan tambahan bagi yang bertanya,sbb:
    Menghitung subsidi dengan pendekatan grafik terpapar diatas (net importer), jadi mohon melihat angka-angka yang dipaparkan dan selalu membayangkan kwadran “Indonesia’s Oil Pruduction and Consumtion 1986-2006”, camkan bahwa titik-titik koordinat Production membentuk garis bergerak menurun atau dikenal dengan fenomena “pesimistik” sedangkan Consumption dengan fenomena “optimistic”. Sebaiknya garis grafik jangan sampai bersilangan karena akan merubah dari EXPORTIR menjadi IM
    PORTIR. Terjadinya persilangan ini yang saya kategorikan mishandling yang karena luput dari perhatian para penyelenggara Pemerintah.
    Analisis makro terhadap pengaruh penerimaan dari BBM untuk APBN 1986-2006 sbb:
    Asumsi-asumsi: 1bbl = 159ltrs; 1 usd = Rp9300; Harga crude oil export = 120 usd ; Harga premium thn 1986 = Rp2000,- ; 2005 = Rp4500,- ; 2008 = Rp6000,- Harga BBM Rp8.423,- (120X(1+20%):159 X 9.300); biaya produksi 20% dari harga barang.
    Pada thn 1986 produksi minyak Indonesia 1.400.000 bbl/hari, sedangkan pemakaian D.N. hanya 500.000 bbl/hari jadi ada surplus 900.000 bbl/hari. Surplus ini di export dengan harga pasaran dunia, Jika harga dunia kita umpamakan X , maka jumlah ini adalah salah satu yang dimaksud dengan pendapatan dari sektor Migas dalam APBN 86 sebesar 900.000 x X (A)
    Pada thn 1986 pemakaian D.N. 500.000 bbl/hari Pertamina menghitung harga jualnya sesuai standar export jadi pendapatan dari sektor ini juga adalah 500.000 bbl x X .Tapi kan untuk D.N. harus diolah dulu di Pengolahan (Refenery) kemudian di angkut ke SPBU di seluruh pelosok tanah air. Kalau ongkos sampai dengan jadi premium k.l. 20% maka pendapatan yang didapat dari hasil penjualan di SPBU adalah 500.000 x X (1+ 20%) (B) , Jumlah inilah yang harus disetor oleh Pertamina ke Pemerintah APBN 86.
    Produksi
    Pada thn 2000 produksi minyak Indonesia masih tetap1.400.000 bbl/hari dengan kecenderungan pesimistik, tapi pemakaian D.N. sudah meningkat menjadi 1.000.000 bbl/hari dengan kecenderungan optimistic sehingga surplus tinggal 400.000 bbl/hari. Surplus ini di export dengan harga pasaran dunia jadi asumsi sekarang tiap hari kita ada penghasilan 400.000 bbl x X (A1) , Jumlah inilah salah satu yang dimaksud dengan pendapatan dari sektor Migas dalam APBN 00.
    Consumption
    Pada thn 2000 pemakaian D.N. 400.000 bbl/hari Pertamina menghitung harga jualnya sesuai standar export jadi pendapatan dari sektor ini juga adalah 1.000.000 bbl x X (B1) Tapi kan untuk D.N. harus diolah dulu di Pengolahan (Refinery) kemudian di angkut ke SPBU di seluruh pelosok tanah air. Kalau ongkos sampai dengan jadi premium k.l. 20% maka pendapatan yang didapat dari hasil penjualan di SPBU adalah 1.000.000 x X (B1) Jumlah inilah yang harus disetor oleh Pertamina ke Pemerintah >>> APBN. 00.
    Pruduksi
    pada thn 2008 produksi minyak Indonesia telah menurun menjadi 1.000.000 bbl/hari dengan kecenderungan pesimistik, tapi pemakaian D.N. sudah meningkat menjadi 1.200.000 bbl/hari dengan kecenderungan optimistic sehingga berarti minus 200.000 bbl/hari. Minus ini di import dengan harga pasaran dunia jadi asumsi sekarang tiap hari kita harus membelanjakan 200.000 bbl x X , (A2) Jumlah inilah salah satu yang dimaksud dengan bukan lagi pendapatan tetapi pembelanjaan yang harus disubsidi di sektor Migas dalam APBN 08.
    Pada thn 2008 pemakaian D.N. sudah meningkat menjadi 1.000.000 bbl/hari Pertamina menghitung harga jualnya sesuai standar export jadi pendapatan dari sektor ini juga adalah 1.000.000 bbl x X (B2). Tapi kan untuk D.N. harus diolah dulu di Pengolahan (Refenery) kemudian di angkut ke SPBU di seluruh pelosok tanah air. Kalau ongkos sampai dengan jadi premium k.l. 20% maka pendapatan yang didapat dari hasil penjualan di SPBU adalah 1.000.000 x X (B2) Jumlah ini disetor ke APBN 08.
    Perhitungan dengan menahan Harga minyak Dunia = X = USD 120 konstan sedangkan yang variable adalah jumlah produksi dan consumpion bergerak sesuai titik koordinatnya. Harga = 120 X (1 + 0.2) : 159 x Rp 9.300 = Rp 8.423,-
    Maka sbb:
    Tahun 1986 sumbangan minyak bumi ke APBN = A + B = USD 180.000.000,-
    Tahun 2000 sumbangan minyak bumi ke APBN = A1 + B1 = USD 192.000.000,-
    Tahun 2008 sumbangan minyak bumi ke APBN = A2 + B2 = USD 120.000.000,-
    bbl/hari Hrg/ltr USD Rupiah
    1986 A 900,000 Rp 8.423,- 108,000,000 1,004,400,000,000 Produksi yang di expor
    B 500,000 Rp 8.423,- 72,000,000 669,600,000,000 Produksi yang dipakai sendiri
    C 1,674,000,000,000

    2000 A1 400,000 Rp 8.423,- 48,000,000 446,400,000,000 Produksi yang di expor
    B1 1,000,000 Rp 8.423,- 144,000,000 1,339,200,000,000 Produksi yang dipakai sendiri
    C1 1,785,600,000,000

    2008 A2 200,000 Rp 8.423,- (24,000,000) (223,200,000,000) Produksi yang di impor
    B2 1,000,000 Rp 8.423,- 144,000,000 1,339,200,000,000 Produksi yang dipakai sendiri
    C2 1,116,000,000,000
    Analisa APBN 1986
    Walaupun B harga jual Premium di SPBU dijual dengan harga Rp 2.000,-/ltr (USD 35/bbl) yang berarti SUBSIDI Rp 8.423 – Rp 2.000 = Rp 6.423,- Jumlah pendapatan C tidak banyak terpengaruh masih sejumlah Rp 1.167.150.000.000,-
    Analisa APBN 2000
    Sedangkan B1 jika dijual Rp 2.000,- maka C1 akan berkurang drastis tinggal Rp 771.900.000.000,-
    Maka dari itu thn 20005 subsidi dicabut dan harga berubah menjadi Rp 4.500,-(USD 77/bbl)
    Analisa APBN 2008
    Sedangkan jika B2 dijual dengan harga Rp 4.500 maka C2 tinggal Rp 424.800.000.000,-
    Kenaikan pada tgl 23 Mei 2008 harga menjadi Rp 6.000,-(USD 103) >> C2 menjadi Rp 640.800.000.000,-
    Kesimpulan:
    1).Harga premium Rp 6000,- sudah lumayan tapi belum mencapai titik impas di Rp8423,- apalagi mau untung. Mungkin ada yang tanya apakah masih ada kemungkinan harga BBM naik lagi ? jawabannya Ya! Pasti jika tidak ada perbaikan yang signifikan dan harga minyak dunia naik terus dan kita tidak sanggup meningkatkan pruduksi minyak serta menghemat pemakaian energi. Kita harus menaikkan produksi crude oil, menghemat pemakaian energi serta harus menemukan sumber energi lain non minyak.
    Menjawab komentar-komentar dari kawan-kawan saya awali dengan menjelaskan bahwa ulasan saya mengenai cerita subsidi bbm dari ex peg.Pertamina adalah ringkasan dari suatu cost analisis yang amat komplex, angka yang dipakai adalah asumsi dari rumusan perkiraan semata.
    Contoh: Biaya Produksi
    Kalau yang kita hitung adalah minyak (crude oil) yang akan diexport maka biayanya hanya ongkos lifting yaitu mengeluarkan dari kandungan bumi sampai terkumpul dalam suatu penampungan dialirkan ke Pelabuhan kemudian dikapalkan, jika sistimnya FOB (Free On Board) berarti kapalnya disediakan oleh Pembeli jadi biaya produksinya Cuma kira-kira USD 10, jika sistimnya CIF (Cost Insurance and Freight) biayanya lebih besar.
    Perkapalan menghitung Biaya Produksi dengan istilah USD/mile/Dwt yang komponen biayanya dari harga kapal, daily operating cost, Fue oil cost serta Crew cost. Merata-ratakan biaya angkut dari 6 kilang ke seluruh Pelabuhan Indonesia lebih baik temui saya, nanti saya jelaskan. Biaya angkut menjadi mahal jika terjadi kelangkaan BBM disuatu tempat, katakanlah Merouke. Kapal yang akan menuju sana dengan ukuran Dwt tertentu mengalami kerusakan sehingga harus disubsitusi oleh kapal lain padahal kapal yang sejenis tidak ada, tapi karena kepentingan rakyat harus diutamakan tidak boleh ada kelangkaan maka terpaksa charter kapal yang lebih mahal sehingga disuatu kondisi bisa menyebabkan harga transportasi lebih mahal dari jarga jual Rp4.500,-
    Refinery yang mengolah minyak menentukan biaya dengan caranya sendiri demikian juga Pemasaran yang mengurusi distribuasi dari DEPOT/penampungan ke SPBU dengan menggunakan truck/KA.
    2).Menurut UUD 45 minyak tidak dibeli, tetapi hasil produksinya buat mengisi salah satu pos di APBN yang semua mengerti bahwa ini dipakai untuk biaya kesejahteraan rakyat. Kalau APBN sedikit atau atau miskin maka rakyat juga dapat dipastikan akan menuju kemiskinan. Diakui Pemerintah sudah berhasil menggenjot pendapatan dari sektor non migas, namun terasa migas menggerogotinya jika subsidi tidak dicabut alias harga dinaikkan minimun mencapai harga pasardunia Rp8.423,-/ltr
    3). Saya mohon maaf mau mengatakan heran karena “seorang pakar ekonomi, pernah mengetuai Bapenas dan tokoh dari suatu partai besar” dapat mengatakan bahwa “TIDAK ADA SUBSIDI” padahal pada pasal APBN ada pos subsidi!
    4). BBM dipertahankan murah sehingga ada perbedaan dengan harga pasar akan berpotensi menjadi ladang penyeludupan yang sulit dibendung karena garis pantai kita amat panjang dan pulau sebanyak, menurut data maritime pulau sebanyak 18.000 terdiri dari 10.000 berpenduduk sisanya tergantung pasang surut air laut, jika pasang tertinggi maka sebagian pulau tidak kelihatan. Contoh; minyak yang bersubsidi/harga murah dibeli oleh calo di Tg Priok kemudian dikapalkan dan dijual ke L.N. via broker di S’pore atau di tengah laut dijual sebagai bunker kapal ikan dsb. Terutama minyak tanah (kerosene) karena bisa juga dipakai sebagai BBM motor diesel maka sangat laris.
    Catatan dan pesan:
    Kita terutama kaum muda yang Pintar-rajin (bukan malas-bodoh) mari kita coba merenungkan kesulitan anggaran sebagaimana anggaran kita sendiri. Jika kita sebagai individu tidak punya anggaran apa sich yang kita bisa buat?. Saya sangat menghargai para Mahasiswa mengkritisi tindakan Pemerintah tetapi dengan DEMO yang menjurus ke anarhi akan menjadi kontra produktif, jangan hanya berontak tapi berpikirlah jernih dan arif.
    Saya sebagai pensiunan dan bukan corong/terompet Pemerintah, dengan menerima uang pensiun yang terbatas menyebabkan anggaran saya juga sangat terganggu, saya sadar kalau BBM naik pasti harga-harga ikutan naik karena BBM merupakan salah satu komponen biaya.
    Saya menulis suatu cerita hanya karena saya tahu persis dan berpengalaman sebagai pegawai Pertamina, saya pensiun thn 1996(APS), jadi managemen dan struktur dari PT.Pertamina akhir-akhir ini saya sudah tidak tau. Saya sangat berterima kasih kepada Pa’Rofiky yang telah bersedia mengedit tulisan cerita saya dan bersedia memposting di blognya.
    Terakhir saya mau mengatakan bahwa kalau kita mau saling mengajar, saling bikin pandai, saling tolong menolong, saling sayang sesama kita, dan orang lain kita anggap sebagai saudara kita, perdamaian diwujud nyatakan dalam kehidupan kita, menyadari kekuatan dan kelemahan kita serta saling menjaga lingkungan hidup kita, satukan vector kekuatan menjadi satu resultante untuk membangun negara kita, niscaya Produksi minyak kita akan meningkat dan menemukan energi alternatip dengan demikian tentunya kemiskinan dapat dikurangi.
    Salam persahabatan,
    Johanis Mawuntu,SE.MM. Pensiunan Pertamina, tinggal di Jakarta

  21. kalau harga pengangkutan dari kilang ke spbu berapa sih????bagaimana cara menghitungnya

  22. terima kasih bpk atas keberaniannya memberikan pencerahan kpd kami masyarakat awan smg dpt menjadikan renungan sekaligus penilaian kinerja atas kebijakan yg diambil oleh pemerintah baik masa lalu maupun saat ini.
    saran akan lebih baik lagi bla diberikan alur dagramnya agar lebh jelas trim
    salam sarwono solo

  23. Banyak yang komentar yah.. mari kita ambil sisi baiknya saja dari penjelasan ini dan menambah khazanah ilmu pengetahuan kita, dan kita yakin bahwa pemerintah punya hitungan sendiri… untuk BBM kita saat ini… harus kita sadari kondisi geografis negara kita yang sangat unik dengan banyak pulau sehingga negara ini mempunyai garis pantai terpanjang di dunia,… mari kita renungkan kembali bersama karena kita semua harus sadari bahwa usia dari REFINERY yang ada di negara kita semuanya sudah uzur dan mau tidak mau, suka tidak suka akan menambah beban biaya perawatan untuk refinery itu sendiri. yang terpenting sekarang untuk kita semua bagaimana kita menyikapi kenaikan ini dengan sadar diri, yang bekerja hanya bisa dengan Kendaraan Roda Dua, cukuplah Roda dua yang dipakai, yang punya Roda empat, sebisa mungkin cukuplah hanya punya satu jangan menambah panjang antrian Indent keluaran terbaru dan yang utama untuk pejabat negara yang jumlahnya mencapai Ribuan itu… jangan menambah panjang indent roda empat keluaran terbaru, milikilah rasa malu.. banyak yang masih membutuhkan makan di negara ini…

    udah ah.. kepanjangan nih komentnya…

  24. Terus terang, saya cuman orang awam yang ngerasa hidup tambah ngos-ngosan karna minyak bolak-balik naik. Mending kalau naiknya nggak ngajak-ngajak harga barang-barang yang lain.

    Tapi setelah baca tulisan Pak Johanis Mawuntu, SE. MM yang katanya pensiunan Pertamina (orang dalam, nih) saya jadi tambah mumet. Maksud hati menjelaskan logika harga BBM yang pantas, biar rakyat ini nrimo, namun sayang asumsi biaya produksi saja sepertinya asal comot. Bayangkan Rp 8500/liter!!! ini berarti kurang lebih senilai US$147/barel (US$1=Rp 9200)!! Mana mungkin mengasumsikan biaya produksi (lifting+refining+transporting) lebih tinggi dari bahan bakunya???

    Yang lebih aneh, dibagian komentar Pak Johanis mengakui bahwa asumsi biayanya terlalu tinggi sehingga beliau meralat biaya total (lifting+refining+transporting alias A+B+C menurut tulisan diatas) menjadi 20% x harga jual. Ini berarti US$ 24/barel atau sekitar Rp 1400.

    Namun tidak seperti di tulisannya, Pak Johanis menambahkan komponen lain ke formula A+B+C nya, yaitu komponen bahan baku sehingga nilai 1 liter premium akhirnya jadi Rp 9000. Sewaktu membicarakan angka 8500, disitu hanya asumsi biaya total (A+B+C), itupun sudah dibilang pemerintah mensubsidi Rp 4000.

    Jadi, harusnya berapa sih harga pantas BBM bagi Rakyat Indonesia yang katanya tinggal di negara yang jualan minyak???

    Saya coba pake itung-itungan sederhana aja, katakanlah buat premium spt dicontohkan tulisan diatas. Menurut saya intinya di biaya produksi Pertamina. Pak KKG bilang $10/barel, Mas/Bung Sableng pernah baca $9.8/barel. OK kita bisa berasumsi pake biaya paling mahal dari Pak Johanis $24/barel (biar yg ngurus minyak lebih semangat). Jadi pemerintah harus menyediakan 1 juta barel dari bumi sendiri buat rakyatnya senilai US 24 juta (biaya produksi thok) dan beli dari luar 0.2 juta barel senilai $144 x 0.2 = US$ 28.8. Total biaya semuanya $ 52.8 juta untuk 1.2 juta barel. Harga rata-rata jadi $44/barel atau sekitar Rp 2,546/liter !!! Jadi alih-alih ngesubsidi, sebetulnya pemerintah ngambil untung dari rakyatnya sendiri!!!!!!!!

    Sebelum saya menuduh pemerintah sekarang ini seneng lihat rakyatnya susah, mohon agar Pakdhenya Thole atau siapapun yang ahlinya bisa memberikan pencerahan. Soalnya semua alasan pemerintah gak masuk buat saya. Gimana kalo temen-temen saya gak kerja karna pabriknya tutup? gimana dengan yang gak bisa jualan karna bahannya gak kebeli? Gimana mau mikirin sekolah, biar katanya nanti lebih murah sementara buat makan aja susah apalagi buat beli seragam, buat bayar mikrolet?.

    Katanya SDM kita masih rendah, apa para pemingpin kita ini gak bisa mensyukuri nikmat Allah berupa minyak biar ongkos produksi dalem negeri bisa lebih murah dan produk karya rakyatnya bisa bersaing sama negara lain yang rakyatnya katanya lebih pinter?

    Terus terang, saya cuman tinggal di kampung setelah rumah saya sebelumnya kelelep lumpur Lapindo. Saya gak pake AC, gak punya mobil, cuman punya sepeda motor satu biji. Jadi saya rasa saya termasuk golongan yang ngirit BBM. Tapi kenaikan BBM yang terus-terusan bener-bener bikin saya sesak nafas.

    Semoga Allah memberikan negeri ini pemimpin yang amanah. Amin.

  25. Okelah kenaikan BBM nggak bisa dihindari. Tapi harus disadari jg realitas yg ada bahwa daya beli masyarakat kita sudah sangat lemah. Mereka nggak tau dgn kenaikan BBM ini bagaimana cara menghemat pengeluaran dgn penghasilan yg ada. Dan yang pelu disadari juga, lemahnya daya beli ini mengakibatkan masyarakt konsumen kita jadi sangat sensitif harga. Liat aja antrian di SPBU semalam, dibela-belain nunggu berjam2. Padahal kan ngantri di SPBU sepanjang itu makan bensin juga. Jadi udah ngga rasional lagi.Padahal masih ada lho kenaikan BBM jilid selanjutnya, 20%.
    sayangnya belum ada pihak yng “bertanggung jawab” bagaimana cara menaikkan kesejahteraan masyarakat sehingga ketika didera kenaikan harga (dan gejolak ekonomi lainnya) nggan bikin masyarakat depresi.

    salam kenal pak.

  26. Segitu njlimetnya biaya BBM, ya udah biar hemat lebih baik berlakukan saja peraturan tiap Kepala Keluarga hanya boleh punya 1 kendaraan dan kendaraan umum diperbanyak. Kalau perlu ditiap instansi karyawan+stafnya diantar-jemput pakai mobil dinas aja biar yang ngga punya kendaraan bisa nebeng …..
    Salam http://economatic.wordpress.com/

  27. Sedih. Kacau dan hancur lebur rasanya hati ini mendengar cerita soal negeri tercinta. Apa jadinya orang-2 kecil seperti saya yg hanya karena alasan sesuap nasi harus merantau ke negeri orang, pulang melihat keluarga terlintang pukang. Mbok koruptor-2 itu digantung aja gimana? Konglomerat busuk digantung jg, duitnya dibagi-2.
    Lah apa gak lebih banyak lagi nbanti yg makan nasi aking???

  28. Kalau soal ganti nama kan boleh aja. Bukan soal plin plan. Si Bambang perlu ganti nama Bejo karena keberatan nama. Tapi tentu pake bubur merah cing…

  29. hmmm…bole juga tulisan anda 🙂 paling tidak saya dapat perbandingan dari tulisan pak KKG. Tapi mas, saya masi bingung nih. apakah 8500 itu murni biaya produksi saja? 8500 itu per liter? itungannya dah bener? maksud anda asumsi itu apa? 8500 itu biaya pengolahan premium saja atau pukul rata? (dianggap sama dengan biaya pengolahan avtur, pertamax, dll).
    diantara smua hasil minyak itu kenapa premium yang lebih untuk menengah ke bawah yang dicabut subsidinya? avtur juga disubsidi bukan? saya dengar biaya subsidi avtur mencapai hingga 5000.
    maap kebanyakan nanya, saya masi awam soal2 ekonomi siy 🙂

  30. baca2 kompas beberapa minggu kemarin isu naiknya minyak terkait isu pangan hingga rencana industri pangan barat sana mau masarin produk bibit pangan hasil rekayasa genetik mereka biar di beli dunia, aku bukannya pemuja teori kospirasi, sepertinya emang ada rencana keji dan jahat yang cuma mikir bisnis dan kekuasaan.

    Kasian saudarak2u yang begaji dibawah 4 juta, orang2 pinter punya alasan segudang buat bela opini mereka, baik yang pro atau yang kontra, mereka bisa tetap mikir karena perut mereka ngga menjerit, ngomong doang hemat energi, rencana, wacana sampe seminar, ujung2nya cuma cari populer,

    klo emang bela rakyat, buktiin bikin energi listrik kincir angin, bikin bandul laut manfaatin aseet pemda jangan cuma pinter otak atik apbd dan pbb doang, bikin pabrik panel surya, bikin pabrik semikonduktor, klo emang bisa hemat bertriliun2 dari subsidi bbm, kita sama2 tau kok cost produk oil perbarel cuma 8-12 dolar, dengan harga sekarang 128dolar perbarel, ini malah diiming2in BLT macam belanda agresi militer aja rakyat di iming2 roti dan keju, di rayu2, macam jepang di janjikan merdeka,

    Heran gw dimana sih wawasan nusantara mereka ikut kursus2 pejabat tinggi berkali2 tapi kok caranya gitu penuh iming2 doang. mana blue enegri mana, nutrisi yang bisa ningkatin produk pangan.

    Menjabat kok cari peluang bisnis cadangan nanti klo udah pensiun, kapan mikir buat rakyat, kapan mikir buat masyarakatnya, berdagang buat menjabat menjabat buat berdagang

    Maap pak de jadi ajang curhat nih
    kayanya 2009 perlu calon muda bukan orang2 yang katanya tua dan pengalaman tapi penuh intrik culas dan jahat, ayo dong orang2tua ku yang bijak dan wisana maju pimpin negri ini atau sokong yang muda, tuntun dia jadi pemimpin negri ini.

    Negriku sudah merdeka – jujur blum

  31. waduh bingung aku ini….aku kan kepala desa jadi nanti subisdi juga melalui kepala desa makanya bingung sebab datanya pakai data 2005 sedangkan dulu aja masalah bagaimana sekarang… la wong semua ngaku miskin viye iki kang mas

  32. @ Hilda Purnamasari
    Dah baca mbak dan nyesek.. itulah kalo baca angka-angka dan gak tau artinya. banyak baca disini ya mbak dan coba cari perbandingannya di google. kira-kira pemerintah kok bisa ngomong gini dasarnya apa.. enak kok kalo dah paham. selamat belajar.

  33. Di Batam listrik mati setiap hari. Mulai bulan depan listik mati 10 jam sehari. Alasannya:”Singapura membutuhkan lebih banyak lagi energi untuk pembangunannya”.

    Ok. Itu tidak apa-apa. Kita beli GenSet. Tentu beli minyak bukan? Minyak dibatasi 5 liter sehari. 5 liter cukup untuk berapa jam sih?

    Kita mati gak apa-apa, yang penting negara tetangga maju terus…gitu ya?

    Gak apa-apa, kita yang kecil-kecil memang harus sekarat.

    Masih adakah sebuah harapan?

    Harapan saya, minyak dan gas bukan lagi pilihan sebagai sumber energi. Mudah-mudahan air. Sebab selalu dibandingkan minyak dengan air. Mengapa air boleh 2000 sedangkan minyak tidak boleh 8000. Kita lupa bahwa minyak tidak ada alternatif lain, makanya dikuasai negara.

  34. @Fatah75
    mencegah penyelundupan dgn memperkuat barikade penjagaan bukan dgn menaikkan harga, gimana sih anda ini??

  35. @Fatah75
    di Malaysia kan Rp.4800-an juga per liter, apanya yg mo diselundupkan?? 😆

  36. dhe, nuwun sewu ngga nyambung (langsung) sama topiknya.

    sekarang ini kan oom bush mau nge-sue OPEC karena dianggap yang paling bertanggungjawab atas kenaikan minyak dunia –iki jarene dekne, lho..

    anu.. sebenernya OPEC itu hanya sekedar organisasi kumpul2 negara penghasil minyak atau gimana, dhe
    apa memang bisa mereka menaikkan harga –diluar perkara kesepakatan bersama mengenai kuota produksi–
    secara logika ekonomi sederhana, kalo memang benar kata OPEC jumlah supply minyaknya cukup, harusnya sih harga ngga naik –kecuali kalo ada yang main-main di jalur distribusi atau mungkin dadakan ada banyak industri yang butuh BBM -mungkin gak yah?- sehingga permintaan naik drastis sehingga harganya naik jugah.

    tidak berkaitan tapi ya nyerempet2 juga, mengenai mengapa harga BBM di indonesia harus naik sih sudah cukup jelas pakdhe. lha tapi –berkaitan dengan yang pertama– apa tha yang bikin harga minyak dunia naik ? kira2 biang keroknya apa atau siapa, gitu lho..
    maksud saya, sekarang ini semuanya bicara soal “reaksi” atas kenaikan harga minyak dunia, tapi belum ada yang betul2 membahas masalah sebetulnya, yaitu kenaikannya sendiri. apakah bisa ditahan, atau mungkin diturunkan atau bagaimana..

    dijawab ngga dijawab, makasih lho pakdhe..

  37. asli… mumet gwe baca n analisa rumusnya, wajarlah para pemimpin puyeng ngitungnya 😀

    salam
    errinaproject

  38. Wah, Padhe bagaimana kalau kita nasionalisasi kembali sektor migas kita??? Bisa gratiskan sesuai UUD 45??? Huuuu kita ibarat anak ayam mati di lumbung padi!!!!!

  39. Mungkin permasalahannya tidak jadi krusial seandainya masyarakat Indonesia mempunyai kemampuan membeli minyak dengan harga standar (disebutkan di tulisan ini Rp.8500,-). Jelas ini sangat berpengaruh dan membedakan dengan negara tetangga Singapura atau Malaysia.

    Seharusnya arah kebijakannya terlebih dahulu meningkatkan daya beli masyarakan Indonesia yang berarti meningkatkan kesejahteraan dari sektor yang berbeda. Bisa dari memberantas korupsi atau mengembangkan sektor sda yang renewable.

    Dengan daya beli masyarakat Indonesia yang sekarang, kebijakan menaikkan harga BBM tetep akan membikin ontran-ontran dan goro-goro di negeri ini.

  40. Bagaimana bila subsidi perbankan juga dikurangi, subsidi pendidikan dikurangi, subsidi kesehatan dikurangi, subsidi pupuk dikurangi, subsidi listrik dikurangi, pembayaran utang dikurangi, APBN pasti surplus, nah kelebihannya baru dibagi lagi ke masyarakat lewat NPWP saja. Gimana, se7?

  41. numpang lewat, minta ijin copy ah..
    gk brani komntar gk ada ilmu.

  42. Bagus banget penjelasannya; sebenarnya masyarakat tugh setuju kalo harga bensin naik. Yang jadi masalah sosialisasi mengenai alasannya itu sangat minim kalo boleh dibilang tidak ada. Profit Windfall pasti dinikmati pemerintah, cuma masalahnya indonesia sudah jadi pengimpor bukan eksportir minyak. Udah gak cocok untuk ikut jadi anggota OPEC.

  43. Ya pemerintah tetap mau tidak mau harus menaikkan harga BBM, untuk menghindari jebolnya APBN 2008 ini. Untuk masalah nasionalisasi kita perlu pikirkan itu sebagai solusi jangka panjang, karena kita ketahui nasionalisasi tidak bisa dilakukan dengan sekejap mata, ada efek domino yang harus kita percahkan bersama, sebagai contoh sumber dana untuk melakukan nasionalisasi tadi, bargaining position Indonesia dikalangan dunia, adanya kemungkinan Indonesia terseret kedalam abritase Internasional jika tidak ditangani secara tepat.
    Intinya seperti yang sudah disampaikan diatas, mari kita sama-sama bergotong-royong untuk membangun Indonesia ini, sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia, jangan saling menjatuhkan untuk membuat negara kita ini maju dan disegani masyarakat Internasional.

  44. 1) Dari perhitungan diatas penjualan produksi Indonesia sendiri yang 1jt barel kok gak disebut2 sih pak? menjadi komponen dimana pak? Kalau boleh tentunya ada komponen lain sebesar E. Sehingga harga BBM akan menjadi A+B+C+D-E.

    2) Analogi lain, saya pernah membaca pendapat seseorang bahwa: Apabila beras dalam negeri seharga Rp4000…sedangkan di pasaran Internasional harganya sudah menjadi Rp 10000… apakah ini dapat diartikan bahwa rakyat Indonesia sewaktu membeli beras di Indonesia di subsidi Rp6000 oleh petani???!! padahal teknologi dan biaya2 terkait sesuai dg harga di dalam negeri.
    Sama nggak kira2 dengan cerita subsidi BBM?

    3) Saya setuju dengan harga BBM yang terjangkau asal ada itung2an jelas dan transparan.

  45. Saya jadi bingung kalau KKG menghitung biaya produksi 630, dari mana asumsinya.

    Logika umumnya, di LN tidak ada harga BBM dibawa 9000, coba ke S’pur, Pilipin, Malaysia dll. Semua sudah berkisar 9000 – 10000. Kebanyakan mereka impor, dan yang digunakan sudah UNLEADED.

    Jadi lebih masuk akal kalau biaya produksi dan transport sekitar 8500.

    Kalo subsidi terus, kasihan generasi mendatang, akan lebih sulit mengatasinya. Jadi mestinya SBY dan JK harus berani ambil resiko tidak populer, tapi menyelamatkan bangsa. Juallah BBM ke masyarakat dengan harga produksi JANGAN Subsidi. Resikonya memang SBY dan JK mungkin tidak akan terpilih lagi. Tapi sejarah akan mencatat, mereka NEGARAWAN.

    Konon di Filipin, Thailand dulu juga subsidi, tapi kemudian pemerintahnya berani ambil resiko tidak poluler dengan menghapus subsidi. Sekarang, ekonominya lebih stabil. Kalau Subsidi, pasti ekonomi tidak stabil, gampang dipermainkan.

  46. bikin pusing juga ya, ternyata?

    Andai Indonesia punya pengolahan minyak sendiri…
    Pasti nggak semahal ini.

    Yah, harus di-ikhlaskan.
    Premium jadi Rp. 8500,-

  47. proses penyadaran kepada rakyat yg ndak pernah nyampai pak 😐

  48. yup.. hitungan anda dengan saya hampir sama…
    thanx, for the artikel. membantu orang2 jangan tersesat dengan hitungan kwik….

    intinya pemerintah akan sangat kebingungan untuk menggunakan anggaran APBN yg mana jika harga BBM, khususnya premium jika tidak dinaikan dikarenakan kenaikan harga minyak mentah didunia…

    untuk lebih jelasnya silahkan baca artikel saya:
    mengapa bbm harus naik:
    http://zeista.wordpress.com/2008/05/09/mengapa-harga-minyak-kita-harus-naik/

    untuk info tambahan aja, konsumsi BBM kita untuk premium sebesar 17 juta kilo liter setahun. dan importnya hampir 50%. berarti pemerintah mengimpor minyak mentah sebanyak 8 juta kilo liter pertahun. kalo minyak mentah dunia sudah lebih dari $120/barel silahkan hitung sendiri berapa yang harus ditanggung pemerintah untuk mensubsidi BBM impor tersebut???
    kalo kurang, anggaran APBN apa yang mo diambil??

    untuk detilnya silahkan main2 ke blog saya,
    http://zeista.wordpress.com

  49. oia pak, tambahan lagi dari saya, saat ini kebutuhan nasional yang diberita berita disebutkan 1,2jt barel per hari itu kan gak 100% subsidi, didalam itu kan ada komponen bbm industri, pertamax & pertamax plus yang semuanya gak pake subsidi (udah pake harga pasar yang bapak bilang sebagai A+B+C+D), jadi mungkin bapak sebagai ex pertamina bisa jelasin sebenere berapa jumlah pemakaian BBM yg bersubsidi, berapa bagian negara atas minyak yang diambil dari bumi indonesia (setelah dikurangi production sharing, cost recovery, dll). dari situ itungannya akan lebih transparan.

    jangan2 harga 4500 itu sebenere dah bikin untung.
    sebelume ada yg bilang dari crude oil hanya 30% yang jadi bensin, tp komponen 70% itu kan bisa dijual juga pak, mosok aspal, kerosene, lubricant itu dibuang2 pak. daripada dibuang kasi ke saya aj d pak gratisan:D hehehe

    bapak masi ngotot ngangkut pake jerigen itu sangat mahal, tp kok harga pertamax yg bisa beda2 perdaerah aja gak ada tu saya liat yang harganya ampe 15rb. padahal kan itu sudah tanpa subsidi.
    klo ngangkut drum via udara di irian yang bapak sebutkan hanya dilakukan secara insidentil si, haruse gak akan byk makan biaya(jika diliat secara nasional). klo selama ini terus2an pake cara mahal itu, brarti manajemen transportnya yg gak beres pak. itu yg harus dibenahi, bukan dengan naekin harga.

    mohon maaf klo angka2 yang saya sebutkan diatas tidak tepat, maklum saya hanya org awam yg tau dari berita2 yang bisa diakses oleh masyarakat umum. mungkin bapak bisa memberi pencerahan.

  50. penyulingan minyak sebenarnya bisa menggunakan teknologi sederhana atau rumit.
    Kalo ingin tergantung “selamanya” sama orang asing pilih teknologi rumit, kita tergantung dan “selamanya” juga ngomong mengolah minyak itu tidak untung.
    Kalo kita bisanya baru menggunakan teknologi sederhana kenapa harus “cat cracker” yang kalo rusak di Balongan musingkan orang sekabinet dari jamannya kabinet Soeharto.
    It’s not a time for another appologize stuff again.
    Please Stop act like awakening prophet. You just another liar clown bastard!!!!

  51. nuhun pisan infonya. mencerahkan (sekaligus nambah pusing 🙂 ).

    kita harus berhemat.

    pada akhirnya apa yang kita perbuat yang akan dipertanggungjawabkan dan diberi imbalan.

  52. Appologia huahahaha

  53. dari jawaban bapak yg terakhir akhirnya saya menarik kesimpulan bahwa 8500 adalah hasil dari A+B+C+D (memperhitungkan harga pasar crude oilnya) bukan hanya A+B+C (bener gak pak?).
    n tulisan bapak yang ini:
    “BBM yang dihasilkan PT.Pertamina akan dijual dengan harga yang sama di SPBU Pertamina yang tersebar dari Sabang – Merauke dan dari Rote (pulau Roti) – Miangas (SULUT). Yaitu Biaya A + B + C = Rp 8.500,- (asumsi sekarang).”
    seharusnya diubah pak.
    Padahal kan kita gak 100% impor pak, jadi gak adil kalo COGS crude oilnya 100% pake harga pasar.

    klo masalah ada penyelundupan, masih banyak cara yg bisa ditempuh tanpa harus membebani rakyat lagi.

    saya setuju klo bensin naek, supaya negara memperoleh pemasukan lebih untuk pembangunan. tp itung2an subsidi versi pemerintah ini yg kesannya gak jujur dan gak terbuka.

  54. Harga BBM dalam negeri harus disesuaikan dengan harga diluar, agar tidak terjadi praktik penyelundupan besar2an ke singapur dan malingsia

  55. Itulah yang saya bingung, KKG dapet angka asumsi biaya Lifting + Rifining + transportation = Rp 630,-/ltr itu dari mana.
    Saya kebetulan pernah 7 tahun di Economic & Planning Div untuk Kilang BBM dan Petrokimia rasanya tidak pernah mendapatkan angka seperti itu… 🙂

  56. Sewaktu saya memposting cerita subsidi BBM saya belum membaca, akhirnya setelah membaca tulisan bpk. KKG di koran internet, saya berkesimpulan begini:
    1. Dalam cerita saya mengambil asumsi biaya Lifting + Rifining + transportation = Rp 8.500,-/ltr mungkin terlalu tinggi sehingga atau mendapatkan perbedaan Rp 4.000,- yang perlu di subsidi. Sedangkan KKG mengambil asumsi biaya Lifting + Rifining + transportation = Rp 630,-/ltr mungkin terlalu rendah sehingga atau mendapatkan perbedaan Rp 3.870,- sebagai laba atau keuntungan. Jadi menurut saya ada SUBSIDI tapi menurut bpk KKG tidak ada SUBSIDI.
    2. Biaya total dari pembuatan suatu produk yang berbentuk barang adalah 20% – 30% dari harga jualnya, di ambil sebagai asumsi. Kita ambil yang tereffisien 20%.
    3. Kalau harga crude oil dunia kita anggap berharga = USD 120/bbl, maka untuk mendapatkan premium 1 bbl harga jualnya menjadi = Usd 120 + (usd 120 X 20%) =USD 150/bbl. Jadi 1ltr premium harganya menjadi = (usd 150:159) X Rp 10.000,- = dibulatkan Rp 9.000,-

    Bpk. KKG sangat kekeh pada asumsi sbb:
    Lifting + refining + transporting = US$ 10 per barrel. Kalau nilai tukar kita ambil US$ 1 = Rp. 10.000, jatuhnya untuk 1 liter bensin premium Rp. 630. Hasil penjualannya Rp. 4.500. Jadi untuk setiap liternya kelebihan uang Rp. 3.870, dan angka ini sama dengan laba kalau kita menganut prinsip cash basis.

    Rumusnya seharusnya: Harga bahan mentah + biaya total = Harga jual
    USD 120 + (120 X 20%) = dibulatkan Rp 9.000,-

    Rumus KKG : harga bahan mentah + biaya total = harga jual
    ??????? + Rp 630,- = Rp 4.500,-

    Kesimpulan: Asumsi biaya total yang berbeda dan perumusan yang berbeda mendapatkan hasil yang berbeda.

    Catatan: Biaya Lifting + Refining + Transporting = Biaya total.

    Jawaban untuk: Mas Sableng >> Anda sangat kritis, asumsi saya terlalu tinggi, terlalu extrim karena untuk pedalaman Irian, pernah BBM dari bulk dikemas ke Drum dan diangkut lewat udara. Terima kasih atas koreksi anda.

  57. Pak, klo dibilang di pulau terpencil pake jerigen mungkin benar. mungkin klo harga gak standar diseluruh daerah bisa aja di terpencil harganya 15rb/liter tp di jawa n kota besar = 2rb/liter. tp kan pemakaian Bbm paling besar adalah dikota besar. di daerah terpencil berapa si penggunaannya. jadinya pengguna kota besar akan subsidi silang kedaerah, tp kalopun di rata2 nasional gak mungkin itu diharga 8500. kecuali jerigennya bocor, jadi netesnya kemana2.mosok mo nyubsidi maling pak:D hehehe

    lha wong si kerang aja bisa jualan di harga kurang dari itu tanpa subsidi loh. padahal kerang itu crude oilnya haruse sebagian besar dari harga pasar,(ato kerang mungkin bisa dapetin crude oil gratis juga yah), n pertamina crude oil bisa dapet dari yg gratisan. gimana tuh? pernah baca di detik biaya produksi pertamina hanya 9.8usd/barel (lupa linknya). 8500 harga BEP pertamina…..bah…gak masuk akal sama sekali.

  58. engga jadi deh pake bensih aku mau pake air aja buat ngisi kendaraan saya

  59. kalo bagi rakyat keci seperti aku, engga sanggup membeli minyak tapi kalo aku orang punya aku engga lagi pake minyak aku mau pake bensin aja, heheheheheheh

  60. wah, kok beda sama itung2 an dari kwik kian gie ya? dia menghitung (saya g tau itungannya) pokoknya dari harga 4500 itu pemerintah untung 3800. kok kontras ya?

    kita bukan memusuhi asing yang mengelola minyak kita pak, tapi kita minta hak kita itu aja. di uud ad kok pak klo segala hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak itu dikelola pemerintah dan digunakan SEPENUHNYA untuk kepentingan rakyat

    –> Penjelasan tentang mengapa Kwik menghitung seperti itu bisa dibaca disini :
    Usaha minyak: Untung, tapi kok perlu subsidi ?</h2

  61. @nenyok
    Subsidi dihapus tapi harga minyak gak naik?
    penjelasannya begini, harga premium sebenernya 8500, tetapi kita belinya diharga 4500, yang 4000 ditanggung pemerintah. itu namanya kita mendapat subsidi 4000 dari pemerintah.
    kalo subsidi dihapus ya berarti kita beli diharga 8500.
    kalo subsidi dihapus tapi kita tetap beli diharga 4500, trus yang 4000 sapa yang bayar?

  62. Salam
    Hm kalau subsisdi BBM dihapus dengan catatan harga BBM ga dinaikan, kira2 dampaknya gimana ya?
    Mohon penjelasan, Trims 🙂

  63. kadang bingun juga, pemerintah maunya gimana gitu? g kepikiran apa dampak ekspor. padahal katanya kita punya ekonom terbaik bangsa.
    weleh..weleh…sepakat sama mas nindityo kalo pemerintah itu “bandel”. dan sepakat pula sama pak cahyo bahwa kita harus menciptkan sumber energi laternatif.
    inilah kesalahan kedua SBY; tidak menciptkan sumber energi alternatif sebagai bentuk preventif dampak negatif ekspor minyak, bukan dengan BLT (bantuan langsung tewas)

  64. thanks mas rovicky atas pencerahannya. kayaknya ini sekaligus menampik tulisan KKG ya…. 🙂

  65. Satu hal yang petlu di cermati adalah alangkah baiknya kira mulai memikirkan untuk menggantikan sumbet energi BBM dengan yang lainnya, roh masih banyak sumber energi lain yang masih dapat kita manfaatkan. Kenapa kita hanya berkutat di sekitar minyak saja tidak berfikir yang lebih luas. salam hangat.

  66. […] ada baiknya baca cerita tentang subsidi BBm […]

  67. Minyak mentah (crude oil) yang terkandung dalam perut bumi Indonesia jenisnya ada berbagai macam, misalnya: di daerah sekitar Balikpapan/Kaltim residunya adalah lilin, di Sumatera bagian selatan residunya adalah aspal, di Sumatera bagian utara tidak mengandung lilin atau aspal. Yang kandungan sulfur nya sangat rendah dikategorikan kwalitas tinggi. Nah bagaimana memanfaatkan dan mengolahnya >>> sehingga menguntungkan kita semua. Mari kita renungkan dan pikirkan bersama.

  68. ooo gitu toh ternyata kenapa alasannya pemerintah menaikkan harga BBM? kalau gitu pemerintah punya kewajiban juga untuk mengolah minyak yang akan diekxpor menjadi kw 1, biar dapat dijual mahal. Sehingga Indonesia akan mendapat keuntungan.

  69. minyak lagi minyak lagi
    besok kita pake pedati aja lah
    kalo gak naik kuda
    kan masalahnya rumput aja
    di negara kita luas tuh padang rumput

  70. kalau dari artikel ada kesalahan yang dilakukan pemerintah &pertamina.
    1 kenapa harus mengespor minyak kalau dikatakan kita harus memikirkan anak cucu kita seharusya kita tidak akan mengespor walaupun minyak berlimpah wong untuk anak cucu kita.
    2. kenapa yang terbaik malah dijual, malah membeli minyak bermutu rendah. seharusya minyak terbaik digunakan untuk negeri ini.
    yang menjadi permasalahan membuat keanehan itu seharusya pegawai pertamina itu miskin kalau menurut hitungan bapak diatas, lho wong gak untung
    tapi kok dimasyarakat pandangan umumnya kalau jadi pegawai pertamina itu kaya
    pusing ya negara bangkrut hanya karena bbm

    –> Indonesia mengeksport minyak yang bagus karena dahulu mengharapkan “selisih” harga sebagai bagian dari keuntungan. Sayangnya kebutuhan minyak di kilang Indonesia ini bukan minyak kualitas bagus. Ntah ini syapa yang buat keputusan. Maksudnya sih (mungkin) baik, tetapi saat ini memang terasa aneh aja karena harga minyak suangat mahall. 😛

  71. wadoh, mbulet, sembulet negara dan pemerintahnya, hehehehe. tapi biar bagaimanapun harus tetap majuterus pantangmundur

  72. boss… iji copy artikelnya yah… menarik tuh.. ^_^

  73. Anehnya, sudah net importer tapi kita masih mempertahankan keanggotaan di OPEC. Keanehan itu cukup mahal ongkosnya, yaitu iuran anggota 2 juta US dolar per tahun.

    Pokoknya, cerita tentang minyak pasti panas dan licin hehehe…

    Salam Merdeka

  74. Sebenarnya masalah biaya yang ditanggung oleh pemerintah bukanlah hal yang urgent, karena sudah menjadi kewajiban negara sebagai welfare state.
    YAng saat ini sangat dibutuhkan adalah kebijakan energi yang bisa membuat masyarakat tidak menghamburkan energi yang ada. Hal itu bisa dilakukan dengan regulasi,bukan sekadar kenaikan harga.

  75. salam kenal

  76. biar gak repot negara nya dibagi 17 …..biar ninting jiregen nya enggak kejauhan……..

  77. kalo udah liat perhitungan seperti ini pak, sebenernya tinggal penyampaian ke masyarakat saja. mungkin seperti yang dulu biasa dilakukan oleh pak Harmoko.
    kemaren saya dapet (dari milis) penjelasan tentang subsidi minyak versi malaysia, coba ada penjelasan seperti itu versi pertamina kan tidak seperti sekarang yang bikin gerah masyarakat karena gak ada informasi. jadi terkesan pemerintah bandel dan tidak peduli sama teriakan rakyatnya.

  78. selalu hangat 🙂

  79. Angka-angka yang dipakai hanya asumsi, anda benar karena pelabuhan di Indonesia Timur yang terpencil tidak bisa dijangkau oleh Kapal Tanki besar sehingga cost per unit menjadi tinggi. Karena jarak yang jauh sea cost juga jadi tinggi.

  80. angka A+B+C = 8500/liter itu darimana? berapa persen kontribusi masing2 komponennya.

    karena heran aja klo biaya transportasi sampai semahal itu. kan ngangkutnya banyak, ribuan ato bahkan jutaan liter sekali angkut. ato ngangkutnya pake jerigen kali ya…

Tinggalkan komentar