Getaran Trenggalek: Rayapan, Vulkanik atau Tektonik ?


Getaran yang terjadi di sekitar Trenggalek-Ponorogo semakin banyak dirasakan masyarakat. Tentusaja masyarakat menjadi was-was dan ingin tahu apa yang terjadi, setelah tahu tentunya mampu bertindak sesuai dengan kejadian alam ini. Paling tidak saat ini ada tiga kemungkinan atau ada 3 hipotesa mengapa ada getaran di Trenggalek-Ponorogo ini.

Getaran dari gejala alam itu diduga berasal dari gejala :

  1. Aktifitas tektonik
  2. Aktifitas Vulkanik
  3. Aktifitas Gerakan Tanah Rayapan

😦 “Whaduh Pakdhe, kok malah ndak akur gini menentukannya ?”

😀 “Thole yang namanya pendekatan ilmiah yang berbeda itu biasa. Justru dengan cara begini nantinya akan didekati dengan berbagai metode pendekatan. Sehingga penanganannya akan lebih terarah”.

Gejala Tektonik

Berdasarkan atas pengamatan yang dilakukan oleh BMKG Tretes selama 3 hari, diperoleh data-data hasil pengukuran episenter atau pusat gempanya. Pengukuran atau pengamatan selama 3 hari ini menunjukkan adanya pola yang diduga akibat aktifitas tektonik. Tentusaja cirinya adalah ada titik-titik pusat gempa (episenter yang dapat direkam oleh perekam gempa, Seismograf.

BMKG menduga getaran ini berasal dari getaran tektonik setelah melakukan analisa terhadap data-data pengukurannya.

Kalau saja getaran ini berupa tremor atau gejala non vulkanic tremor ini sulit sekali dicari sumbernya sebab berupa getaran terus menerus. Kalau getaran gempa mengenal adanya awal “dung !”, maka bisa diperkirakan lokasinya (jarak) dari tempat pengukuran (seismograf).

Dalam sebuah tulisan Science Daily, gejala getaran yang berulang-ulang dan sering cenderung berupa tremor ini sering berasosiasi dengan Slow Earthquake atau Silent Earthquake (Gempa Diam)  “Gempabumi Diam tidak menghasilkan layaknya gelombang seismik, sehingga Anda tidak merasakan adanya getaran lemah ini,” kata Gregory C. Beroza, profesor geofisika di Stanford dalam sebuah studinya. “Namun, mungkin getaran ini pertanda temblors gempa kuat dari besarnya magnitud hingga 8 dan bahkan lebih besar. Karena itu, mengetahui kapan peristiwa gempa diam telah terjadi dapat berkontribusi untuk peramalan bahaya gempa. Kami percaya bahwa sinyal tremor non-volkanik mungkin berguna dalam pemantauan gempa diam, yang tidak begitu mudah untuk mendeteksi”.

Aktifitas Vulkanik

Dalam diskusi terbatas di mailing list IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia), Dr Danny Hilman menduga gerumbulan gempa atau dalam bahasa asalnya disebut Swarm Earthquake ini menunjukkan gejala akibat aktifitas vulkanik. Menunjuk gunungapi terdekatnya, yaitu Gunung Wilis.

Namun tentusaja dugaan Pak Danny Hilman ini juga belum final, perlu penelitian lebih lanjut.

Gunung Wilis adalah gunung berapi massif tunggal dikelilingi oleh dataran rendah elevasi pada semua namun sisi selatan. Ini dibentuk selama tiga episode dating kembali ke pertengahan Pleistosen. Setelah penghancuran bangunan 2, kerucut paling baru tumbuh selama Holosen. Tidak ada letusan sejarah dikonfirmasi diketahui dari Gunung Wilis, meskipun ada laporan dari sebuah letusan pada tahun 1641 M, tahun yang sama sebagai letusan besar gunung berapi Kelut di dekatnya. Fumarol dan lumpur pot terjadi di dekat Danau Ngebel di sisi barat Gunung Wilis yang lebih rendah. Lihat peta diatas.

Aktifitas gerakan tanah rayapan

Pak Surono dari PVMBG menduga gejala getaran serta suara gemuruh ini disebabkan oleh gelaja gerakan tanah lambat yang dikenal dengan nama creeping” (rayapan). Gejala creeping ini pernah dituliskan sebelumnya disini.

Soil Creep atau Rayapan Tanah

ilusi_jalan_3.jpg

Soil creep - Click to enlarge Gejala rayapan tanah ini sering ditandai dengan bentuk pohon yang miring atau bahkan melengkung. Profil tanahnya akan terlihat melengkung pada bagian permukaan. Pelengkungan tanah bagian atas (soil) ini terjadi karena proses pemanasan (pemuaian) dan pendinginan (penyusutan) yang terjadi secara berulang-ulang.

soil_creep.jpgSecara sederhana dapat digambarkan seperti ini

  1. Pada waktu siang hari tanah mengambang karena panas. Maka permukaan tanah miring ini akan memuai mengikuti garis 1→ 2. Yaitu tegak lurus dari bidang permukaan.
  2. Pada waktu malam hari terjadi pengurangan suhu atau pendinginan tanah. Pendinginan ini tidak lagi kembali dari titik 2 kelokasi semula (1) , tetapi yang terjadi adalah penurunan dari titik 2 → 3 secara vertikal karena mengikuti gravitasi bumi.
    Gejala Siang-Malam ini dalam skala harian, namun dalam skala waktu lebih besar maka musim panasmusim dingin juga akan menunjukkan gejala mirip dengan ukuran yang lebih besar. Pada initinya gelaja pemuaian dan penyusutan.
  3. Proses ini mengakibatkan adanya resultan perubahan posisi dari titik-titik permukaan. Karena proses ini berulang-ulang siang malam, juga musim panas dan musim dingin, maka permukaan tanah itu menjadi terlihat melengkung.
  4. Pelengkungan in akan mempengaruhi pepohonan juga tiang-tiang listrik yang terpancang dipermukaan tanah ini.

Menurut Pak Surono gerakan tanah lambat ini menimbulkan suara gemeretak. Gejala ini mirip yang terjadi pada penyusutan dan pengembangan yang menimbulkan suara. Bagi yang masih menggunakan atap seng, tentnya sering mendengarkan swara gemeretak atap seng akibat pemanasan di siang hari, ataupun pendinginan di malam hari. Gejala gemeretaknya tanah ini akan menimbulkan suara, namun dalam skala besar akan mampu menyebabkan getaran atau gemuruh. “ werrr rrrr rrr rrr !”.

Getaran ini juga dibarengi dengan munculnya retakan-retakan tanah yang dilaporkan penduduk setempat.

😦 “Pakde, jadi yang mana donk penjelasannya ?”

😀 “Justru itu yang sedang diteliti Thole. Semoga saja ada kesimpulan berdasarkan data akurat yang akan lebih tepat dalam penanganan dan antisipasinya”

Bacaan terkait :

30 Tanggapan

  1. A fantastic helpfull site – Thank you very much I hope you dont mind me writting about this site on my internet site I will also link back to this post many thanks

  2. A genuinely beneficial post – Thank you very much I hope you do not mind me blogging about this post on my website I will also leave a link back to this post Thank you

  3. A truly beneficial piece – A big Thank You I trust you will not mind me blogging about this post on my blog I will also leave a link back to this post Thank you

  4. A genuinely beneficial piece – Thank you very much I hope you do not mind me blogging about this post on my blog I will also leave a link back to this post Thanks

  5. A genuinely beneficial post – Thank you very much I trust you will not mind me blogging about this post on my blog I will also leave a link back to this post Thanks

  6. ijin co-pas ke situs trenggalek….

  7. trenggalek,,,, di sana tempat lahir beta,,

  8. Anggap aja untuk hiburan, emang semuanya toh akan hancur….semuanya dan tak tersisa
    kenapa ditakuti? enjoy aja lah.
    hadapi saja kata Bang Iwan.

  9. moga trenggalek aman aman aja
    dan semua ini cpat berakhir dan kembali seperti semula
    amiiin….
    salam buat semua keluarga di trenggalek

  10. Mau nambah info pakdhe kebetulan saya tinggal di Ponorogo, tepatnya di kecamatan Jetis, suara yang menggelegar asal lereng Wilis itu juga dirasakan dilingkungan sini. Kadang terdengar suara dentuman kayak bom, biasanya sekitar subuh, saat sepi-sepinya, pintu dan jendela sampai bergetar, pada hal jarak dengan pusat gempa (kalau boleh saya sebut begitu) sekitar 30 Km, tapi ya itu tadi suara dan getarannya sungguh terasa. Masyarakat sini beredar isu yang aneh2, ada yang mengatakan mau terbentuk danau kembar, selain telaga Ngebel di lereng Wilis. Apa ndak ngeri tuh pakdhe… Makanya tolong update terus tentang ‘ontran-ontran lereng Wilis’ ya pakdhe biar kita ndak terlalu risau.
    Tapi terus terang ya pakdhe saya suka suara2 itu, ada suasana lain, asal bukan bencana sungguhan
    Matur suwun…

  11. kok ini seperti kejadian gempa swarm di gunung lawu sekitar tahun 1979-1980 yak….

  12. Wajar kita khawatir karena belum pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya…..nah untung ada pakdhe yang ngasih pengetahuan bermanfaat….
    Ini saya persilahkan baca langsung berita hasil penelitian pihak yang berwenang http://surabaya.detik.com/read/2011/02/26/174033/1580137/475/penelitian-usai-dentuman-getaran-di-trenggalek-tidak-berbahaya?881104465

  13. Alhamdulillah, penelitian sudah selesai, hasilnya gejala alam biasa karena pergeseran lempeng bumi yang terjadi secara lambat….yang diwaspadai adalah efeknya berupa longsor lahan…..baca beritanya di d***k.com

  14. memang betul, cz gak ad hubunganny sm gunung berapi.

  15. Saya kurang paham masalah geologi atau semacamnay, tapi saya sangat takut kalau sudah mendengar berita tentang gejala alam semacam ini.. semoga saja bukan bencana lagi…

  16. aku bingung pakde, semoga saja bukan bencana lagi.. 😦

  17. Pakde, ijinkan saya bertanya beberapa hal yang membuat saya penasaran.
    1. Apakah getaran itu ada hubunganya dengan aktifitas vulkanuk di pegunungan Tengger, mengingat kita masih dalam satu gugusan lingkaran api pasifik?
    2.Ataukah malah berhubungan dengan “sumur raksasa” di Sidoarjo?
    3. Apakah juga ada kemiripan dengan pergerakan jauh di masa lalu yang menyebabkan sungai Bengawan Solo tua berubah arah aliranya menjadi ke laut jawa, mengingat jaraknya tidak terlalu jauh dengan muara sungai tua itu?

    Demikian pertanyaan saya mohon piwulangnya. Terima kasih pakdhe.

    –> 1 dan 2 terlalu jauh utk menghubungkannya. Jauh panggang dari api. Kalaupun ada tidak mudah membuktikannya. Gejala perub Sungai bengawan solo yg ditulis disini https://rovicky.wordpress.com/2006/09/23/pantai-selatan-jawa-didongkrak/ itu memerlukan waktu ribuan hingga juta tahun. Jadi tidak akan terasa pada masa hidup manusia.

  18. kang Jeje, di sini berita tentang kampung njenengan….melu ngetop yo…..http://hileud.com/hileudnews?title=Dentuman+di+Trenggalek+Bukan+Aktivitas+Gunung+Api&id

  19. Pak Dhe omahku Munjungan kok Rung Krungu suarane Werrrr rrr rr..iku mau ya..?

    Sing krungu malah ombake segoro Mblado..

    Byurrr….Wosssssssss….krecek-krecek-krecek..

  20. Semalam saya ngantar anak balik ke Gontor 1 Ponorogo, nyewa taxi plat hitam dari terminal Madiun. Nah dalam perjalanan si sopir cerita sekarang ini di telaga Ngebel ikan-ikannya mubal (bergerak gak keruan). Betul atau tidak berita ini tentunya perlu dicek di lokasi, karena saya dapatnya dari jalanan.

  21. Berdasarkan berita yang saya ikuti, suara dentuman dan getaran ini dirasakan di area sekeliling Gunung Wilis. Areanya meliputi 3 kabupaten, Ponorogo (sisi barat), Nganjuk (sisi timur dan utara) dan Trenggalek (sisi selatan).
    Kabupaten Ponorogo dirasakan di 3 kecamatan : Ngebel, Sooko dan Pudak.
    Kab. Nganjuk dirasakan di 2 kecamatan : Ngetos dan Sawahan.
    Kab. Trenggalek dirasakan di 4 kecamatan : Watulimo, Munjungan, Kampak dan Panggul.
    Dilihat di peta, nampak area persebarannya cukup luas.
    Menurut saya kalau kejadian ini merupakan Soil Creep atau gerakan tanah kok skalanya terlalu luas ya……memang sih sudah ada laporan longsoran tanah di Nganjuk, tetapi skalanya kecil.
    Wah….daripada bertanya-tanya dan menduga-duga yang ilmu saya belum cukup, lebih baik saya mengusulkan pemerintah daerah setempat segera siaga bencana dengan sungguh-sungguh.

  22. Beruntung saya tinggal di kalimantan belum ngerasa yang namanya gempa dan mudah2an nggak akan pernah 😀

  23. aku pun menjawab : bene mledos,penting aku uwiz kete,,,,,,

  24. trenggalek mau meletus,,,,
    bagi yg blum kawin,,,,,
    cpt kawin,,,,
    atau gloco saja,,,,

  25. Jadi ingat film 2012 😦

  26. Ini cocok buat saya Pak. Trimakasih infonya Salam kenal pak ….

  27. semoga bukan pre shock

  28. […] Baca Detail Dongeng: Getaran Trenggalek: Rayapan, Vulkanik atau Tektonik ? « Dongeng … […]

Tinggalkan komentar