Indonesia HARUS BERSATU KALAU MAU MAJU..


Saya hanya mencoba untuk tidak sekedar menyalahkan diri sendiri atas segala carut marut urusan energi di negeri ini, namun juga ingat bahwa Indonesia juga “diserang” dari luar.
Foto ini diambil dari majalah Petrominer edisi November 2012, adalah kesepakatan eh nota “paksaan” dari IMF utk merestrukturisasi kebijakan energi di Indonesia, tahun2000 setahun sebelum UUMIGAS 22/2001 diundangkan. Keterpurukan Indonesia saat itu dijontrongin ke lembah lebih dalam yg lebih gelap dan penguk.
Kalau yg di dalam negeri saling menyalahkan dan saling bermusuhan dan saling tidak percaya, maka “serangan” dari luar masih akan terus menjerumuskan ke lembah lebih dalam.
Jadi keterpurukan urusan energi dan migas ini juga salah satunya akibat dari luar. Lengkapnya disini http://www.imf.org/external/np/loi/2000/idn/01/

20121125-065825.jpg

<;br

Menyalahkan diri sendiri SAJA ya mirip bunuh diri perlahan.

Sebenernya ini bukan hanya ttg SDA saja yg “dihancurin IMF”, UUMIGAS hanya salah satunya saja. Termasuk didalamnya pemaksaan pasar-bebas, perpajakan dll.

“Pendidikan” juga salah satu yg ‘terpinggirkan’, dan itu salah satu dari isi lengkap LOI itu, dimana terjadi swastanisasi Universitas negeri yg menjadikan pendidikan tinggi muahall. Kita harus gencarkan lagi bahwa Indonesia musuh utamanya dari LUAR. Soekarno pernah berujar “Tugas saya mudah mengusir musuh dari luar. Tugas kalian sulit karena musuhnya didalam”. Nah saat ini kita kembali harus ingat bahwa musuh diluar sdg menyerang balik.

Mengingatkan saja bahwa Sarip tambak oso, Sakerah, si Pitung, Trunojoyo, Diponegoro kalah goro2 di khianati bolone dewe. Opo ora ngenes awak iki. Masih begitu juga banyak yg salih menyalahkan antar sebangsa. Apa iya sih ‘Devide et impera’ masih majas dijalankan utk menguasai bangsa ini ?

Indonesia HARUS BERSATU KALAU MAU MAJU..

20121125-070549.jpg

8 Tanggapan

  1. brsatu kta teguh ,brcerai kta kacau

  2. semua berubah sejak era pemerintahan yang tidak tegas dalam menyikapi permasalahan yang ada.

    GPS Tracking

  3. sekarang indonesia udah terpecah belah tidak seperti dahulu

  4. Setuju banget …………..

  5. saya rasa sampai sekarang kita masih terjajah dan sayangnya pemerintahan kita bak antek2 bangsa penjajah yang tak mau mengutamakan kepentingan rakyat, perut mereka diurus lebih dulu
    apa salah dan dosa kita ya ?! sampai2 bangsa yang besar dan punya kekayaan yang melimpah seperti ini masih saja miskin…

  6. Sugeng dalu, Pak De,

    Ada pertanyaan sederhana, mengapa kok kita mau-maunya teken LOI dengan IMF yang jelas-jelas mengatur the way we manage our country? Dugaan saya karena kita butuh utangan dollar, CMIIW.

    Kebutuhan kita akan dollar sangat besar untuk impor BBM, minyak mentah dan barang-barang lainnya, belum lagi buat nyicil utang. Sementara hasil ekspor kita yang menghasilkan dollar masih sangat bergantung pada migas. Ketersediaan dollar di dalam negeri kabarnya juga sangat rentan karena masih didominasi ‘hot money’ yang sewaktu-waktu dapat ditarik ke luar negeri. Di lain pihak kita mencanangkan growth kalau tidak salah 6-7%, yang juga memerlukan barang modal impor yg harus dibayar dengan dollar. Lha kalau supply dollarnya saja kurang dari kebutuhan, ekonomi kita bisa ‘overheated’ Pak De…..

    Nah, Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No.13/20 tahun 2011 yang mensyaratkan hasil ekspor harus lewat ke bank devisa di dalam negeri sebelum ditransfer ke rekening di luar negeri. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat pasokan dollar dalam negeri agar nilai Rupiah tidak tergerus. Namun kabarnya sebagian pelaku industri migas enggan mengikuti ketentuan ini.

    Bagaimana ini Pak De, apakah kita harus ngutang lagi dengan persyaratan mengorbankan kedaulatan kita? Dengan meminta IMF ngutangi kita, misalnya? Terus segala sektor mau diatur sak karepe IMF?

    Pak De, kita boleh dan mungkin harus menginginkan kedaulatan energi, namun kedaulatan ekonomi juga diperlukan. Bagaimana kita bisa berlari, kalau perut kita keroncongan. Bad economy, bad politics, yang pada akhirnya juga akan mengganggu kemampuan kita melakukan alokasi migas termasuk peningkatan kegiatan eksplorasi.

    Pemboran eksplorasi misalnya, tidak bisa dikatakan investasi yang sepenuhnya membawa dollar ke dalam negeri. Dari study geology, sewa rig, belanja tubular, hingga bayar para mandor drilling, dollarnya sebagian besar dibayarkan ke luar negeri kembali.

    Rupanya untuk bisa ndongeng geologi perlu makan sehat 3 kali sehari ya Pak De, dan rekreasi yang seimbang tentunya, dan itu memerlukan ekonomi yang sehat pula.

    Salam hormat, dari keponakan Pak De….

  7. Sangat setuju Pak De, kita harus bersatu kalau mau maju………

    Bangsa Tar-Tar berhasil menginvasi daerah barat dan selatan negerinya secara bengis, namun mereka gagal ketika harus berhadapan dengan Raden Wijaya yang bersatu dengan Arya Wiraraja. Tentara Tar-Tar yang selamat harus lari tunggang-langgang mencapai kapal-kapalnya yang diparkir di pantai utara Jawa Timur untuk kembali pulang kembali ke negerinya dengan tangan hampa. Beberapa abad kemudian tentara sekutu (tolong baca: bukan segede kutu) menyerang Surabaya pada 10 November 1945 namun gagal menguasai Kota pahlawan tersebut karena kita bersatu walaupun dengan peralatan tempur yang sangat-sangat minim.

    Tampaknya musuh dari LUAR telah khatam membaca perilaku kita, tentunya mereka memilih untuk ‘menyerang’ kita melalui devide et impera; tidak akan mereka menyerang secara langsung. Kejatuhan kerajaan Kediri, Singosari, Sriwijaya dan Majapahit bukan karena serangan dari luar namun dari dari dalam sendiri yang saling rayahan. Atau barangkali musuh dari LUAR ‘menyerang’ melalui kelompok-kelompok afiliasinya di dalam negeri (mohon pencerahannya Pak De…..).

    Tampaknya PR kita adalah bagaimana kita bisa BERSATU, bagaimana kompetisi antar kelompok dikemas dalam semangat dan tujuan kebersamaan. Pak De telah memulai soal ini, akan lebih muantaps kalau Pak De mengakhirinya dengan pemikiran atau ide-ide yang menunjang persatuan. Masa kalah sama lagu dangdut: ” Kau yang mulai kau yang mengakhiri…..”

    Salam Merdeka !!!

  8. Bener pakdhe, LoI itu memang salah satu bentuk kemunduran Indonesia. Kalau mau ditanya salah siapa ya ndak perlu dijawab, karena dasarnya “tau sama tau lah”. Lha tapi apa ya cukup dengan mencari orang yang salah lantas masalah terselesaikan? Lak yo ora to?

Tinggalkan komentar