Fakta soal Chernobyl yang perlu diketahui sebelum membangun PLTN


A photograph of one of the lava-flows formed by corium Fuel containing mass in the basement of the Chernobyl plant. 1 is the lava flow, 2 is concrete, 3 is a steam pipe and 4 is some electrical equipment

PLTN akan dibangun di Muria. Dalam benak ini mesti isinya macem-macem apalagi mendengar kata nuklir … weleh kok dibenak ini yang ada cuman ledakan BLUNG !!
Kita harus tahu the worse case atau celaka terburuk yang pernah ada dalam PLTN di dunia ini dan tentusaja Chernobyl. Ma’rufin seorang sarjana Fisika UGM ini sering ngobrol soal sains bercerita beberapa fakta Chernobyl yang perlu diketahui, secara sederhana saja.

😦 “Pak Dhe, dikasi gambar-gambarnya ya biar menarik 😛 ”

Disebelah ini adalah foto lava cairan basement yang meleleh yang berasal dari ruang bahan bakar di reaktor Chernobyl.


# Ma’rufin menuliskan komentar tulisan PLTN -India :
Juli 12th, 2007 at 1:39 pm

Pertama, soal korban Chernobyl. Bener, korbannya memang hanya sekitar 60-an, dan itu pun akumulatif sejak 1986 – sekarang. Jadi tidak single-shot, sekali ‘tepuk’ langsung 60. Kalo korban aslinya, ketika kecelakaan itu terjadi, ‘hanya’ 2 orang, yakni para petugas likvidator (pemadam kebakaran Russia) yang berjibaku menghadapi kebakaran Chernobyl TANPA DIBERITAHU apa yang terjadi sehingga hanya mengenakan baju tipis saja dan masker standar.

😦 “Pakdhe korban kecelakaan bis saja sekali jebret bisa puluhan looh dhe”
😀 “Tapi harus diketahui juga ada angka menyebut hingga 6 juta yang terkena dampak. Sakjane ya dampak knalpot jakarta juga jutaan ya Tole, cuman membuat wahing-wahing … haaaatchu ! 😛 Jangan terpesona dengan angka besar ataupun kecil. Harus dilihat apa arti angka tersebut”

Kedua, seberapa lama dampak radiasi Chernobyl? Limbah nuklir produk fissil yang utama dan berpotensi paling berbahaya adalah Stronsium-90, Iodium-131 dan Cesium-137 (kalo tidak salah). Stronsium bisa menyubstitusi Kalsium sehingga suka mengendap di tulang, umur paro-nya 29 tahun. Iodium, sukanya ngendon di kelenjar thyroid dan punya umur paro cuman 8 hari (!). Cesium, juga hobi menggantikan peran Kalium/Natrium dalam tubuh makhluk hidup dan ia punya umur paro 30 tahun. Kalo dalam fisika, radioisotop dengan umur paling pendek justru yang paling berbahaya karena tingkat aktivitas jenisnya dan juga pelepasan energinya jauh lebih tinggi.

The contributions by the various isotopes to the dose (in air) in the contaminated area soon after the accident. This image was drawn using data from the OECD report, the Korean table of the isotopes and the second edition of 'The radiochemical manual'.The external gamma dose for a person in the open near the Chernobyl site. Dosis sinar gamma eksternal di Chernobyl telah menurun hingga 1/1000 kali dosis awal dalam 10.000 hari pasca bencana. Konsentrasi Stronsium dan Iodium dalam 10.000 hari pasca bencana juga sudah susut jauh hingga mendekati nol. Iodium dibiarin saja memang lenyap dengans endirinya, sementara Stronsium dibereskan dengan beragam teknik termasuk salah satunya adalah teknik fitoremediasi dan bioremediasi (terutama menggunakan varian Bunga Matahari), sehingga banyak kawasan yang ” 100 %” bebas dari ancaman Stronsium. Yang masih tersisa disana memang Cesium.

Memang, kalo bicara ideal, sampai kapanpun radioisotop akan tetap aktif dan memancarkan energinya. Namun dalam praktiknya digunakan pendapat umum, bahwa jika sebuah radioisotop telah melewati 2 kali waktu paro-nya, aktivitasnya boleh dikata sudah aman.

Chernobyl reactor number four after the disaster, showing the extensive damage to the main reactor hall (image center) and turbine building (image lower left) Ketiga, soal ‘meledak’. Ada yang perlu diluruskan disini. Reaktor Nuklir bukanlah bom nuklir yang terkendali, sehingga potensi meledaknya (akibat ledakan nuklir) sebenarnya tidak ada. Ledakan di Chernobyl terjadi akibat tekanan uap air yang luar biasa akibat penguapan brutal dengan terjadinya ekskursi nuklir. Ini disusul dengan ledakan hidrogen yang dibentuk dari reaksi grafit dan uap air panas. Seperti sudah saya tulis, Chernobyl adalah kasus anomalik, reaktornya sudah memiliki cacat bawaan, kemudian ditempatkan di bangunan yang sangat rapuh dan cilakanya operatornya ditekan oleh Partai Komunis saat itu. Ada juga gelagat kalo Chernobyl adalah reaktor sipil yang ketitipan untuk memproduksi Plutonium, jadi bebannya berat. Dan jangan lupa, teknologi Chernobyl (juga Three Mile Islands) adalah teknologi 4 dekade silam yang dalam dunia nuklir sendiri sudah tidak dipakai. Tidak bisa satu hal yang anomalik kemudian dipakai untuk melakukan generalisasi, meski dalam praktiknya di Indonesia hal itu sudah umum.

Sepakat 100 % jika dikatakan radioisotop itu berbahaya. Ini juga disepakati oleh para ahli nuklir. Makanya ketika mereka merancang PLTN, masalah pengelolaan bahan nuklir, limbah dan penyimpanannya menjadi hal yang utama sehingga di setiap lini aliran bahan bakar dan limbah PLTN (baik padat, cair maupun gas) selalu terdapat perangkat2 pengolahnya dan dijalankan dengan prosedur teramat ketat. Dalam perkembangan sekarang, selain double containment yang mengurung reaktor dalam kubah beton (dome) – bentuk yang secara geometri lebih tahan gempa dan benturan – disekeliling reaktor juga dibentuk zona eksklusi yang selain bebas pemukiman juga dihijaukan dengan tanaman2 khusus yang memang memiliki kemampuan menyerap radioisop dengan cepat ANDAIKATA terjadi kebocoran nuklir. Jika anda2 pernah merasakan susahnya menjalani training pengelolaan lingkungan versi ISO, yah semacam itulah prosedur ketat dalam pengelolaan limbah nuklir, karena dalam sejarahnya memang standarisasi ISO itu diturunkan dari alur proses pengelolaan limbah nuklir (dengan sedikit penyesuaian).

So, karena terlalu peduli soal limbah dan keamanan inilah yang membuat biaya pembangunan PLTN jadi membengkak. Di itung2 untuk membangun 1 PLTN sama dengan biaya untuk membangun dua unit PLTU. Dan karena ini pula harga listrik PLTN memang tidak murah. Meski, jika mau dibanding2kan, apabila PLTU juga diberi kewajiban mengolah limbahnya dengan sempurna seperti alur p[roses dalam PLTN (termasuk Uranium removal dalam batubara, yang dosisnya ternyata cukup besar), biayanya menjadi setara koq. Jadi titik persoalannya memang karena PLTN itu harus bersih dan perfect, makanya mahal.

catatan rdp: Masyarakat awam Amerika memang belum mulai konsen dengan radiasi dari pembuangan limbah nuklir. Tapi kenyataan jumlah radiasi uranium dari limbah PLTBatubara bisa dilihat disebelah kanan ini.

😦 “Kenapa kalau PLTN dituntut perfect yang lain tidak dituntut seperti PLTN ya pakdhe ?”
😀 “Karena kita banyak tidak tahunya, dan yang nuntut itu kan yang tahu. Makanya kamu harus tahu supaya kalau takut karena memang tahu juga kalau tidak takut jangan tanpa dasar yang tepat, Tole”
😦 “Kalo gitu suwun ilmunya, Om Ma’rufin

Jika PLTN Muria bocor, memang, kata Australian National University, radiasinya bisa menyebar ke Australia dan mencemari seluruh ASEAN. Nah, persoalannya sekarang, apa kira2 faktor yang bsia menyebabkan PLTN ini bocor diluar kesalahan operasional (yang bisa diperbaiki dengan pelatihan dan pengetatan prosedur operasi) ?

Konon karena gempa, apalagi Pulau Jawa termasuk dalam margin lempeng Eurasia yang potensi goyangan gempanya cukup besar. Namun kalo kita liat peta distribusi hiposenter gempa dari USGS, selama 15 tahun terakhir ini tidak ada gempa dengan M > 3 skala Richter dengan episentrum di sekitar Muria.

Sehingga USGS pun menempatkan kawasan Muria dan sekitarnya sebagai lokasi teraman di Jawa terhadap guncangan gempa (lokasi terawan justru pantura Jabar, Jakarta dan dataran tinggi Bandung) Memang Muria berdekatan dengan patahan besar RMKS (dari Rembang melintasi Madura dan Pulau Kangean) serta patahan transversal Jawa Tengah (yang menjadi tempat berdirinya gunung2 api Ungaran, Telomoyo, Merbabu dan Merapi), namun keduanya tidak aktif. Andaikata kasus terburuk terjadi, dimana transversal Jawa Tengah ini bangun lagi, dengan panjang patahan 400-an km (dari ujungnya di Semarang melintasi patahan Opak hingga ke lepas pantai Samudra Hindia) maka gempa maksimum yang bisa dibangkitkan adalah 8 Mw (alias 7,5 + skala Richter). Anggap saja episentrum gempa di bawah Gunung Ungaran, yang jaraknya 70-80an km dari tapak PLTN, maka dengan menggunakan model perambatan gelombang Gempa Yogya, intensitas guncangan di tapak PLTN maksimum sebesar 6 MMI, yang berpotensi menghasilkan kerusakan ringan-menengah pada bangunan yang buruk.

marufin.jpg
Ma’rufin

😦 “Itukalau bangunan buruk emang ambleg ya dhe, tapi bukan berarti yang bangunan beton selalu tahan gempa kan dhe ? Wong gedung BPKP di Jogja ya roboh je”

93 Tanggapan

  1. […] Mengapa Ledakan Chernobyl Terburuk dalam Sejarah? Inilah[dot]com | diakses tanggal 9 Februari 2013 Rovicky. 2007. Fakta Soal Chernobyl yang Perlu Diketahui Sebelum Membangun PLTN. rovicky[dot]wordpre… | diakses tanggal 9 Februari […]

  2. saya punya soal yang gak bisa dijawab bantuya 🙂 🙂 tenaga nuklir yang meledak di RUSSIA terjadi di daerah mana ? mohon bantu ya 🙂 🙂

  3. […] This post was mentioned on Twitter by Andro Prabowo, Rovicky Putrohari. Rovicky Putrohari said: Fakta soal Chernobyl yang perlu diketahui sebelum membangun PLTN: http://t.co/2KlWRHl […]

  4. chernobyl itu akibat kelalaian manusia atau human error..
    PLTN itu seperti bisnis, jika ingin maju harus mau ngambil resiko.. emg resiko itu bs membahayakan, tapi kan kita bs memanage resiko itu sendiri agar tdk berdampak negatif.. jadi menurut saya sah2 saja bikin PLTN, tapi ya harus dikontrol dgn baik.. kalau untuk saat ini mungkin negara kita bisa bikin beberapa PLTN di lokasi yg aman, kita belum bisa seperti negara2 maju yg masyarakatnya relatif ‘nyadar’ akan kebutuhan energi.. kalo mau maju ya harus dari individu baru nasional.. gw yakin kalo di satu rumah ada 1 org yg nyadar akan keadaan sekarang, indonesia kedepan akan lbh maju dr yg sekarang, amin!!

  5. Kami jelas nolak PLTN.
    bicara PLTN tidal selamanya bicara tentang teknologi tok, tetapi kita harus melihat manfaatnya dan kerugianya. Sapanjang yang kami lakukan konfirmasi ke lembaga2 terkait meeka mengatakan tidak dapat menjamin keamanan instalasi PLTN, kecuali hanya TUHAN.
    bicara PLTN di muria selayaknya juga harus bicara tentang politik energi di Indonesia, yang lebih suka menjual sumberdaya energi ketimbang memanfaatkanya.
    Mengenai syahwat pembangunan PLTN aku kira lebih kepada kepentingan projek dan keuntungan (uang) yang bisa di korup (manajemen proyek di indonesia keuntungan 40% sebelum proyek dimulai). Hal inilah yang membuat PLTN menjadi sangat berbahaya jika dibangun di Muria.
    Jika ada yang ngomong PLTN aman silakan usul untuk dibangun di pekarangan rumah anda dan jangan dibangun di Muria.
    SAMPAI MATI KAMI AAN MELAWANRENCANA PEMBANGUNAN PLTN MURIA

  6. 🙂 Indonesia SUDAH punya PLTN. Tinggal sambung GENERATOR saja. 30 tahun beroperasi aman. Audit dari IAEA-bukan dari KPK, apalagi BPK. Ada kamera pemantau. Berita baiknya: Anti LAPINDO, karena ada sistem ganti rugi yang pasti di pasal 28 UU 10 tahun 1997. Syukurlah, Indonesia PERCAYA DIRI dan TERBUKTI SUDAH mampu mengoperasikan PLTN. Kapasitas 10 MW. Mirip dengan HTR-10 di Cina (ada di wikipedia.org). Instalasinya malah di tengah kota: di Serpong. Selamat ya…

  7. se7 dg k4tam, oke2 aja asal dibangun jauh dari penduduk…

  8. penyelenggara negara udah kagak ada pikirannya lagi, apa ud gak ada energi alternatif yang laen… angin…matahari….air… kenapa mesti nuklir bung…. kalo mau ngebangun tenaga nuklir jangan di tempat pada penduduk…. pulai kita yang jauh letaknya dan tidak padat penduduk kan masih banyak… kenapa mesti di jepara…. aku orang cluwak pati…. aku tidak anti nuklir, tapi mbok yao jangan di jepara… tau sendiri, pulau jawa rawan gempa bapak-bapak….

  9. tolak PLTN Muria

  10. Wong ndeso, aku juga menikmati kalau pas ada giliran listrik mati ( di Solo disebut JIGLOK OGLANGANE = tiba gilirannya). Walau gelap dunia jadi indah, kalau pas bulan juga tidak nampak, dilangit kita bisa memandang bintang-bintang bertaburan, paling berkesan melihat gugus bintang Scorpio, karena bintang itu yang pertama dikenalkan kepadaku oleh ayahku sewaktu aku masih kanak-kanak.
    Btw, kita memang boros listrik, lihat saja charger HP dan power suply komputer yang tanpa stepdown trafo, berapa INPUT -OUTPUTnya, outputnya hanya sekitar 25 % dari inputnya.Belum efisiensi kompor listrik atau alat-alat rumah tangga lainnya yang pakai listrik.

  11. sebenarnya ini bukan masalah… PLTN ya aman2 aja asalkan kontruktor nya terpecaya..

    masalahnya sering anggaran disunat jadi budget ga cukup akhirnya kualitas bangunan dan strucktur jadi memble..

    yang salah siapa?? ya, pemerintah.. Harusnya kalo tender harus diawasi oleh IAEA sebab ini buakn perkara kecil…. ini bencana dunia bung!!!

    masa pemerintah ga tau harus berbuat apa untuk proses tendernya??? ANEH??? itu udah ada tanda2 korupsi…..

    nga perlu pake perusahaan lokal…. ga perlu pake makelar atau agent….

    langusng ke rusia, UK, USA< France, germant, japan, atau china aja.. undang semua kontruktor di dunia, biakrkan PBB dan IAEA jadi tim teknis.. nga usah orang indonesia, emang tau apa LU orang indonesia???? percuma ada teknik nuklir di UGM dan BATAN tapi ga bisa buat reaktor NUklir…

    Makanyaaaa belajar dong….. jangan chating melulu…
    oke…

    bim bim

  12. yo wis….. ora usah mbangun power plant. wes ben mati kabeh lampune. nek bengi ben pueteng. ora ono polusi cahaya. aku wis kangen pengin weruh milky way jaman semono.
    lha wong pemerintahe plin-plan. jare kon hemat listrik, tapi lampu-lampu neng dalan-dalan yo do padang njingglang.

  13. Pak Syamsumin bisa juga sekali2 ngintip dijudul
    hotmudflow ditetangga sebelah. Banyak tulisan pak RIrawan tentang geothermal yang dikaitkan dengan semburan Lapindo.

  14. Wah…..
    Komentar ttg PLTN nya OKE2 semua.
    Ada yang pro,netral, dan kontra.
    Ane hanya kasih komentar untuk yang di Geothermal.Ane dari Teknik Kimia, dan kebetulan ane sedang berkecimpung di dunia kerja Geothermal.
    Sumber energi ini nggak bakalan habis karena merupakan bersumber dari panas inti bumi yang selalu berproses (proses seperti radio aktif juga). Kita tahu bahwa inti bumi selalu terjadi pergerakan yang akan naik ke atas berupa tekanan yang besar. Makanya sering terjadi gempa baik tektonik (pergerakan lempengan) maupun vulkanik (gunung berapi).
    Panas bumi dapat kita capai lagi dengan cara injeksi air ke dalam bumi agar terjadi siklus geothermal secara kontinue.
    Nah, kalo geothermal ini diambil dengan cara pembuatan sumur lalu kita manfaatkan untuk menggerakkan turbin,negara kita akan bisa mengurangi kekurangan listrik.
    Jadi saya kira manfaatkan lah dulu sumber energi yang melimpah di negara kita ini,jangan terlalu ngotot dulu untuk membuat PLTN.

    Sekian

    Kalo ada yg kurang sesuai bisa di comment lagi kok..

  15. mengapa natrium harus di simpan dalajm minyak tanah..??

  16. Thanks pak Ma’rufin atas story yg lebih lengkap ttg kecelakaan Chernobyl. Cerita kecelakaan Chernobyl oleh Aliq 1987, sesuai dg cerita di buku Nuclear Safety, Gianni Petrangeli 2006.

  17. “Hanya 3 thn sebelum kecelakaan, teknologi chernobyl ini dinyatakan IAEA sbg baik2 saja. Katanya a serious loss of coolant accident is practically impossible.”

    Kecelakaan nuklir terparah yang diskenariokan untuk sebuah reaktor nuklir adalah LOCA (Lost of Coolant Accident, kecelakaan kehilangan pendingin). Dalam sejarahnya kecelakaan ini terjadi di PLTN Three Mile Islands, Maret 1979. Reaktor PWR-nya sampai kekeringan pendingin hingga meleleh membentuk ‘lava’. Namun semua lelehan itu masih bisa ditahan oleh sungkup beton.

    Chernobyl, seperti juga PLTN2 lainnya, dilengkapi dengan sistem ECCS (emergency core coolant system). Ini sebuah sistem yang menjamin reaktor mendapat guyuran air pendingin sebanyak mungkin dalam kondisi darurat, baik karena terjadi LOCA ataupun yang lebih ringan lagi seperti LOHSA (Lost of Heat Sink Accident, misalnya pendingin tidak mau bersirkulasi).

    Kasus Chernobyl bukanlah kasus LOCA, tapi lebih pada problem reaktivitas, dimana populasi neutron-nya sulit dikendalikan jika reaktor beroperasio pada daya rendah dibawah 200 MWt. Saat kecelakaan itu terjadi, reaktor sedang dilakukan eksperimen dengan daya ‘hanya’ 30 MWt. Masalah reaktivitas pada reaktor grafit sudah diprediksi Edward Teller dkk sejak setengah abad silam dan tentunya pakar2 nuklir Soviet seperti Andrey Sakharov dkk juga sudah mengetahuinya. Namun, reaktor RBMK yang menjadi jantung kerja Chernobyl tetap saja dibangun dengan menggunakan grafit, dengan pertimbangan politis (untuk produksi plutonium sebagai hasil ikutan) dan ekonomis (karena grafit murah). Saking kuatnya tekanan ekonomis ini, reaktor pun tidak dilindungi dengan sungkup beton yang memadai. Jadi bayangkan saja, reaktor dengan cacat bawaan cuman ditempatkan pada ‘kamar’ beton tipis.

    Kecelakaan Chernobyl, terjadi ketika berlangsung eksperimen pembangkitan listrik sisa lewat turbogenerator dengan asumsi sedang terjadi kegagalan daya. Pelaksananya adalah dua orang ahli teknik listrik arus kuat, BUKAN ahli nuklir. Eksperimen ini sebenarnya tidak akan mungkin dilakukan kalo reaktor tetap terhubung dengan ECCS, karena mekanismenya tidak memungkinkan untuk itu. Namun dua orang ahli teknik listrik ini memilih MEMUTUSKAN reaktor dengan ECCS, kemudian menurunkan daya reaktor hingga ke tingkat yang dibutuhkan mereka : 50 MWt. Tentu saja mereka juga gak bakalan tahu tentang problem reaktivitas reaktor pada daya rendah. Bisa dibayangkan bukan, bagaimana orang yang tidak mempunyai keahlian di bidang reaktor nekat mengutak-atik sebuah reaktor yang sudah mengidap cacat bawaan?

    Ketika reaktivitas terjadi, daya naik dengan cepat, muncullah ledakan uap. Andaikata Chernobyl saat itu dilindungi sungkup beton, ledakan ini secara teoritis masih sanggup ditahan. Tapi Chernobyl hanya dibungkus dinding beton tipis, setipis dinding beton masjid di belakang rumah saya. So, jebollah dia. Disinilah tragedi itu terjadi.

    Saya belum membaca yang disebut laporan IAEA di atas tentang inspeksi 3 tahun sebelum tragedi. Sejauh ini IAEA selalu bilang reaktor RBMK itu mengidap cacat bawaan berkaitan dengan desain dan reaktivitasnya. Jika dikatakan LOCA is practically impossible, mungkin ini penilaian pada sistem ECCS-nya saja. Namun penilaian secara menyeluruh tentang kondisi reaktor, sejauh yang ada di dokumen2 IAEA yang pernah saya baca, selalu menyebut kesalahan desain.

    Cerita tentang Chernobyl ini saya kutup dari Aliq. 1987. Analisis Kecelakaan Reaktor Nuklir Chernobyl. Tulisan lama memang, sudah sangat usang. Namun sejauh ini, dibanding semua dokumen2 tentang analisa kecelakaan Chernobyl yang pernah dituliskan, justru skripsi usang ini yang komprehensif. Tidak sepotong-sepotong dalam membahas. Semua masalah di Chernobyl, dan perbandingannya dengan kecelakaan di Three Mile Islands, diulasnya. Saya tidak paham kenapa skripsi bagus ini tidak kemudian dinukil Gadjah Mada University Press untuk diterbitkan.

    salam

    Ma’rufin

  18. Pak MetNet menulis:
    “Spesifikasi reaktor Chernobyl tdk memenuhi standar keselamatan di Eropa maupun di Amerika, juga tdk memenuhi standar IAEA.”

    Tolong lihat komentar dari barista Juli 17th, 2007 at 3:22 pm diatas:
    Hanya 3 thn sebelum kecelakaan, teknologi chernobyl ini dinyatakan IAEA sbg baik2 saja.

    katanya a serious loss of coolant accident is practically impossible.
    Nyatanya??

  19. Buat bung a_otnaidah:
    Mohon maaf, saya berkesimpulan demikian bahwa PLTN aman secara teknis justru dari data kecelakaan PLTN. Spesifikasi reaktor Chernobyl tdk memenuhi standar keselamatan di Eropa maupun di Amerika, juga tdk memenuhi standar IAEA. Jadi kecelakaan yg ditimbulkannya tdk ada kaitannya dg PLTN yg akan dibangun oleh Indonesia, kecuali Indonesia mengadopsi jenis PLTN yg sama dg Chernobyl. Kemudian, kecelakaan di Three Miles Island mirip dg kecelakaan Chernobyle, membuktikan bahwa PLTN jenis PWR memiliki sistem keselamatan yg jauh lebih baik. Beberapa kecelakaan PLTN di Jepang, korban jiwa bukan krn radiasi nuklir. Dan data kecelakaan empirik ini kalau saya terus akan, tentu dianggap bahwa hanya faktor yg baik yg keluar. Saya tdk menyalahkan hal itu, tapi saya juga tdk ada pilihan krn kita bicara problem teknis. Kalau kita membicarakan kondisi sosial setelah kecelakaan nuklir, terus terang saya tdk menguasai. Harus diingat bahwa operasi PLTN di seluruh dunia sudah melewati 12.000 tahun, akumulasi dari lebih dari 400 PLTN di dunia. Kesimpulan yg saya ulang adl, keselamatan PLTN sudah baik, namun ada satu parameter penting yaitu rasa aman bagi penduduk sekitarnya mungkin belum cukup baik. Sebabnya adl masyarakan yg merasa tdk aman menganggap keselamatan PLTN itu buruk sekali hasil justifikasi pribadi, meskipun sudah bertanya ke lembaga litbang spt Batan. Terlepas dari problem politik, sosial dll, Batan hanya lembaga litbang dan bukan pembangun PLTN.

  20. Wow, PLT angin bisa bergerak dengan kecepatan minimal 2 m/s?? Ya, saya pernah buat itu. Pas tugas akhir Rekayasa Energi Angin. Yah, lumayan buat latihan. Saya gerakinnya pake kipas angin khusus yang gede di Lab. Itupun muternya masih lambat. Diameternya gak lebih dari 50 cm. Lha, kalo diameternya 5 m dengan material yang berat, apa mungkin muter dengan 2 m/s. Menurut saya itu sangat ngawur. Dari data yang saya punya, belum ada blade yang muter dengan 2 m/s untuk skala industri. PT Korindo Heavy industry yang tertarik mengembangkan Tenaga Angin mengakui hal itu. Jadi, bahkan, saat ini para ilmuwan sedang nyari upaya supaya blade bisa bergerak dengan kec awal 3 m/s namun tetap menghasilkan listrik yang kompetitif. Untuk mendapatkannya perlu penelitian yang lebih lanjut.
    Data saya sangat lengkap soal interferensi elektromagnetik yang terganggu gara2 PLT Angin. Kalo di Jerman anteng2 aja, berarti desain tempatnya bagus. Memang semua kendala pasti ada penanganannya.

    Kalo geothermal yang perlu ditanyakan, apakah harga listriknya kompetitif jika dibandingkan dengan PLTU dan PLTN??
    Kalo balik modalnya setahu saya 14-18 tahun (yang paling lama matahari), tapi kan yang balik modal bukan negara. Yang balik modal Chevron dan Geodipa. Kalo PLN ya rugi terus. Maunya mencapai break event point tapi pada akhirnya mejauh. PLN sampai saat ini menjual listrik geothermal ke masyarakat dengan harga lebih rendah dari harga beli dengan chevron dan geodipa. Kalo saya sih, maunya uangnya buat bayar utang dulu daripada buat nombokin kerugian yang tidak pernah habis. Trus, SUTET. Yang ini jelas2 menghasilkan radiasi elektromagnetik yang sangat besar. Lha wong belum kena radiasi PLTN aja dah pada takut.
    Trus, PLTU. Apa anda tidak ngeri dengan buangannya yang penuh racun dan membawa debu radioaktif juga?? Kalo saya sih, jelas belum mau nglihat Pulau Jawa tenggelam karena pemanasan global.

  21. lho bung MetNet, data empiriknya kan udah langsung nyambung tentang banyaknya musibah PLTN di jepun yang hitek ama disipin tinggi itu. kalo belon puas, la bung sambung aja sendiri ama data musibah di india, brasil, uni-soviet, finlandia sampe ameriki. buanyak kok, uda ribuan yang mati, cacat, kena kanker.

    kalo PLTN kata bung aman dan kaga ada problem teknisnya. Itu kesimpulan ato harapan ato asumsi?

    soal kesejahteraan ya jelas penting. wong PLTN ongkosnya gede, ga ekonomis, bikin kita tergantung 100% ama negara maju penguasa nuklir yang suply lisensi, reaktor, mesin, bahan bakar, pengamanan limbah dan ahli2 yang nuntut gaji selangit. ini kan cuma nambahin utang dan jadi beban rakyat. mana resikonya gede. kalo bocor, seluruh daerah sekitar jadi terkutuk ribuan taon. gimana, masi ngeyel?

  22. makasih pak usil dan salam ketemu lagi. bravo dirigennya!
    tapi maapin deh. aku ini orang kerja. cuma sekali2 bisa nimbrung disini. cuma kadang gemes sama mahasiswa atawa insinyur yang suka seenaknya bikin kesimpulan, pake angka2 yang kaga bener. aku sih tadinya mau ga peduli, biarin aja mereka yang kelak ngedepin kenyataan. tapi aku jadi solider ama pak usil dan temen2 yang dibikin bingung. repot emang, disini banyak anak2 yang ambisi dan kelewat ngumbar seleranya, tapi segen mikir dan menatap realitas.

  23. Saya pikir tidak begitu bung Usil.
    Lihat pernyataan bung a_otnaidah “PLTN aman dan kaga mungkin meledak? Ini kayak ngebodohi anak kecil.”
    Kalau beliau ahli PLTN tentu bisa menunjukkan data2 empirik, tapi kalau masy awam, saya maklum dengan pernyataan beliau itu.

    PLTN aman tentu ada pembandingnya. Sudah bbrp pendapat ttd resiko PLTN ditampilkan secara panjang lebar di atas disertai data2/sumber valid. Tdk ada yg menyanggah secara ilmiah. Namun kalau kita kembali ke pertanyaan bung a_otnaidah, kembali lagi ke NOL.

    Krn itulah saya berkesimpulan tdk ada problem teknis terhadap PLTN, khususnya keselamatan PLTN. Yg ada adalah problem nonteknis spt penolakan PT Djarum. Selain isu asuransi, isu peningkatan kesejahteraan yg merambat ke peningkatan UMR juga menjadi alasan kuat PT Djarum untuk relokasi seandainya PLTN jadi dibangun di dekat G.Muria. Peningkatan kesejahteraan boleh didiskusikan kepastiannya, namun data perusahaan/industri yg akan dibangun di dekat PLTN belum dipublish krn menunggu kepastian pembangunan PLTN.

  24. Nah, ini yang saya bilang “sebaiknya seimbang dan akurat”.

    Tuh! membaca ulasan pak a_otnaidah, aku yang awam bisa
    dengan cepat memahami logikanya. Yang beginian sangat
    terasa bahwa sumber infonya solid dan akurat. Sudah gitu,
    cara pemaparannya profi lagi. Aku hanya mo bilang, tambah
    panjang tambah enak bacanya.
    Tapi bung jangan suka ‘males’ dong!

  25. Hi, aku musti come back nih. Benarnya aku males nanggapi. Mungkin sama kayak lainnya yang beneran ngerti, kayak mas Adi itu. Ini ada engineer kog data dan analisanya payah. Semangatnya gede, mau ngawal mimpi. Tapi miskin realitas dan pemahaman angka.

    Geotermal di Indo potensinya besar, sedikitnya 18.000 Mw. Suangat layak diekploitasi. Hanya modal investasinya besar, sehingga baru 700 Mw yang sudah dimanfaatkan. Rata2 perlu 8-10 tahun pulang modal, plus SUTET nya bisa 12-15 tahun. Tapi jelas jauh lebih aman dan pulang modalnya tidak lebih lama dibanding PLTN. Maka perlu pemerintah serius dengan alternatif ini. Eh kok malah gandrung ama yang exotik, gagah2 an dan mercusuar kayak PLTN.

    Tentang Tenaga Angin, ulasannya lebih ngawur. Turbin angin sudah bisa kerja dengan kecepatan angin mulai 2 m/s. Asal tahu, kapasitas terpasang listrik dari angin seluruh dunia adalah 60.000 Mw diakhir 2005, yang diprediksikan menjadi 135.000 Mw di 2010 dan 1.000.000 Mw pada tahun 2020. Bandingkan dengan PLTN Muria yang direncanakan cuma 1.000 Mw baru ditahun 2016, tapi sudah bikin ribut dan buanyak orang ketakutan. Ngapain sih ngotot?

    Gangguan pada airport, sistim radar, wisatawan dll.? Di Jerman yang lebih banyak airport dan radarnya, dimana-mana tampak turbin angin dan malah asyik jadi tontonan menarik wisatawan.

    Cadangan batubara Indonesia tipis? Salah lagi! Data resmi Departemen ESDM menyebutkan cadangan Indonesia ada 38,8 milyar metrik ton dengan 1/3 nya sangat feasible dan ekonomis untuk diexploitasi. Dengan produksi 110 juta metrik ton per tahun, cadangan itu cukup untuk sedikitnya 100 tahun lagi. Saat ini Indonesia harus memanfaatkan batubara itu, sebab saat ini PLTU batubara merupakan teknologi paling murah dan paling sederhana, yang paling dikuasai oleh Indonesia. Selain itu kontribusi pencemaran Indonesia akibat batubara pada atmosfir bumi masih sangat kecil, tidak sampai 1%. 60-70 tahun lagi, seluruh dunia, termasuk Indonesia toch harus ato bakal dipaksa ngebrentiin pemakaian batubara untuk pembangkit listrik dan beralih kesumber energi lain. Jadi mumpung masih bisa dan murah, ngapain disia-siakan peluang pake batubara ini dan bermimpi ke PLTN yang penuh masalah itu?

    PLTN aman dan kaga mungkin meledak? Ini kayak ngebodohi anak kecil. Baca Tempo 5-8-2007! Jepang yang amet maju dan disiplinnya tinggi kini cemas luar biasa akan keamanan reaktor nuklir. Paling gres, PLTN Kashiwazaki ditutup, namun sempet ngebocorin 1200 liter air radioaktif kelaut dan 40 drum limbah nuklir. Inipun belon satu2 nya di jepang. Pada 2002 reaktor Mihama di Fukui meledak dan newasin 4 orang. Dua tahun sebelumnya, 40 liter air ngandung plutonium bocor dari reaktor di Rokkasho-Aomori. Pada 1999 kebocoran gas pemrosesan uranium di Tokaimura newasin 2 pekerja dan mengkontaminasi 600 warga. Daftar musibah beginian masih lebih panjang lagi kalo kita mundur ke tahun 1980-an dan awal 1990-an. Tahun lalu pengadilan mengabulkan gugatan warga untuk menutup reaktor nuklir di Shika-Ishikawa.

    Uang pembangunan PLTN dari investor, APBN cuma menanggung 15-25%? Ini mimpi kesiangan! Mana ada investor yang mau menanamkan modalnya ke proyek penuh masalah ini? Paling ya penguasaha yang ngerubung dan berkolusi ngincer profit segede-gedenya.

    Soal mantan environmentalist kayak Patrick Moore, ya kaga aneh. Di urang-kite pun biasa kan, semasa masih mahasiswa idealis, eh kalo sudah jadi penguasa ato pengusaha ato penguasaha, ngomongnya laen. Ya namanya pejuang lingkungan udah jumping mihak kepentingan multikorporat atau jadi bisnisman.
    Nih, bisa dibaca di wikipedia kok.

    Controversy
    It has been suggested that the information in this article’s “Criticism” or “Controversy” section(s) be merged into other sections to achieve a more neutral presentation.
    Moore has been criticized by environmentalists for many of his views. Some see him as a sell-out, having “abruptly turned his back on the environmental movement” and “being a mouthpiece for some of the very interests Greenpeace was founded to counter”. His critics point out Moore’s business relations with what they see as “polluters and clear-cutters” through his consultancy.
    The Greenpeace International web site used to include Moore in their list of founders.[9] However, there is some controversy over whether Moore was a co-founder, or merely an early member, of Greenpeace. His claim of being a founding member is supported by Paul Watson but disputed by other founders including Dorothy Stowe, Bob Hunter (deceased), Ben Metcalf (deceased), Dorothy Metcalf, and Jim and Marie Bolen, and is at odds with his original Greenpeace membership application.
    Paul Watson, another co-founder of Greenpeace, quit the organization after Moore allegedly called a meeting to expel him from the board amid disagreements over Watson’s direct action campaigns. He claims Moore “uses his status as co-founder of Greenpeace to give credibility to his accusations. I am also a co-founder of Greenpeace and I have known Patrick Moore for 35 years…. Moore makes accusations that have no basis in fact”.

  26. Yap, setuju!!
    Sudah saatnya kita memberi pembelajaran yang sesuai…
    kasus PLTN mirip kasus energi terbarukan
    Jika PLTN dikenal keburukannya tapi tak banyak yang tahu kebaikannya maka energi terbarukan dikenal kebaikannya daripada keburukannya (baca : kendala)
    Banyak orang menuntut energi terbarukan digenjot. Tapi kenyataannya tidak semudah itu. Banyak kendala2 yang dihadapi (baca coment saya sebelumnya)
    Energi Terbarukan ada masanya. Suatu saat nanti kita akan berjaya dengan energi terbarukan bahkan mungkin teknologi hybrid yang sedang kami kembangkan di dusun Panggang Gunungkidul.
    So, mari kita sama2 belajar

  27. Listrik jelas perlu, bahkan sangat!
    Hanya saja proses memberikan informasi tentang PLTN
    kepada masy. awam, sebaiknya seimbang dan akurat.
    Fasilitas internet saat ini, membuat semua orang bisa akses
    dan cek-ricek apakah info yang diberikan up-to-date dan
    masih valid ato tidak. Jangan sampe terkesan bahwa info
    yang diberikan ‘diselaraskan’ secara berlebihan dengan selera penulis.
    Ini bisa jadi bumerang malahan.

  28. OK….
    Mungkin memang suara menolak lebih banyak. Dan saya pikir, it’s OK !! Karena itulah ada kebebasan berpendapat.
    Yang jadi pemikiran apakah rekan2 semua sudah memikirkan tentang krisis energi yang akan terjadi 20 tahun lagi??
    Kalau sudah, mari kita sama2 beri solusi.
    Renewable Energy memang menjanjikan, tapi apakah saat ini bisa dijadikan andalan dan apakah tidak menyengsarakan rakyat??
    Beberapa waktu lalu sya sempat mengikuti kuliah umum suatu perusahaan multinasional. Mereka sangat worried dengan jaminan listrik 20 tahun lagi. Mereka juga mengungkapkan kalau banyak perusahaan yang tidak jadi menanamkan modalnya di Indonesia karena tidak adanya jaminan listrik. Apa iya, kita akan membiarkan perusahaan2 itu pergi jauh dan meninggalkan jutaan pengangguran??

    Tolong rekan2 semua memberi solusi. Kenyataannya memang seperti diatas. Lah, nyatanya, PLTU yang pasti radioaktifnya saja gak ada yang nolak. Tapi kalo mau buat PLTU, mau seberapa banyak?? Dan mau seberapa pekat lagi langit2 kita dengan adanya PLTU??

    Saya sangat mendukung Renewable Energy. Sangat!! Lha wong saya kuliah di bidang itu kok. Kalo saya ndak ndukung gimana?? Tapi kenyataannya memang tidak semudah itu. Berbagai kendala yang ada sudah saya tulis diatas. Sekali lagi silakan direnungi….

    Boleh nggak, kalo saya menolak rokok dan mengajak semuanya demo besar2an menolak rokok?? Ada yang mendukung?? Rokok juga mengandung zat radioaktif lho…

    Btw, soal di Jepang, yang bocor adalah radioaktif rendah dan masih lebih rendah dari radioaktif yang udah dikeluarkan PLTU (kata dosen saya) So……..

  29. PEMIKIRAN-ULANG TENTANG NUKLIR (PENDIRI GREEN PEACE PUN PRO NUKLIR)

    “Pandangan saya telah berubah, karena energi nuklir adalah satu-satunya sumber listrik yang tidak memancarkan gas rumah-kaca, yang dapat secara efektif mengganti bahan-bakar fosil, guna memenuhi permintaan energi yang semakin bertambah” (Patrick Moore)

    — Note —
    Karena komentar ini sudah pernah ditulis sebelumnya maka saya potog disini saja
    RDP — safe memeory .. safe energy —

  30. Pak Hendry, kalau Indonesia bikin PLTN di Karimunjawa mungkin banyak yang tidak menolak, toh tranmisi listriknya (teg.150 KV) bisa lewat kabel laut seperti yang untuk Madura dan Bali. Btw,di Karimunjawa konon malah pulaunya ada yang dikuasai warga Asing, sampai-sampai nelayan dari pulau tetangga gak boleh mendekati pulau tersebut.Yah, dari pada disewakan ke WNA kan lebih baik dibangun PLTN. Kalau meledak juga tidak parah akibatnya dalam arti korban harta benda dan nyawa jauh lebih sedikit dari pada di Muria.(Risikonya lebih kecil )

  31. Amerika yang hebat, bikin jembatan aja ambruk, tapi brani-braninya bikin PLTN. Indonesia yang bisa buat pesawat malah takut bikin PLTN 😦
    Ada yg tidak benar disini ini, ya pakdhe. Pikirannya yang salah atau kejadiannya yang super aneh ?
    Atau kita yang tidak bisa melihat peluang

  32. saya pikir keamanan PLTN sudah ditangani dengan baik.

  33. Dilematis. Keamanan nuklir VS Kebutuhan energy.

    Btw gempa di Jepang, belum diulaskah ❓
    Coz ada PLTN nya juga 🙂

  34. Tepat sekali contohnya omPapang!
    Cerita diatas itu koq banyak yang gak masuk akal.
    Walo cerita sudah “dibungkus” serapi mungkin, tapi kenyataan bahwa ada Chernobyl dll adalah fakta dan gak
    bisa dipelintir to om? Ha…yah!

  35. Iya pak Usil, meledak dan tidak boleh meledak itu tergantung tempatnya dan saatnya (istilah kerennya RUANG dan WAKTU).Conto misalnya, bom boleh meledak ditempat musuh, tetapi tidak boleh meledak saat sedang dirakit dipabrik atau saat diangkut dalam perjalanan. Demikian pula bahan lain yang dapat meledak termasuk PLTN. PLTN boleh meledak kalau di bom musuh atau teroris, tetapi tidak boleh meledak saat dioperasikan. Pertanyaannya sanggup gak pemerintah membuat PLTN yang tidak bisa meledak di Muria sepanjang masa. Mestinya konstruksi pelindungnya dibuat dari beton yang kekuatannya melebihi besi &beton jembatan Minesota Miniapolis Amerika yang barusan ambruk. !
    pak Andy, jembatan Amerika baru berumur 40 tahun saja sudah ambruk, kalau PLTN kita berumur 50 tahun, apa ada jaminan semennya atau betonannya masih kuat gak /gak runtuh, gitu to pak Usil !

  36. ‘PLTN SAMA SEKALI TIDAK MELEDAK” aduuh! meledak ato
    tidak, itu hanya soal terminologi bahasa saja, gak penting!

    Biarpun MELEDAK!!! tapi tidak berbahaya dan makan korban, ya…gak apa malahan. Meledak terus juga boleh!

    Biarpun cuma “bocor keciiiil”….tapi MEMATIKAN!!!, ini lain
    urusannya. Kecuali diseputar PLTN cuman kambing doang,
    ya….gak apa to?

  37. Mari menyikapi semuanya dengan teliti dan cermat. 50 tahun lagi, jika kita benar2 membangun PLTN, maka PLTN itu akan expired. Dan tentunya, belum tentu kan PLTN masih diandalkan. Siapa tahu Renewable Energy kita sudah sangat tangguh, siapa tahu kita sudah jadi eksportir geothermal terbesar di dunia.
    Tentunya, mari kita berpikir dan melaksanakannya sekarang. Dengan berpikir hari ini, kita bisa mengevaluasi hal di belakang, mengantisipasi apa yang harus dilakukan sekarang dan melihat hasilnya di depan.

    Yah, evaluasi kegagalan PLTN yang lalu, tangani kekurangan energy saat ini dengan PLTN dan temukan solusi energy masa mendatang dengan Renewable Energy…

  38. Saya mendapatkan tulisan ini di milis migas. Sebuah tulisan dari Patrick Moore, pendiri Green Peace. Sangat panjang dan membuat mata lelah, namun, harus ada yang diluruskan.
    Saya bukanlah pro nuklir atau anti nuklir. Saya hanya mahasiswa Teknik Fisika yang sering mendengan keluhan mahasiswa Teknik Nuklir yang masih satu gedung.
    Silakan dibaca dan diresapi….

    —————————————————————————-
    Melengkapi ajakan saya untuk Berpikir Berbasis Resiko dalam diskusi
    tentang PLTN, dibawah ini saya sampaikan salah satu tulisan pendiri
    Greenpeace yang bisa menuntun pola berpikir dan pola bereaksi kita
    terhadap diskusi seputar PLTN.

    PEMIKIRAN-ULANG TENTANG NUKLIR (PENDIRI GREEN PEACE PUN PRO NUKLIR)

    “Pandangan saya telah berubah, karena energi nuklir adalah
    satu-satunya sumber listrik yang tidak memancarkan gas rumah-kaca,
    yang dapat secara efektif mengganti bahan-bakar fosil, guna memenuhi
    permintaan energi yang semakin bertambah” (Patrick Moore)

    Di awal tahun 1970-an sewaktu saya membantu mendirikan Greenpeace,
    saya percaya bahwa energi nuklir itu sinonim dengan bencana nuklir,
    sama seperti pendapat rekan-rekan seperjuangan saya. Keyakinan itu
    telah mengilhami perjalanan Greenpeace yang pertama ke pantai karang
    Barat-Laut untuk memrotes percobaan bom hidrogen di Kepulauan Aleutian
    di Alaska.

    Tiga puluh tahun berlalu, pandangan saya telah berubah, dan seluruh
    gerakan pro-lingkungan kiranya perlu memutakhirkan pendapatnya juga,
    karena energi nuklir adalah satu-satunya sumber listrik yang tidak
    memancarkan gas rumah-kaca, yang dapat secara efektif mengganti
    bahan-bakar fosil guna memenuhi permintaan energi yang semakin
    bertambah.

    Marilah kita kaji pemancar gas rumah-kaca yang terbesar di dunia:
    batubara. Biarpun batubara memberikan listrik murah, tetapi pembakaran
    batubara di seluruh dunia menciptakan sekitar 9 milyar ton CO2 per
    tahun, yang sebagian besar akibat dari pembangkitan listrik.
    Pembangkitan listrik yang membakar batubara menyebabkan hujan asam,
    kabut-asap (smog), penyakit pernafasan, kontaminasi merkuri, dan
    memberi kontribusi utama pada gas rumah-kaca dunia.

    Di lain pihak, sebanyak 441 PLTN yang kini beroperasi di seluruh dunia
    telah menghindari emisi hampir 3 milyar ton CO2 per tahun ─ yang
    setara dengan gas-buang berasal lebih dari 428 juta mobil.

    Untuk mengurangi ketergantungan kita terhadap batubara, kita harus
    bekerja bersama mengembangkan infrastruktur energi nuklir secara
    global. Energi nuklir itu bersih, sepadan dalam hal ongkos (cost
    effective), dapat diandalkan dan aman.

    Di tahun 1979 Jane Fonda dan Jack Lemmon keduanya telah memenangkan
    piala Oscar untuk perannya dalam “The China Syndrome”. Di dalam film,
    sebuah reaktor nuklir mengalami pelelehan yang mengancam kehidupan
    seluruh kota.

    Duapuluh hari setelah film dahsyat itu diputar-perdanakan, sebuah
    pelelehan reaktor di Three Mile Island benar-benar telah menggetarkan
    seluruh negara.

    Pada waktu itu tidak seorangpun memerhatikan bahwa Three Mile Island
    itu sebenarnya adalah sebuah kisah sukses. Struktur beton yang
    membentuk sungkup reaktor (kontenmen, containment) telah menunaikan
    tugasnya dengan baik: bangunan sungkup telah menghalangi keluarnya
    radiasi ke lingkungan. Biarpun reaktor menjadi tidak berfungsi, tetapi
    tidak ada korban luka atau meninggal di antara publik maupun pekerja
    nuklir.

    Di Amerika Serikat hari ini terdapat 103 reaktor nuklir yang diam-diam
    menyajikan 20% kebutuhan listriknya. Sekitar 80% penduduk di sekitar
    PLTN sampai jarak 10 Km itu menyetujui kehadiran PLTN-mereka. Tingkat
    persetujuan yang tinggi itu tentulah tidak termasuk pekerja PLTN yang
    memiliki kepentingan dalam mendukung pekerjaan mereka yang aman, dan
    bergaji tinggi. Biarpun saya tidak hidup dekat dengan PLTN, tetapi
    sekarang saya praktis berada di pihaknya.

    Saya bukanlah sendirian di antara aktivis dan pemikir lingkungan
    kawakan yang telah dan tengah berubah pikiran dalam subyek ini. James
    Lovelock, bapak dalam teori Gaia dan ilmuwan atmosfir terkemuka,
    percaya bahwa energi nuklir adalah satu-satunya energi yang
    menghindari perubahan iklim yang mendatangkan bencana. Steward Brand,
    pendiri dari The Whole Earth Catalogue dan pemikir ekologi holistik,
    mengatakan bahwa gerakan lingkungan haruslah merangkum energi nuklir
    untuk mengurangi ketergantungannya terhadap bahanbakar fosil. Almarhum
    Bishop Hugh Montefiore, pendiri dan direktur Friends of the Earth
    Inggris, dipaksa mengundurkan diri sewaktu dia menyajikan sebuah
    artikel pro-nuklir dalam sebuah lembaran-berita gereja. Pendapat
    seperti itu telah ditanggapi sebagai semacam inquisition (hukuman
    karena menyalahi paham ajaran gereja) dari kelompok kepadrian yang
    anti-nuklir.

    Namun terdapat tanda-tanda bahwa sikap itu sedang berubah, bahkan
    sikap di antara para pelaksana kampanye yang paling getol. Saya
    menghadiri Pertemuan Iklim Kyoto di Montreal pada bulan Desember 2005,
    di situ saya berbicara di depan hadirin yang memenuhi ruangan tentang
    pertanyaan masa depan energi yang berkelanjutan. Saya memberi argumen
    bahwa satu-satunya jalan untuk mengurangi emisi bahan-bakar fosil dari
    pembangkitan listrik adalah melalui program yang agresif dalam
    penggunaan energi terbarukan (listrik hidro, geotermal, pompa-panas
    dan angin) plus nuklir. Juru bicara Greenpeace adalah orang pertama
    yang mengambil mikrofon pada saat acara tanya-jawab dan saya mengira
    akan mendengar kata-kata keras darinya. Tetapi sebaliknya, ia mulai
    dengan mengatakan bahwa ia menyetujui banyak hal yang saya sampaikan,
    kecuali tentu saja, potongan “plus nuklir” itu. Biarpun demikian, saya
    telah dapat merasakan bahwa pijakan bersama sangatlah mungkin dicapai.

    Energi angin dan matahari mempunyai tempat di sini, tetapi karena
    tidak selalu kontinu dan tidak dapat diprediksi, maka kedua jenis
    energi itu tentu tidak dapat mengganti pembangkit listrik beban-basis
    yang besar seperti pembangkit listrik batubara, nuklir dan
    listrik-hidro. Gas-alam, bahanbakar fosil itu, kini sudah terlalu
    mahal, dan harganya begitu mudah berubah sehingga sangat berisiko
    untuk digunakan sebagai pembangkit beban-basis yang besar. Kalau
    sumber listrik-hidro biasanya dibangun untuk kapasitas besar, maka
    nuklir, sebagai ganti eliminasi batubara, menjadi satu-satunya
    substitusi yang dapat diperoleh dalam skala besar, sepadan dalam
    ongkos (cost effective) dan aman. Begitu sederhana!

    Memang, bukan tidak ada tantangan nyata ─ juga bukan tidak ada
    berbagai mitos ─ yang berkaitan dengan energi nuklir. Masing-masing
    mitos itu perlu dipertimbangkan:

    Mitos 1: Energi nuklir itu mahal

    Fakta: Energi nuklir adalah satu di antara sumber energi yang
    tidak-mahal. Di tahun 2004, rata-rata ongkos produksi listrik di
    Amerika Serikat adalah kurang dari dua sen per kilowatt-jam, setingkat
    dengan ongkos batubara dan listrik-hidro. Kemajuan dalam teknologi
    akan menurunkan lagi ongkos itu di masa mendatang.

    Mitos 2: PLTN itu tidak aman

    Fakta: Kalau dapat dikatakan bahwa kecelakaan Three Mile Island itu
    suatu kisah sukses, maka kecelakaan di Chernobyl itu tidak dapat
    dikatakan demikian. Kecelakaan Chernobyl itu sepertinya menunggu akan
    terjadi. Model awal dari reaktor Uni Soviet tidak menggunakan bejana
    kontenmen (sungkup, containment vessel), dalam hal desain dikatakan
    sebagai tidak-aman melekat, sedang operatornya kemudian meledakkannya.

    Forum multi-lembaga PBB untuk Chernobyl tahun lalu melaporkan bahwa
    hanya 56 kematian dapat dikaitkan dengan kecelakaan itu, sebagian
    besar korban adalah akibat radiasi atau luka-bakar sewaktu memadamkan
    api. Memang tragis sekali korban kematian itu, namun angka itu sangat
    kecil jika dibandingkan dengan kecelakaan di tambang batubara sebanyak
    5000 jiwa seluruh dunia setiap tahun. Atau jika dibandingkan dengan
    1,2 juta jiwa yang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan mobil.
    Tidak seorangpun meninggal dalam sejarah program nuklir untuk sipil di
    Amerika Serikat. (Disayangkan, bahwa ratusan pekerja tambang uranium
    meninggal pada tahun-tahun awal industri ini. Hal itu telah sejak lama
    diperbaiki).

    Mitos 3: Sampah nuklir itu akan berbahaya selama ribuan tahun

    Fakta: Dalam 40 tahun, bahanbakar yang telah digunakan hanya akan
    memancarkan seperseribu radioaktivitas dibandingkan pada waktu
    bahanbakar itu dikeluarkan dari reaktor. Dan sebenarnya sangatlah
    tidak benar jika dikatakan itu sebagai sampah (atau limbah), karena
    95% potensi energinya masih tersimpan di dalam bahanbakar bekas pada
    siklus pertama.

    Sekarang Amerika Serikat telah mencabut larangan daur-ulang bahanbakar
    bekas, dengan demikian akan dimungkinkan pemanfaatan energi itu serta
    akan banyak mengurangi jumlah sampah yang harus diolah atau disimpan.
    Bulan lalu, Jepang telah bergabung dengan Perancis, Inggris dan Rusia
    dalam kegiatan daur-ulang bahanbakar nuklir ini.

    Mitos 4: Reaktor nuklir itu rawan terhadap serangan teroris

    Fakta: Beton bertulang yang tebalnya satu-setengah meter melindungi
    isi bangunan kontenmen dari luar maupun dari dalam. Bahkan kalau
    sebuah jumbo jet menabrak reaktor dan merusak kontenmen, reaktor tidak
    akan meledak. Ada banyak jenis fasilitas yang lebih rawan termasuk
    pabrik pencairan gas alam, pabrik kimia dan sejumlah sasaran politik.

    Mitos 5: Bahan-bakar nuklir itu dapat dialihkan untuk membuat senjata nuklir

    Fakta: Senjata nuklir sudah tidak lagi harus tak-terpisahkan dengan
    PLTN. Teknologi centrifuge (teknologi pengkayaan uranium-235) kini
    memungkinkan suatu negara memperkaya uranium tanpa harus membangun
    reaktor nuklir. Iran misalnya, tidak memiliki reaktor yang
    menghasilkan listrik, padahal negara ini telah memiliki kemampuan
    membuat bom nuklir. Ancaman senjata nuklir Iran sama sekali dapat
    dibedakan dari pembangkit energi nuklir untuk maksud damai.

    Selama dua puluh tahun, satu di antara alat yang paling sederhana ─
    parang ─ telah dipakai membunuh jutaan manusia di Afrika, jauh lebih
    banyak dari pada korban yang meninggal di Hiroshima dan Nagasaki
    digabungkan. Tetapi toh tidak seorangpun yang mengusulkan melarang
    parang, karena parang adalah alat yang sangat berharga di negara
    berkembang.

    Satu-satunya pendekatan pada isu penyebaran senjata nuklir adalah
    menempatkan isu itu pada agenda internasional yang lebih tinggi dan
    menggunakan diplomasi dan bila perlu kekuatan, untuk menghalangi
    pemerintahan atau teroris dari pemakaian bahan nuklir untuk tujuan
    perusakan.

    Teknologi baru, seperti misalnya sistem proses-ulang yang akhir-akhir
    ini diperkenalkan di Jepang (yang tanpa proses pemisahan plutonium
    dari uranium) akan membuat manufaktur senjata dengan menggunakan bahan
    nuklir keperluan sipil, menjadi lebih sulit.

    Lebih bersih dan lebih hijau

    Sebagai bonus (tambahan) dalam mengurangi emisi gas rumah-kaca serta
    bergeser dari mengandalkan bahanbakar fosil, energi nuklir menawarkan
    dua manfaat yang ramah-lingkungan sekaligus.

    Pertama, listrik nuklir menawarkan jalan yang penting dan praktis ke
    arah ′ekonomi hidrogen′. Hidrogen sebagai sumber yang menghasilkan
    listrik menawarkan janji untuk energi yang bersih dan hijau. Berbagai
    perusahaan mobil melanjutkan pengembangan sel bahanbakar hidrogen dan
    teknologi ini, dalam waktu yang tidak terlalu jauh di masa depan, akan
    menjadi produsen sumber energi. Dengan menggunakan kelebihan energi
    panas dari reaktor nuklir untuk menghasilkan hidrogen, maka dapat
    diciptakan produksi hidrogen dengan harga terjangkau, efisien, serta
    bebas dari emisi gas rumah-kaca. Dengan demikian produksi hidrogen ini
    dapat dikembangkan untuk menciptakan ekonomi energi hijau di masa
    depan.

    Kedua, di seluruh dunia, energi nuklir dapat menjadi solusi terhadap
    krisis lain yang tengah berkembang: kekurangan air bersih yang harus
    tersedia bagi konsumsi manusia dan irigasi bagi tanaman dasar (crop).
    Secara global, proses desalinasi (air-laut) telah dan tengah dipakai
    guna membuat air bersih. Dengan menggunakan kelebihan panas dari
    reaktor nuklir, air laut dapat ditawarkan, sehingga permintaan
    terhadap air bersih yang selalu bertambah akan dapat dipenuhi.

    Kombinasi energi nuklir, energi angin, geotermal dan hidro adalah cara
    yang aman dan ramah-lingkungan dalam memenuhi permintaan energi yang
    selalu bertambah. Dengan berbagi informasi, jaringan konsumen, pakar
    lingkungan, akademisi, organisai buruh, kelompok bisnis, pemimpin
    masyarakat dan pemerintah kini telah disadari manfaat dari energi
    nuklir.

    Energi nuklir adalah jalan terbaik untuk menghasilkan listrik
    beban-dasar yang aman, bersih, dapat diandalkan, serta akan memainkan
    peranan kunci dalam pencapaian keamanan (penyediaan) energi global.
    Dengan perubahan iklim sebagai puncak agenda internasional, kita semua
    harus mengerjakan bagian kita untuk mendorong renaisans (kebangkitan
    kembali) energi nuklir.

    Patrick Moore adalah seorang pakar ekologi dan lingkungan. Ia memulai
    kariernya sebagai seorang aktivis dan pendiri Greenpeace, di mana ia
    menempati jabatan puncak selama 15 tahun. Dr. Moore dahulu mendirikan
    perusahaan asalnya Greenspirit Enterprises dan sekarang adalah Ketua
    dan Pakar Utama dari Greenspirit Strategies Ltd, yang berbasis di
    Vancouver dan Winter Harbour, Canada. (www.greenspiritstrategies.com)
    E-mail: pmoore@…

    Diterjemahkan dari naskah asli:
    Moore, Patrick – “Nuclear Re-Think”, IAEA Bulletin, Volume 48/1.
    September 2006. http://www.iaea.org

  39. Sekarang kita berbicara tentang listrik di Jawa-Madura-Bali. Daerah yang sangat padat yang juga pusat industri. Apakah dengan energi terbarukan bisa mencukupi kebutuhan listrik dimasa yang akan datang??
    Kenyataannya tidak!! Pemerintah tetap berkomitmen membangun Energi Terbarukan tapi tidak di Jawa. Mengapa ??
    Studi Kasus
    1. Energi Matahari
    Sampai saat ini belum ada suatu cara yang bisa memungkinkan listrik dari solar panel murah. Bahkan sampai saat ini, kemungkinan modal balik ketika pembangunan solar panel sangat kecil. Apa itu tidak menyengsarakan rakyat??

    2. Geothermal
    Pembangunan Geothermal di Indonesia sebenarnya seperti kamuflase. Dengan biaya produksi yang sangat besar, apa mungkin listrik geothermal murah?? Dari pengalaman teman saya yang kerja praktek di Chevron Geothermal, Chevron tetap menjual listrik geothermal dengan harga normal tapi PLN tetap harus menjualnya murah. Itulah mengapa PLN selalu merugi.

    Selain itu, pembangunan Geothermal harus diimbangi dengan pembangunan infrastruktur jaringan SUTET yang mencukupi. Sementara kita tahu jaringan SUTET untuk distribusi listrik geothermal masih terbatas.
    Kemudian, geothermal tidak bisa ditambang secara besar2an. Chevron geothermal bahkan kapasitasnta hanya 120 MWe tetapi itu sudah terbesar di dunia (jika ditambah antara Garut dan satunya sekitar 600-700 MWe). Bandingkan dengan PLTU atau bahkan PLTN yang bisa mencapai 10.000 MWe. Kenapa bisa begitu?? Karena jika ditambang besar2an, cadangannnya bisa habis dengan cepat mengingat cadangan geothermal itu tidak berkumpul di satu tempat seperti minyak tapi tersebar merata di titik2 api. Kaget?? Bukankah Geothermal itu energi terbarukan?? Sebenarnya peninjauan suatu energi disebut energi terbarukan bisa ditinjau lagi. Dalam kuliah Rekayasa Energi Alternatif, kita sebenarnya bisa menyebut minyak itu energi terbarukan karena cadangan minyak suatu saat akan kembali seperti semula (mungkin beberapa ratus tahun atau ribuan tahun lagi). Begitupun geothermal, suatu cadangan geothermal bisa habis, namun masa kembalinya ‘cepat’ sekitar 60-100 tahun. Karena masa itu setidaknya geothermal lebih layak disebut terbarukan daripada minyak.

    3. Tenaga angin
    Perlu diketahui, pembangunan tenaga angin tidak semudah yang dibayangkan. Kita butuh angin minimal 7 m/s sebagai tenaga awal penggerak blade. Di Jawa rata2 hanya 4-5 m/s. Ini belum mencukupi untuk membangun suatu wind park. Yang lebih parah, seharusnya pembangunan windpark dijauhkan dari kawasan padat penduduk. Perlu diketahui, jika impact radioaktif/meledaknya PLTN belum pasti, maka pembangunan PLT Angin itu sudah pasti akan menyebabkan dampak negatif. Noise2 generator dan visual blade bisa menyebabkan kepala pusing baik ringan maupun berat. Saat pembangunan, kemacetan besar bakal terjadi karena tower PLT Angin sangat besar, mungkin diameternya setara garis tengah jalan raya dan tentunya panjangnya bisa mencapai puluhan meter (dimaksudkan untuk mendapat angin yang maksimal). Trus, dipastikan juga PLT Angin bisa menyebabkan kerusakan lingkungan. PLT Angin tidak bisa dibangun dalam sekala kecil karena biayanya yang mahal. otomatis, berapa banyak orang kehilangan tempat tinggal??

    Yang lebih parah lagi, di Jawa kan banyak airport tuh, nah, putaran blade PLT Angin bisa mengacaukan sistem radar. Hal itu jelas sangat fatal dalam dunia penerbangan karena akan ada kegagalan pemancaran sinyal (saya lupa detailnya). Itulah mengapa (menurut saya) saat ini Angin belum bisa dikembangkan di Jawa. Kalo di luar Jawa saya pikir it’s OK. Tapi perlu dipikirkan tentang penurunan wisatawan pantai yang akan terjadi jika ada PLT Angin.

    4. PLT Air
    Sebenarnya mikrohidro cukup prospek jika serius dikembangkan. Tapi melihat sungai2 di Jawa, kayaknya agak sulit juga karena sungai2 besar dengan perbedaan ketinggian 4-6 meter sangat terbatas.
    Untuk PLT besar, sepertinya kita harus buat bendungan besar, dan apa kita siap menggusur beberapa desa?? Kita semua tahu, tidak ada lagi tanah kosong di Jawa.

    5. PLTU
    Berpaling lagi ke PLTU?? Dampaknya sudah jelas disebutkan diatas. Akhirnya, tanpa PLTN, pada jaringan listrik interkoneksi Jawa, Bali, Madura diperlukan 65 PLTU (berbahan batubara) baru yang masing-masing PLTU berkapasitas 600 MW. Ini artinya diperlukan batubara 120 juta ton/tahun. Padahal, cadangan batubara semakin lama makin tipis, bel;um lagi ditambah dampak radioaktif buangannya.

    Semua alasan diatas bermuara pada satu hal dimana kita membutuhkan PLTN untuk wilayah Jawa Bali.

    Sampai saat ini edukasi PLTN memang kurang sehingga banyak asumsi salah. PLTN sekali lagi tidak mungkin meledak. Pada PLTN ada batang kendali yang membuat tembak-tembakan antara proton neutron menjadi terkendali. Kalau rusak, jelas akan menyebabkan air pendingin tumpah dan PLTN shut down. Banyak yang bertanya kalau cuma rapuh?? Perlu diketahui kalau PLTN tidak bekerja terus menerus. Apa anda pernah mengendarai mobil terus menerus tanpa berhenti?? Pernah kah anda membawa mobil anda untuk diservice?? Apa yang anda lakukan jika ada yang rapuh atau rusak?? Hal itulah yang ada di PLTN. Ada waktunya PLTN berhenti bekerja dan diservice. Sebagai tambahan, PLTN generasi terbaru menggunakan 2 batang kendali. Jika salah satu rusak, maka batang kendali lain yang akan bekerja sementara batang kendali satunya akan diperbaiki. Jangan khawatir, tugas ini akan dijalankan oleh robot.

    Air pendingin?? OK, mari kita belajar teknologi reaktor yang benar, air pendingin pada Reaktor bekerja di dalam sistem siklus tertutup. Jika anda pernah belajar termodinamika, maka anda akan tahu apa siklus tertutup itu. Bagaimana bisa diambil kesimpulan ada air pendingin yang dibuang?? Kalau kelihatannya air pendinginnya habis, maka itu karena ia sedang berubah fase.

    Kemudian, bangunan PLTN itu sangat kuat dengan kubah berasal dari baja setebal (kalau tidak salah) 1,5 meter. Jika ingin mencoba kekuatannya, silakan tabrakkan Pesawat Boeing, mana yang akan hancur?? Saya pastikan, boeing yang akan hancur. kemudian sistem keamanannya ada 4 lapisan. Kalau lapisan 1 bocor, masih ada 3 lapisan. Sekali lagi, kalau ada ‘apa2’ PLTN akan shut down sesuai sistem kendali automatis yang computerized.
    PLTN mahal?? Mungkin iya, tapi akan jadi tidak mahl kalau uangnya dari investor. APBN nantinya hanya menanggung15-25 % saja dari biaya total.

    Perubahan ke Renewable Energy memang diperlukan, tapi harus bertahap mengingat saat ini harga listriknya belum ekonomis. Mari kita ingat Jerman. Mereka vakum dari Nuklir sejak 1986, setelah 20 tahun mereka baru sadar kalau PLTN masih diperlukan karena RenEnergy belum bisa diharapkan. Sayangnya, semua sudah terlambat. Walhasil, jangan heran kalau banyak perusahaan di eropa/jerman bangkrut. Apa itu yang kita inginkan di Indonesia??

    Pembangunan RenEnergy justru bisa didukung dengan adanya PLTN. Adakah yang pernah berpikir tentang tenaga dari hidrogen?? Adanya PLTN, salah satunya agar kita bisa mengembangkan riset dan komersialisasi listrik dari hidrogen yang sebenarnya (belum banyak orang tahu) sangat prospektif.

    Sambil menunggu Ren Energy kita berkembang pesat, kita tak perlu melihat banyak perusahaan bertumbangan karena kesulitan mendapatkan listrik.
    Saat ini saja, rasio elektrifikasi kita hanya 54 %. Itu artinya masih ada 100 juta yang belum menikmati. Itupun, yang sudah menikmati masih byar pet. Lha, bagaimana nanti??

  40. Mas RDP,
    Urun rembug ah. Pengalaman saya dalam kontruksi proyek-proyek MIGAS menunjukkan bahwa dalam setiap design plant selalu digunakan Standard atau Code. Berapa ratus plant yang telah dibangun di Indonesia oleh putra bangsa sendiri dalam 20 tahun terakhir? Apakah ada kebocoran dalam pengelolaan tanki minyak/gas di Indonesia selama ini. Yang saya tahu dari berita cuma berita kasus “kebocoran” minyak dari storage tank lewat pipeline di Kalimantan.. kasus yang memalukan ya..

    2 tahun lalu saya ikut berpartisipasi dalam mengkaji puluhan prosedur kontruksi piping/pipeline sebelum membangun Unit Process milik HESS di Gresik. Padahal jumlah prosedur itu ratusan yang terbagi atas prosedur sipil, mekanikal, piping, safety dll. Semua prosedur itu dibuat untuk menjamin keamanan dan memperkecil resiko kecelakaan. Belum lagi prosedur maintenance dll yang semua mengacu pada Standard/Code. Kuncinya ada pada Code!!
    Sepengetahuan saya pembangunan PLT (dengan bahan baku Air/Oil/Gas/Coal apalagi Nuklir) menggunakan Code tertinggi dan terberat (dilihat dari kacamata pekerja kontruksi lho!).
    Dengan dasar Code saja, saya termasuk orang-orang yang yakin dengan keamanan sistem PLTN. Dan saya yakin bahwa dana besar dalam pembangunan PLTN adalah wajar-wajar saja mengingat standar tinggi yang diterapkan dalam proses pembangunannya.
    Indonesia ini cukup mampu karena memang memiliki tenaga kerja konstruksi yang handal dan biasa mengikuti standar kerja tinggi (walau upah lebih rendah??).
    Sedikit catatan mas Rovicky, tolong dong disorot mengenai pembangunan PLTU (yang denger-denger nih dalam rangka pengadaan listrik 10000 MW). Saya agak kuatir dengan investor China dan rekanan dalam negerinya.. soale kalau Code/Standard bisa dibuat cin-cai kan gawat tuh hasilnya..!!!

  41. pakdhe,
    kata dosen aku, itu namanya aja muris
    tapi bukan di bangun di Muria (dieng) lho,
    tapi di Jepara, di sebuah daerah yang menjorok ke perairan yang biasanya kita sebut tanjung…
    btw nice blog, salam kenal

  42. kata koran sih geothermal investasinya mahal, udah gitu jangka panjang pula …

  43. Apa perlu vote, khususnya pulau Jawa? (‘-‘)…
    sontoloyo! gambarnya gak mirip dengan yang 2 diatas…

  44. Jadi jelas khaan, siapa dibalik anti-PLTN selain orang politik dan WALHI dkk. 🙂 Sudah bukan soal teknis PLTN.

  45. Aku rasa bisa saja di Budi Hartono menyaingi mereka, apalagi dibantuin oleh orang2 anti PLTN untuk mengajukan class action supaya PLTN ga jadi 😉
    Wong sugih diuntungkan rakyat yang tak tau atau tertipu ;(

  46. Konon katanya, orang terkaya sedunia: Bill Gates (no.1) dan
    Warren Buffet (no.2) yang masing2 mempunyai kekayaan yang lebih dari USD 60 miliar, telah menyumbangkan 50% dari kekayaan mereka untuk amal kepada umat manusia.

    Warren Buffet beramal lebih dari Rp 280 triliun, Apa Budi Hartono bisa??

  47. Apa ndak kasian sama Bos Jarum yang ternyata
    Budi Hartono Orang Terkaya RI
    Orang terkaya di Indonesia dipegang Budi Hartono (66), raja tembakau pemilik pabrik rokok Djarum, Kudus, dengan kekayaan 4,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 37,8 triliun.

  48. Kalo Pemda hanya memikirkan besarnya pajak yang akan
    masuk ke kas daerah, ini tidak bijaksana!
    Bagaimana kalo dengan adanya PLTN ini, berakibat PT Djarum tutup? Apa dana ex pajak PLTN cukup untuk bayar
    sekian ribu kary. PT Djarum yang kehilangan kerja.
    Belum lagi cost yang lain akibat efek dominonya!

  49. Bbrp responden saya di kota Pati dan Kudus mengatakan hal yang sama, bahwa PT Djarum sangat kuatir dg PLTN krn pihak asuransi sangat memperhitungkan resiko lebih akan keberadaan PLTN. Sedangkan untuk pindah ke kota lain, sudah tentu Kudus akan rugi dari sisi penerimaan pajak. Ada faktor lain dari organisasi politik yg berperan dalam demo membantu Walhi dan LSM lainnya.
    Blue-print pembangunan lokal harus lebih transparan. Misalnya informasi besar pajak dan insentif yg diperoleh oleh pemda. PLTN memiliki daya besar tentu membayar pajak dlm jumlah yg besar pula.

  50. Kira2 yang menggerakkan penduduk untuk demo itu siapa ya? Apa iya mereka menentang berdasarkan pemikiran sendiri?

    Mungkin yang bakal jadi masalah bukan keamanannya, tapi pembabasan tanah tempat pembuangan limbah. Wong SUTET aja diperkarakan.

  51. Salam,
    Fakta dan angka bisa politisir. Yang paling jelas, Jepang adalah pemanfaat nuklir yang berani. Gimana nggak, Jepang terkenal dengan daerah yang sangat rawan gempa dan pernah kejatuhan bom atom pula. Alergi sama nuklir? nggak tuh. Malah hampir 30% kebutuhan energi dishare dari PLTN ini. Korea malah lebih dari 40%. Alasannya sama, nggak ada energi alternatif lain.

    Indonesia katanya kaya natural resources. Tapi mana buktinya? Minyak mo abis, gas malah udah jauh berkurang. Batubara lagi? nggak deh. Yang penting, kekurangan energi untuk mesin pembangunan 10 tahun ke depan mau disuplai pakai apa?

  52. Bagi yg tertarik, silahkan dibuka report ttg PLTN mengalami incident akibat gempa.
    http://www.tepco.co.jp/en/index-e.html

    Yg pokok, ada 7 PLTN, 4 PLTN diantaranya sudah beroperasi. Kebocoran air terjadi dlm jumlah besar (2000 m3) dan sumbangan radioaktivitas ke lingkungan dlm orde 10 pangkat 3 Bq (masih dibawah ambang batas).

  53. Ha!! pak Dhe, bukan hanya minus dan plus…masih ada lagi
    yaitu: kacamata NETRAL.
    Kalo saya dan omPapang sudah pasti PLUS! lantaran umur
    sudah plus. Jadi, yang aman aja…gak usah ATOM2AN.
    Ternyata pak Dhe…NETRAL ya??

  54. wah jadi rame.. absen aja dah!

  55. Kacamata … ada yang minus ada yang plus

    PLTN Jepang bocor karena gempa !
    😦 Nah tuuh, jepang aja bocor apalagi Indonesia. Pengembaliannya aja lama sekali, pasti sulit mengoperasikan PLTN
    😀 Wah kesempatan kita bisa belajar dari jepang dalam mengelola PLTN di daerah yang banyak gempa.
    Pengembalian operasi cukup lama, berarti prosedur PLTN lebih berhati-hati ketimbang prosedur PLT-PLT yang lain.
    😮 Apaan sih ? (tulalit !)
    😛

  56. Ya..ya! semua orang tahu SDM indonesia lebih unggul dari
    Jepang, baik ilmu maupun disiplin. Makanya, kalo PLTN di
    Jepang bisa bocor, PLTN Indonesia dijamin amaaaan!!

    Begitu juga biaya membangun PLTN, pasti di Indonesia
    paling murah sejagat. Wong disini semuanya transparan,
    gak ada korupsinya lho! Tuh!…tengok jayanya IPTN…..
    oh…otak ini! bingung…

  57. To pak Barista, terima kasih pak, krn keterangan dari pihak PLTN yg bocor low level radiation, asumsi saya, bisa saja air adl air bekas cuci alat2 radioaktif. Bekas cuci sepatu, pakaian dsb. Dan di PLTN, medium atau high level radiation hanya ada di bahan bakar atau bahan bakar bekas. Selama bahan bakar masih utuh, tdk ada kekuatiran sama sekali.

    Kemudian ttg PLTN tsb belum beroperasi, memang operasi yg dilakukan tdk normal krn dilakukan dg daya nol, tetapi semua sistem berfungsi maksimal untuk menguji selama beberapa hari sampai ada kepercayaan bahwa tdk ada kerusakan sistem akibat gempa bumi. Dan ada dorongan dari banyak pihak di Jepang supaya PLTN tsb segera bekerja krn kebutuhan listrik saat musim panas sangat tinggi sekali, dan potensi kerugian perusahaan juga jadi faktor pendorong supaya PLTN tsb segera dioperasikan kalau sudah diijinkan oleh pihak pengawas.

    Buat pak Michael,
    harga PLTN memang sangat mahal saat pembangunan, tetapi kalau biaya tsb dihitung dari saat penambangan bahan bakar, proses bahan bakar, transportasi bahan bakar, pembangunan plant, operasi plant, biaya beli bahan bakar, biaya penutupan plan, dan jangan lupa biaya penanganan limbah, total semuanya dibagi jumlah daya, akan diperoleh satuan [harga]/[power]. Dan harga diluar negeri sama dengan harga di dalam negeri. Dan bila dibandingkan dg plant lainnya harus menggunakan asumsi yg sama termasuk biaya penanganan limbah. Saya yakin harganya bisa sedikit lebih murah dari pada plant lainnya, krn PLTN di Indonesia bisa menggunakan material dlm negeri, berbeda dg negara maju yg banyak import material mentah. Kemudian di negara maju kebanyakan mengalami 4 musim sehingga sudah tentu asuransi dan tingkat kesulitan lebih tinggi, dari sisi ini ada pengurangan biaya lagi. Harga lain-lain sama atau tdk berbeda jauh. Dan perbandingan biaya antar negara maju bisa disearch di google sehingga tahu kisaran kasarnya. Asumsi saya, harga PLTN di Indonesia masih dibawah dari harga tertinggi.

    buat pak Ompapang,
    Syukurlah pak, kalau seandainya PLTN jadi dibangun, yg bekerja di PLTN nanti bukan PNS 🙂
    Kalau PNS ahli nuklir (yg benar2 ahli nuklir lho), kebanyakan mereka itu bekerja rela dibayar murah demi negara pak, jadi maklum kalau banyak dari mereka sekian lama tdk tahan dan pindah ke swasta. Dari news di blog ini, ada yg jadi professor, ada yg kerja di PLTN USA, ada yg jadi peneliti untuk negara maju dll. Ahli nuklir yg bertahan jadi PNS adl krn idealis mereka, entah sampai kapan.

    MetNet

  58. Reaktor Kashiwazaki-Kariwa masih BELUM beroperasi.

    Tokyo Electric to suffer massive costs following quake
    Sunday, July 22, 2007 at 19:56 EDT

    TOKYO — Tokyo Electric Power Co. (TEPCO) is likely to suffer extra costs of at least 1.7 billion dollars after its nuclear power plant was damaged by an earthquake last week, a media report said Sunday.

    “It is extremely difficult” for TEPCO to resume operations at the plant by March next year as it will take time to have its quake-resistance capabilities reinforced, the Nikkei newspaper said.

    Japanese authorities have ordered TEPCO to suspend operations indefinitely at the Kashiwazaki-Kariwa plant, the world’s largest nuclear power facility, which was hit by the 6.8 Richter-scale quake on July 16.

    Fires broke out at the plant after the powerful quake, which also caused minor radioactive leaks, leading to strong criticism of TEPCO for initially under-reporting the problems.

    If it is unable to resume operations by March, the quake-related cost will be at least 200 billion yen (1.7 billion dollars), wiping out half of the pretax profit it forecast, the business daily said.

  59. Harga akhir produk listrik PLTN diseluruh dunia selalu lebih mahal dari harga rata2 pembangkit komersial yang lain, kecuali di Perancis. Di negara2 maju lainnya secara total tidak pernah tercapai keuntungan harga produksi yang lebih murah akibat tingginya beaya sampingan untuk keamanan, asuarasi sosial, perawatan dan ongkos politik untuk menetralisir evironmentalis. Oleh sebab itu, sementara ini pembangunan PLTN di negara2 maju praktis dihentikan. Sebaliknya di negara2 sedang berkembang, projek PLTN hanya sekedar mercusuar atau dibangun untuk menaikkan derajat prestise, padahal justru harga pembangunan PLTN yang harus dibayar oleh negara2 itu sangat jauh lebih mahal lagi, sebab pada hakekatnya seluruh peralatan dan ahli2 serat sertifikat kelaikan yang ultra mahal itu harus di import dari negara maju.
    Indonesia ini tidak banyak uangnya, jutaan orang masih melarat. Maka sangat tidak logis kalau ikutan bikin PLTN yang sarat masalah. Aritkel diatas sangat bagus. Renungkanlah, India saja 1/2 abad lebih dengan dana raksasa yang juga sempat memelaratkan rakyatnya, baru bisa kurang 3% menghasilkan listrik dari PLTN. Buat apa Indonesia ikutan konyol?

  60. PAk Metnet.
    Yang bocor juga air. Silahkan browse berbagai berita. Ini dikutip dari IHT:

    The earthquake, the first of two that struck Japan on Monday – one with the same intensity rattled the sea off Kyoto – also caused a small fire at the plant and the leakage of 317 gallons of water containing trace levels of radioactive materials into the Sea of Japan, the company said.

    http://www.iht.com/articles/2007/07/17/news/japan.php

    Gempa Niigata ini diluar dugaan TEPCO. Mereka pikir tidak akan kena gempa diatas magnitude 6 (sesuai desain PLTN tsb). Desain PLTN yang memperhitungkan sejarah gempa selama 50 ribu tahun… masih salah juga.

    Bagaimana dg Indonesia? 300 tahun sejarah gempa sudah cukup percaya diri bahwa lokasi tsb aman?

  61. iya ,yang penting budayakan disiplin tinggi dikalangan PNS ahli nuklir, baru kemudian nyrempet-nyrempet bahaya,ber VIVERE PERI COLOSO kata Bung Karno !

  62. Sampah nuklir berbeda dg sampah batubara setelah menghasilkan energi. Jumlah limbah nuklir dan batubara ini sebanding dengan jumlah ton bahan bakar yg diperlukan. Dengan jumlah energi yg sama, tentu jumlah limbah nuklir jauh lebih sedikit dari pada limbah batubara. DAN limbah nuklir terkungkung dlm media, sedangkan limbah batubara sebagian besar dilepaskan ke udara yg juga mengandung radioaktif.

    Perihal gempa bumi di Niigata, yg mengakibatkan limbah nuklir low level radiation bocor, perlu keterangan yg lebih tegas. Yg dimaksud dg low level radiation itu apa saja. Setahu saya, hanya sarung tangan yg dipakai pekerja, lantai plastik, pakaian bekas dll. Low level radiation bukan terdiri dari limbah bahan bakar, sehingga penyimpanannya tdk memiliki prioritas yg tinggi. Mungkin standart penyimpanan di Jepang hanya dimasukkan ke dalam tong lalu disimpan, sehingga saat terjadi gempa yg dasyat, tong2 yg tersusun rapi berjatuhan dan ada diantaranya yg tutupnya terbuka sehingga langsung diambil asumsi limbah telah bocor. Pengecekan lingkungan sementara ini menunjukkan bahwa tingkat radiasi tdk melewati ambang batas radioaktivitas lingkungan. Sementara ini penelitian masih berlanjut dan report lengkap akan disampaikan.

    DAN, saya masih menunggu kabar operasi PLTN yg baru kemarin sudah beroperasi lagi dg sangat hati2. Meskipun PLTN tahan gempa, saat selesai terjadi gempa, tetap saja harus lebih hati2 dari hari2 operasi yg lain.

    Pendapat pribadi, saya setuju PLTN dlm rangka menghemat sumber energi lainnya yg ada di Indonesia. Budaya Indonesia memang payah dlm hal disiplin, terutama PNS, oleh krn itu kondisi terbaik adl yg bangun PLTN adl pihak swasta.

    MetNet

  63. menyoal sampah. masih ingat Bandung Lautan Sampah.
    bagaimana dengan sampah nuklir, ya?
    dibuntel plastik lalu dibuang ke kali di semarang atau dialirkan ke porong?

    weleh-weleh. belagu kalo benar2 pemeringtah kita membangun ‘pembangkit listrik tenaga njeblug’.

  64. ia, ia, coba cari cara manfaatin sampah jakarta yang berton-ton sehari itu jadi sumber energi 🙂

  65. Uuups…keliru! Maksudnya PLT NUKLIR.

  66. Dari suara2 blog ini saja, kalo diambil sebagai sampling
    statistik. Rasanya sebagian besar rakyat (utamanya Jawa)
    akan menolak PLTU. Apa belum cukup dengan ekspor asap kenegara tetangga? Apa memang berniat ekspor asap nuklir? Hai pemerintah, buka matamu lebar2!!

  67. Ngatasin sampah yang guampang aja gak bisa, lha koq mau bikin PLTN tho Pak Dhe… mana ada yang percaya atuh 😛

  68. Saya membaca artikel di kompas (tgl 18 Juli 2007) tentang Gempa berskala 6,8 skala Richter yang mengguncang Jepang, Senin (16/7), mengakibatkan kebocoran air yang mengandung radioaktif. Hal itu terjadi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kashiwazaki-Kariwa. Tokyo Electric Power Co (TEPCO), Senin, sempat menyatakan tidak ada kebocoran. Pengakuan baru terjadi 12 jam setelah kebocoran dan diakui sekitar 1.200 liter air yang mengandung material radioaktif telah bocor dari sebuah unit di PLTN itu.
    Wah jadi kebayang negara Jepang aja yang maju teknologinya masih bobol apalagi…. wallahualam

  69. Ada yg posting di milis Kompas (Nur Hidayati) hari ini soal teknologi Chernobyl yang sekarang diklaim kuno dan tidak boleh lagi dipakai. Ternyata 3 thn sebelum kecelakaan teknologi chernobyl ini dinyatakan IAEA sbg baik2 saja.
    Jadi apakah teknologi yg sekarang diklaim canggih dan aman itu akan tetap seperti itu 10-20 thn lagi?

    Ini saya c/p:

    The IAEA-Bulletin on the RBMKs:
    [Source: IAEA Bulletin vol.25, No.2, June 1983]

    On the design:
    “The design feature of having more than 1000 individual primary circuits increases the safety of the reactor system – a serious loss of coolant accident is practically impossible.”

    (padahal ledakan yg terjadi di reaktor Chernobyl berasal dari kelebihan tekanan yang terjadi di coolant system).

    On nuclear safety in the USSR:
    “The safety of nuclear power plants in the Soviet Union is assured by a very wide spectrum of measures, the most important of which are:
    –Security high quality manufacture and installation of components;
    –Checking of components at all stages;
    –Development and realization of effective technical safety measures
    to prevent accidents, to compensate for possible malfunctions, and to decrease the consequence of possible accidents;
    –Development and realization of ways of localizing radioactivity released in case of an accident;
    –Realization of technical and organizational measures to ensure safety at all stages of construction and operation of nuclear power
    plants;
    –Regulation of technical and organizational aspects in securing safety; and
    –Introduction of a system of state safety control and regulation.”

  70. Pak Roviky
    kriteria kredibilits itu apa sih ? kok ada yg bilang IEA lebih kredible ketimbang si anu. Juga apakah aktivis lingkungan lebih kredible dibanding BATAN ? Indonesia ngga kredible dibanding ukrina, itb dengan ugm kredible mana ?
    Sakjane piye ta … adakah yang bisa kasih penjelasan ?

  71. pro maupun anti nuclear energy monggo-monggo mawon, cuma ya itu, kadang-kadang kita di-nina bobok-kan dengan betapa murahnya ongkos produksi listrik memakai PLTN. Dan di sisi yang lain kita juga ditakut-takuti dengan “awas bahaya besar mengancam ribuan nyawa bangsa ini” (termasuk juga di negara maju macam amerika & eropa ???)..
    kalo saya pribadi melihat dari sudut pandang picik saya, setiap potensi pengembangan ilmu pengetahuan adalah hak setiap bangsa… kalau kita mampu menembus batasan ilmu pengetahuan (yang kadang-kadang dibatasi oleh negara-negara maju), pastinya kita akan mampu mengelola bangsa ini secara mandiri & bertanggungjawab, termasuk penggunaan energy (apapun asalnya)….. jangan sampai kita cuma selamanya jadi negara yang hanya bisa minta dan beli (walau ngutang) untuk sebuah pengetahuan…

  72. jo ga fantastis to pa dhe. wikipedia bilang 9000 yang langsung meninggal, dan masih ada 6.6 juta terancam kanker, yang pasti banyak juga yang meninggal belakangan. NIRS ngumpulin data dan ngitung 30-60.000, kan hampir klop. namanya lembaga kredibel, kan ga ngawur.

    yang payah, sarjana fisika nuklir ngaku pakar ko main comot data palsu 20 taon lalu, ngeyel bilang yang meninggal di chernobil cuma 2. Kalo bukannya ga jujur ato sengaja boong, ya pasti ga kompeten. aku tadinya 50/50 soal PLTN. tapi sekarang 100% PLTN ga boleh dibangun. wong dibangun dan diurusi sama pakar2 macam gitu, apa jo ga modar kalo mbleduk di G.Muria, Jawa habis, Indonesia bubar.

  73. Ya masing2 akan cenderung menggunakan data yang sesuai dengan pemikiran sebelumnya. Termasuk saya yang mencoba mencari data yang so-so saja (berusaha tidak ekstrim :p ).
    NIRS merupakan organisasi lingkungan anti nuklir menyebutkan jumlah yang meninggal 30-60,000 … fantastis juga kan ?
    Walaupun sakjane berapa aku ya ndak ngerti. 😀

    Sepertinya distorsi data ttg chernobyl sangat besar. Ngga tahu gimana cara memfilternya. Saya cenderung menggunakan wikipedia, karena dikontrol oleh masyarakat yang semoga netral 😉

  74. ya jelas kita lagi ngomongin chernobyl Pak 😀

    Kejadian th 1986.
    Sovyet masih sebagai USSR (bloc komunis yang relatif tertutup).

    skripsi mahasiswa S1 th 1987 dan
    Majalah TEMPO lama (edisi awal Mei 1986)
    vs.
    Laporan IAEA 1996, 2002, 2006
    http://www.nirs.org/press/04-11-2006/1
    Laporan WHO 2006 (dampak kesehatan)

    Kalau saya sih lebih percaya pada barisan laporan yg dibawah.
    Mau tidak mau harus diperhatikan juga siapa yang menulis. Selain berhati2 thd interests juga ada masalah kompetensi.

  75. Referensi itu harus dilihat konteksnya, validitas, waktunya dll. hal yang sama ketika melihat data sejarah. Apalagi untuk sebuah data yg cenderung terdistorsi, kita harus jeli melihat data itu. Apakah distorsi muncul segera setelah kejadian, ataukan justru semakin lama semakin terdistorsi karena kepentingan.
    Hal yang mudah dipakai soal perbandingannya adalah soal peristiwa Gestapu mana yang dipercaya ? yang terbaru atau yang dulu sebelum ada campur tangan kepentingan ? 😛 ataukah tergantung siapa yang nulis ?

  76. wah iya.. referencenya out of date.

  77. Saya sendiri dengan macem2 alasan, jelas anti nuklir.
    Tapi menurut saya tulisan pak Ma’rufin diatas cukup
    berimbang, apalagi setelah diklarifikasi pada Juli 15
    at 3:37pm
    Pro-kontra terhadap suatu pembahasan adalah hal biasa.
    Argumen dari yang kontra juga diperlukan untuk menambah
    wawasan, agar diskusi lebih dinamis.

  78. Baik technologist monster maupun technologist imitasi, dua2 nya ngidap schizoprenia-fascistis. Berbahaya bagi kemanusiaan. Untuk ambisi, mereka tak ragu memanipulasi data, menutupi fakta, menarik hati rakyat dengan janji2 muluk dan ulasan2 yang bagus2, meskipun sarat kebohongan yang dirangkai secara sadar. Bagi mereka nyawa manusia itu layak dikorbankan demi tercapainya target.

  79. Wahai penulis artikel diatas, soal nuklir jangan main2. Nyawa ribuan bahkan jutaan orang dibumi Indonesia taruhannya. Anda ambisi, bergaya scientist, tetapi kenapa main comot, kuti[ dan cuplik sembarang angka yang anda sukai, tanpa paham ayas fakta dan tanpa upaya mencari kebenaran. Banyak karangan atau kesimpulan anda yang sungguh kelewat seenaknya. Membandingkan resikonya, apalagi mengesankanbahwa PLTU-batubara lebih berbahaya daripada PLTN-atom, adalah logika kesasar dan menyesatkan. Itu sama dengan upaya mengatakan, ngapain paranoid pada tsunami, lebih berbahaya hujan yang tiap tahun menimbulkan banjir. Orang dipesisir barat Aceh pasti menganggap ini cuap2 orang sinting sok pintar. Hanya soal bahan bakar PLTN, transportasinya saja sudah luar biasa pelik, perlu pengamanan atas bahaya radiasi dan sabotasi. Apalagi sisa limbah PLTN, yang harus dikawal sangat ketat keluar negeri dengan beaya sangat mahal, sebab bisa dijadikan bom-atom.

    Bencana Chernobyl bermula dinihari 26 April 1986 dengan letusan akibat tekanan uap air, diikuti oleh meleburnya (meltdown) inti nuklir secara tak terkendali dan rentetan ledakan serta kebakaran hebat. Diduga sangat banyak pekerja yang langsung mati ditempat. Tetapi pemerintah sentralistis komunis Uni Sovyet mati2 an menutupi dan mengirimkan petugas untuk memadamkan kebakaran kesana, yang juga mati ditempat. Belakangan IAEA dan WHO mengungkapkan sedikitnya ada 56 orang mati seketika dan 9000 lainnya menyusul dalam waktu singkat akibat radioaktif, selain masih ada 6,6 juta yang terancam kena kanker. Sapi, kuda dll yang tidak sempat diungsikan banyak ditemuikan mati dengan sekat thyroid hancur akibat radiasi. Untungnya daerah sekitar Chernobyl miskin penduduk dan sampai sekarang orang tidak mau tinggal dalam radius 200 mil dari reaktor yaqng terbakar. (Dari G.Muria, itu sama dengan radius dari Surabaya hingga Cirebon).

    Mengerikan, jika universitas ternama seperti UGM sampai sekarang memakai data skripsi mahasiswa tahun 1987 yang mengutip siaran pemerintah Uni Sovyet saat ini. Anda keterlaluan, menulis dengan gaya scientist, tetapi main kutip data2 palsu 20 tahun lalu. Lalu kenapa pula memakai berita Tempo edisi awal Mei 1986, 1 minggu setelah ledakan Chernobyl, padahal banyak sekali berita Tempo yang lebih mutakhir? Saya seberulnya tidak ingin peduli dengan ambisi anda, tetapi saya tidak rela rakyat Indonesia dibodohi dan dipermainkan tanpa nurani.

  80. nuwun sewu om, saya memang bukan ahli di bidang energi, cuma yang saya tahu setiap pemanfaatan energi nuklir selalu ada efek samping berupa pelepasan/penyerapan energi, baik berupa kalor, debu maupun partikel/sejenis radioaktif. yang jadi masalah adalah (pastinya saya yakin dengan kualitas insinyur Indonesia), jika benar kita akan memanfaatkan energi nuklir untuk “membantu” penyediaan listrik di Indonesia (ekstrim-nya hanya jawa-bali), alangkah baiknya jika masyarakat (termasuk saya yang ngga’ mudeng-an ini) diberikan semacam pencerahan yang transparan mengenai untung dan rugi-nya suatu reaktor nuklir (segala jenis, termasuk pressurized water reactor yang kabarnya akan diterapkan di muria). pencerahan ini juga meliputi faktor teknis dan non teknis, supaya adaikata memang reaktor itu jadi dibangun, kita bersama-sama bisa memanfaatkan dan meng-audit sistem maupun teknis operasionalnya supaya kita semua merasa safe…
    tapi apa iya saat ini kita bener-bener butuh reaktor nuklir ?

  81. pak dhe dengar2 di Malaysia mo membangun laboratorium pemantauan nuklir pertama Asia Tenggara untuk memungkinkan para pakar memeriksa keamanan program-program enerji atom di kawasan Asean… apa benar isu tersebut ? trus negara2 di kawasan Asean apa mo rame2 mengembangkan program-program tenaga atom ini… sapa tahu pak dhe (di Malaysia) tahu kabar ini?

  82. walah! ternyata PLTU yang pake batubara pun menyebarkan radiasi nuklir juga toh??? Gimana nih padahal saya kerja nggak jauh dari PLTU Suralaya ini…. 😦
    selama ini kebanyakan orang (awam) paranoid dengan yang namanya reaktor nuklir, takut njeblug dan bayangannya kayak bom atom itu kalo njeblug, ditambah informasi dari berbagai media terutama televisi yang (hanya) menggambarkan bahaya nuklir itu, padahal seberapa besar sih peluang kebocoran suatu reaktor nuklir itu??
    padahal, semua teknologi itu pasti ada side effect yang buruk tapi kebanyakan orang tidak sadar.
    PLTU ternyata selain debu yang super buanyak, ternyata debu itu juga mengandung radioisotop yang sama (atau bahkan lebih) parah dengan jika suatu reaktir nuklir meledak!
    PLTGU juga banyak masalahnya lho, pembangunan pipa gas yang melewati pemukiman dan jalan umum apa nggak bahaya juga tuh, dah pernah kejadian kan di sidoarjo?
    Listrik sendiri juga sangat berbahaya, tak terhitung lagi berapa banyak rumah, gedung perkantoran yang ludes terbakar dengan kerugian harta benda bertrilyun-trilyun akibat hubungan aruspendek listrik, tapi hal itu tak pernah menyurutkan orang untuk tetap menggunakan listrik!
    Hayo, diantara semua orang di sini berapa orang yang belum pernah kesetrum??!! pasti dah pernah kan???
    Dengan mengetahui bahayanya, kita seharusnya berhati-hati dalam menjalankannya bukan justru menghindarinya.
    Mengenai PLTN, menurut saya, lebih kepada butuh ato ndak tho??
    Kalo butuh ya bangun saja, dengan segala konsekuensinya
    Kalo belum butuh ya buat apa dibangun, bagun dan gunakan saja pembangkit yang lain tentunya dengan konsekuensi masing-masing…

  83. Wah sepertinya saya jadi berada di kutub pro nuklir. Padahal aku yo menolak meski titik berat penolakannya lebih pada budaya kerja disini, bukan teknologinya.

    Angka 2 itu dicuplik dari Aliq (Aliq. 1987. Analisis Kecelakaan Nuklir Chernobyl. Yogyakarta : FT – UGM) yang skripsinya masih ada di FT UGM. Majalah TEMPO lama (edisi awal Mei 1986) juga menyebut angka yang sama, yang disebut sebagai korban kebakaran reaktor. Jika memakai data IAEA (IAEA. 1996. One Decade After Chernobyl) ditulis angka 22 korban, tapi dicuplik bukan hanya pada saat kebakaran saja, juga pada hari2 berikutnya ketika sang reaktor (yang sudah jelas2 porak poranda) ternyata mengalami reaktivitas kembali dan memproduksi sampah nuklir yang langsung teremisikan ke lingkungan. So angka siapa yang lebih benar? Persoalannya mungkin bukan disitu, tapi lebih pada rentang waktu untuk sudut pandang yang diambil.

    Angka2 Sr, Cs dan I itu ada banyak sumbernya, tapi yang paling judah (dan familiar) untuk dicuplik ya dari Wikipedia, meski mungkin memang tingkat akurasinya diragukan. Bener, fallout Chernobyl itu bukan hanya melayang ke Eropa Barat saja, tapi juga ke pantai timur Siberia dan bahkan terdeteksi pula di Jepang. Namun ketika presipitasi terjadi, dan fallout mengendap, ternyata ada banyak tempat di lingkar kutub utara di Russia yang nyaris 100 % bebas radioisotop. Ternyata sejenis lichenes di sini mempunyai daya serap luar biasa tinggi terhadap radioisotop Sr. Dari sini kemudian muncul inovasi fitoremediasi (sebagai varian dari teknologi bioremediasi yang sudah umum digunakan untuk membersihkan limbah minyak dan logam berat) yang menggunakan tanaman2 Bunga Matahari, Poplar dll sebagai ‘tenaga kerja’ untuk membersihkan daerah yang tercemar dan ajaibnya mereka tetap tumbuh meski sudah menyerap bahan radioaktif demikian banyak. Purdue University menjadi salah satu pentolannya disini, dan belakangan FT UGM juga mulai menelitinya, kalo tidak salah. Karena faktor ini, maka konsentrasi Sr cepat menyusut.

    Bener, fallout Chernobyl itu 400 kali lebih besar dibanding fallout Hiroshima. Ini dihasilkan oleh emisi 4 % bahan nuklir Chernobyl yang setara dengan 9 ton. Tak heran jika disebut ada 9.000 orang yang tewas karena fallout ini, yang disbabkan oleh kanker. Namun masalahnya, benarkah angka 9.000 jiwa ini MURNI disebabkan oleh tragedi Chernobyl? Kalo kita mau membandingkan, dalam sebuah kasus PLTU, dengan asumsi dayanya 1.000 MWe dan membakar 4 juta ton batubara per tahun maka cerobong asapnya melepaskan SEDIKITNYA 17 ton radioisotop berat (Uranium dan Thorium) yang dominan sebagai pemancar alfa dan gamma. Nah silahkan diperkirakan berapa besar radioisotop yang terpancar jika kapasitasnya seperti PLTU Suralaya yang mencapai 4.000 MWe. Jangan dilupakan faktor akumulasi radioisotop, karena kita sudah memanfaatkan batubara selama lebih dari 150 tahun. So tanpa kehadiran dan kebocoran PLTN pun lingkungan kita sudah tercemar berat oleh radioisotop, itu dari emisi PLTU saja, belum diperhitungkan dari pabrik pupuk (Phosphat itu mengandung Uranium dan tidak pernah diremoval) maupun dari pabrik rokok (Tembakau itu mengandung Polonium-210, salah satu radioisotop paling berbahaya karena memiliki aktivitas per satuan massa paling tinggi sehingga puluhan ribu kali lebih toksik dari HCN). Dari perspektif ini layak dipertanyakan benarkah angka 9.000 jiwa itu MURNI korban Chernobyl, bukan karena kontaminasi dari sumber2 lain ?

    Maaf, bukannya mengecilkan arti korban jiwa. Saya tahu bagaimana rasanya ketika kedua orang tua saya meninggal dunia, itu berat sekali kawan. Namun ketika kita bicara dalam perspektif ilmu, bukankah lebih baik untuk sejenak keluar dari ‘kotak’ dan melihat dalam sudut pandang yang lebih luas sehingga bisa cover both sides dan kita bisa melihat seperti apa fakta sebenarnya ?

    Mengenai gempa, tidak perlu jauh-jauh ke Jepang. Pelajaran paling berharga tentang daya tahan reaktor terhadap gempa justru didapatkan di Yogyakarta, pada 27 Mei 2006, saat gempa 6,3 Mw mengguncang. Episentum gempa ini hanya berjarak 11 km dari reaktor Kartini (daya 250 KWt) di Babarsari, dan guncangan di Babarsari mencapai intensitas 8 MMI dengan peak ground acceleration terhitung mencapai 75 % G, angka yang sanggup merobohkan bangunan jelek dan merusak bangunan medium. Toh Kartini tetap berdiri hingga hari ini, tetap beroperasi dan tidak retak. Memang daya tahan Kartini, selain ditunjang oleh konstruksinya, juga ditopang oleh lokasinya yang tidak berada di jalur subfaults maupun synthethic faults (simpelnya : patahan2 rambut) dari Patahan Opak sebagai sang master fault dominan di region Yogyakarta.

    salam

    Ma’rufin

  84. Untuk tentang Geothermal dulu sudah pernah ditulis disini :

    Potensi Geothermal vs Minyak Bumi

    Geothermal masih sedikit diperhatikan dalam KEN 2006 dan blueprint – PEN 2005

    AADG — Ada Apa Dengan Geothermal ?


    dan saya masih menyukai footnote di mailist indoenergy:
    TAHUKAH ANDA:
    – Geothermal hanya menyumbang 800MW listrik (2.5% kebutuhan listrik) dan hanya 4% dari 20,000 MW of geothermal potential Indonesia !
    – Potensi geothermal Indonesia 40% dari Potensi geothermal dunia !

  85. Pak Dhe, bahas tentang untung rugi dan fakta PLT Panas Bumi donk (Tadi saya cari di sini belum nemu). Indonesia sepertinya punya potensi yang besar di bidang ini.

    Tentang PLTN: beradasarkan berbagai fakta yang berlainan di atas (tergantung siapa yang ngambil kali yah Pak Dhe), mungkin sulit untuk memperkirakan bagaimana akibat buruknya JIKA terjadi kecelakaan PLTN.

    Feeling saya sih mengatakan kalau kita takut berlebihan terhadap bencana nuklir berdasarkan beberapa kasus yang terlalu di ekpsos media sementara kecelakaan2 lain dari pembangkit listrik tenanga lainnya tidak terlalu diekspos.

  86. Saya ngga pro atau anti PLTN
    Saya hanya mau proses itu berjalan secara natural tanpa paksaan. Tidak dipaksa oleh barat untuk memakai atau tidak memakai. Tapi aku hanya ingin Indonesia menggunakan PLTN karena memang pilihannya sendiri yang merasa memerlukan dan meyakini membutuhkan serta sudah memiliki kemampuan baik tenis maupun non teknis termasuk pembiayaan dan pengelolaan.
    Dan juga seperti kata Pak Dhe bahwa jangan masuk ke jebakan tulalit !

  87. Halo Pak Rovick, salam kenal

    Saya mau nambahin beberapa fakta nih:

    1. Reaktor Chernobyl dibangun dengan standard keselamatan dan desain konsep yang belum standard. Di sana tidak ada containment structure; if it had one, that disaster would have been averted. For instance at the Three Mile Island accident in US, at least two equipment failures were severely compounded by human errors, two lines of defense, however were still not breached. All of the radioactivity remained sealed in the thick steel reactor vessel, and that vessel was sealed inside the heavily reinforced concrete and steel lined containment.
    The new IAEA standard emphasizes on the containment.

    2. “Itukalau bangunan buruk emang ambleg ya dhe, tapi bukan berarti yang bangunan beton selalu tahan gempa kan dhe ?
    “Wong gedung BPKP di Jogja ya roboh je”

    Standar pembangunan dan design gempa sebuah reaktor sangat berbeda dgn bangunan lainnya,seperti gedung pada umumnya. Reaktor didesain terhadap gempa yg sangat kuat dengan return period yang kecil. Kedua, dilengkapi dengan mekanisme redundancy, apabila pada saat gempa ternyata ada kerusakan struktur. Ketiga, ada sistem containment yang mencegah retakan. Semuanya desain proses dan strategi ini bisa dilakukan juga pada desain gedung, tetapi akibatnya harga bangunan menjadi sangat tidak ekonomis. Jadi menurut hemat saya, kita tidak bisa membandingkan tingkat kerusakan bangunan akibat gempa tanpa melihat lebih jauh faktor2 yg dipertimbangkan dalam desain awalnya. Standard keselamatan gempa IAEA bisa dilihat di: http://www-pub.iaea.org/MTCD/publications/PubDetails.asp?pubId=6732

    Kalau mau membandingkan keselamatan gempa reaktor nuklir, bisa dilihat fakta berikut:

    In Japan and Taiwan, nuclear plants are designed to withstand earthquakes, and in the event of major earth
    movement, to shut down safely. In 1995, the closest nuclear power plants, some 110 km north of Kobe, were unaffected by the severe Kobe-Osaka earthquake. In 1999, three nuclear reactors shut down automatically during the Taiwan earthquake, and were restarted two days later.

    salam
    Dion

  88. -> Adi
    Sumber yang ada di Wikipedia yang aku baca juga menyebutkan angka 56 “direct death”
    lengkapnya begini kata Wikipedia :

    The 2005 report prepared by the Chernobyl Forum, led by the International Atomic Energy Agency (IAEA) and World Health Organization (WHO), attributed 56 direct deaths (47 accident workers, and nine children with thyroid cancer), and estimated that over 9,000 people among the approximately 6.6 million most highly exposed, may die from some form of cancer. Specifically, the report cited 4,000 thyroid cancer cases among children diagnosed by 2002.[2]

    Although the Chernobyl Exclusion Zone and certain limited areas will remain off limits, the majority of affected areas are now safe for settlement and economic activity.[3]

    Yang perlu kita ketahui adalah apa yang dimaksud dengan “approx 6.6 million most highly exposed“. Dalam pemikiran sederhana, kemungkinan menghirup debu radioaktif. Yang bisa berbahaya bisa juga tidak. Kalau kita berjalan di jalan raya di Indonesia maka kita juga “highly exposed to road accident“. Lah kalau ditulis angkanya berapa yang “highly exposed to road accident” di Indonesia ? Kita juga sama-sama khawatirnya, apalagi korban kecelakaan lalulintas di Indonesia ini tahun 2003 saja 30.464 orang per tahun atau 83,4 orang per hari !!!
    Hati2 dijalan ya ?

  89. @fau said:
    “bagaimana jaminan bahwa Indonesia mampu disiplin melakukan prosedur ketat keamanan reaktor nuklir?”

    +MaIDeN,
    Hanya Tuhan yang tau 🙂

  90. wah ya kok beda dg yang aku baca di National Geographic edisi April 2006 (The Long Shadow of Chernobyl):
    “Thirty people died in the blast and fire or were exposed to lethal radiation. The destroyed hulk burned for ten days, contaminating tens of thousands of square miles in northern Ukraine, southern Belarus, and Russia’s Bryansk region. It was the worst nuclear accident the world has ever seen.
    The fallout, 400 times more radioactivity than was released at Hiroshima, drove a third of a million people from their homes and triggered an epidemic of thyroid cancer in children. Over the years, the economic losses—health and cleanup costs, compensation, lost productivity—have mounted into the hundreds of billions of dollars.”

    Benar kalau teknologi nuklir sekarang telah lebih maju.
    Benar kalau Muria mempunyai less risk thd gempa. Tapi mungkin lupa menambahkan satu hal: bagaimana jaminan bahwa Indonesia mampu disiplin melakukan prosedur ketat keamanan reaktor nuklir?

    Maaf, bukan tidak percaya pada ahli nuklir negara sendiri. Tapi kita semua tau, sistem RI ini kompleks, ada politisasi, ada hukum yang loyo, ada shortcuts. Banyak hal yang bisa berjalan di luar sistem yang seharusnya.

    Bagaimanakah rakyat akan percaya bahwa *khusus* untuk nuklir, pemerintah tiba2 menjadi sangat disiplin sedangkan berita ini sangat jamak terjadi: kecelakaan angkutan umum, pesawat jatuh, malpraktek di RS, korupsi marak (belum PTDI yang sudah menyedot dana luar biasa harus jatuh seperti ini).

    Bagaimana pemerintah dg reputasi seperti ini dapat dipercaya akan menjalankan reaktor nuklir yang *aman*?

  91. Waktu Chernobyl meledak,aku pas tugas belajar di Delft Belanda, aku lihat siaran TV beberapa jam setelah kejadian. Ngeri tenan Dab!. Beberapa hari sesudahnya masyarakat disana pada kewatir debu radioaktif akan menyebar ke Belanda dan sekitarnya.
    Untung BELANDA MASIH JAUH dari Chernobyl.

  92. Tulisan ini kelewat ngawur dan sableng. Nyunat korban chernobyl yang dibilang cuma 2, padahal koran2 dan majalah2 sudah sering menulis tentang laporan IAEA dan WHO tentang sedikitnya 56 korban yang langsung dot=dot ditempat (47 diantaranya pekerja penyelamat kecelakaan). Selanjutnya lebih 9000 orang tercatat mati ber-turut2 dalam waktu singkat. Lalu 6.6 juta orang terkena radiasi chernobyl dan terancam kanker. Chernobyl juga menyebabkan 336.000 orang seketika dan serentak harus dievakuasi (bandingkan: lapindo sampai sekarang baru 14.000), yang akhirnya juga lebih banyak yang mati akibat radiasi dan kehidupan yang buruk dipengungsian.

    Tulisan ini sangat keterlaluan mengecilkan bahaya radioaktif. Dosis sinar gamma chernobyl sudah turun 1/1000 kali adalah ngaco dan bohong. 10.000 hari itu adalah 27 tahun lebih, cukup untuk memusnakan 1 generasi lebih, padahal saat ini usia bencana chernobyl baru 21 tahun. Yang benar: rasiasi bencana chernobyl itu berakibat sangat buruk pada jutaan orang di Ukraina, Belarus dan Rusia. Awan radioaktifnya terdeteksi sampai ke Eropa Timur, Eropa Barat dan Amerika Utara, yang menyebabkan jutaan ton daging dan bahan makanan harus dimusnakan.

    Tentang stronsium, iodium, caesium dll angka2 nya pada disunat. Apalagi kesimpulannya, sangat ngawur.

    Teknologist monster berujar: “Jangankan 2 atau 56 nyawa, 9000 pun tidak masalah demi proyek teknologi.”

    Teknologist imitasi bilang: “2 itu identis dengan 56 dan sama dengan 9000 dalam teori relativitas al Muria.”

  93. thank’s berat pak de artikelnya buagus

Tinggalkan komentar