Awan-gempa lagi … kalau memang ada, semestinya serba mendukung !


Awan CirrusAku baru mak jlug sampai jogja udah disodori sama anakku yg sekolah di jogja dengan awan gempa … looh wong Lapan aja bilang ada awan non meterologis kok … duh !

(tambahan catatan dr Jogja, tanggal 4 Agustus 2006)

Setelah aku membaca berita tersebut juga beberapa komentar kawan-kawan disini, saya justru menjadi berpikir. Kalau memang awan gempa itu ada, dan menurut BMG itu hanya awan biasa (pertanda ganti musim), tetapi LAPAN berkata lain. Jangan-jangan yang mereka bicarakan dua “binatang” yg berbeda ya ?
Lapan menyatakan itu bukan awan meteorologis tetapi itu awan “aneh”. Jadi barangkali orang meteorologi. Kalau itu bukan gejala meteologis tetapi gejala astrophysic ya tentunya keduanya ngga akan nyambung lah yaw.

Intermezo dikit

Geologi – mempelajari bumi terutama yg ada di kerak bumi. Mereka (termasuk aku juga) objek yg diteliti hanyalah kerak yang tebalnya hanya 5 Km 65 Km untuk kerak benua dan hingga 65 Km 5 Km pada kerak samodra (rata-rata 35 Km). Bandingkan dengan jarijari bumi yang 13 000 Km 6 .375 Km Bayangin aja kalau membelah semangka merah yg luarnya hijau, maka yg dipelajari geologi itu cuman kulit luarnya doang .. tipiiss !!! Jadi kalau melihat gambar penampang itu seringkali sudah diubah skalanya. Sakbenernya yang disebut kerak bumi itu hanya “kulit ijo”nya semangka merah tadi !
Nah kerak tipis itulah yg dibilangin bergerak-gerak. Jadi yg dipelajari geologi itu “batu”-nya. Kayaknya emang orang geologi ini kepala batu ya … didalam kepalanya cuman ada batu … 🙂

Geofisika bumi – mempelajari seluruh bumi, seluruh parameter fisikanya, sifat-sifat fisikanya, termasuk didalamnya getaran-getaran gempa-gempa yg menjalar dari satu titik ke titik belahan lainnya. Juga didalamnya termasuk belajar sifat-sifat elektromagnetis, gravitasi, resistifitas bumi, pokoke semua yg berbau fisika lah. Tapi juga didalamnya ada ilmu gunung api (vulcanologi) dimana ilmunya menyangkut geologi dan juga geofisika.
atmosfer.jpgGeofisika meteorologi – Nah mereka yg belajar ilmu ini tentunya melihat sifat-sifat meteorologis dari atmosfer yang dimulai dari permukaan hingga ketinggian 400 Km. Nah itulah sebabnya mengapa saya sebut aurora kemarin karena Aurora bisa mencapai ketinggian 400 Km sehingga bisa teramati dari jauh. Nah inget lagi tulisan di mitos awan gempa, bahwa secara “geometri” pengamatan ini harus bener dulu

Astrophysics – Astronomi Lah ini yg dipelajari oleh Lapan tentang fisika-fisika diantara bumi dan planet-planet lain. Disitu gejala-gejala ionosfer dipelajari. Coba lihat berapa ketinggian yg diamatinya.

Coba sekarang semua digabung-gabungkan yuuk !

Sekarang kita cocokkan analisa yang ada di website meteoquake, trus yang ada di quake exit itu dan juga mereka yg mengamati awan-awan itu termasuk lapan dan BMG …. Apa yg mereka lihat itu semua “binatang”nya sama ? Jangan-jangan hanya sekedar binatang berbulu dan berkaki empat, dimana yg satu menyebutnya kucing, satunyalagi bilang biri-biri, trus ada yg bilang kambin. Jadi belum tentu mereka berbicara hal yang sama.
Kalau yg mengklaim bahwa mampu mendeteksi hingga ketepatan 60% itu awan yang mana ? Apakah awan yg di Ionosfer yg diduga dipengaruhi oleh electromagnetis bumi ? Ataukah awan yg diamati oleh satelit cuaca itu bisa dipakai sebagai meteoquake yg diklaim sebagai pertanda gempa ?

Kalau kita main-main aja ya, coba kita gabungkan semua ilmu-ilmu diatas. Kalau memang awan gempa itu ada dan tidak berhubungan dengan awan yg diamati pengamat cuaca (BMG) tentunya tidak akan ada awan gempa dalam pengamatan satelit cuaca kan ?
Dengan demikian pengamatan satelit cuaca mungkin tidak ada hubungannya dengan “awan gempa”, kan ?
Nah diterusin bareng bareng berpikir, yuuk. Berarti mengamati hubungan gempa dengan satelit cuaca adalah usaha yg hanya “kebetulan” atau “membetul-betulkan”. Apakah salah dan tidak berguna, jelas blum tentu. Tetapi menggunakannya dalam sebuah action (tindakan) aalagi bagiyg berwenang adalah tidak mungkin.

Trus yg diklaim 60 % perkiraannya bener itu ? Apa iya bener ?

Yang 60% diklaim itu merupakan klaim atas sesuatu yg diamati. Artinya samplingnya dipilih (selective sampling), kalau samplingnya sudah menggunakan selective atau pilihan, tentunya tingkat korelasinya besar, dan akan sangat bias korelasi. Itupun kalau awan gempa ada loh ya ….

Jadi yg lebih penting aku tekankan adalah, semua yg ada ilmu yg terkait harus saling mendukung, barulah bia dipakai sebagai sebuah prediksi yg aplikatif. Artinya secara ilmiah harus koheren, harus menuju satu kesamaan. Selama masing-masing masih berbenturan ketika dikonfrontasikan maka ilmunya masih tergolong “gatuk-gatuk” saja. Dalam statistik disebut “spurious correlation” Korelasi semu.

Mirip dengan astrologi (beda loh dengan astronomi), maka dengan astrologi (itu tuh ilmu perbintangan yang ada aries, pisces, sagitarius dsb) ada kan yang yakin banget ada yg menyebutnya takhayul ada yangg coba-coba. Bahkan ada yg mencari makan dari situ. loh !

Jadi kalau mau ilmiah ya harus saling mendukung. Seperti teori plate tectonic atau teori kerak bumi, Teori kerakbumi ini juga harus diuji terus. Bahkan sekarang teori ini dipakai untuk menjelaskan evolusi. Duh, sekarang malah ada yg ngga percaya teori evolusi lagi, kan?. Padahal hampir semua ilmu sekarang menggunakan teori evolusi dan juga teori plate tectonic. Dan antara ahli biologi dan ahli geologi sekarang hampir semuanya sudah saling mendukung teori ini. Walopun tetep aja ada yg ngga percaya.

Lah wong semua yang diatas ini memang ilmu kok bukan untuk dipercayai.
Ilmu itu dipelajari bukan dipercayai.
Percaya saja sama Yang Maha Dipercaya

Catatan 4 Agustus 2006

Saya barusan pagi tadi bertemu beberapa peneliti gempa Jepang (orang jepang tentunya). Mereka justru tidak tahu tentang awan kobe … Looh ! itu awan ngetop di si. Masak ngga kenal ? Ya itu dulu di jepang, bahkan sekarang di jepang banyak issue berkeliaran tentang tsunami. wee lah sama ta.

Kemudian saya juga bertemu salah seorang dari California yg bertanggung jawab atas pendidikan masyarakat di california tentang kewaspadaan terhadap gempa. Beliau juga mengaku bahwa usahanya bisa dibilang gagal dan tidak gagal (yes and no). Sangat sulit mendidik masyarakat itu. Bahkan issue seperti di Indonesia misalnya …. “nanti jam sekian akan ada gempa kekuatan diatas 7” Itu juga berkeliaran di California.

Nanti saya ceritakan terpisah tentang hal-hal seperti ini. Karena sekarang masih di Jogja belum bisa aktif online.

32 Tanggapan

  1. barusan saya liat awan kecil, lurus, vertikal waktu nemenin anak saya berenang. saya di daerah ciledug, tangerang. saya gak ngerti soal per-awan2an atau yang lain sebagainya. foto udah saya upload di fb saya. semoga aja itu cuma awan biasa.

  2. […] Tanda-tandanya : – Ada gejala Electromagnetis, tapi daerahnya terlalu luas. – Awan gempa ? …. hmmm tidak selalu muncul, dan malah banyak yang salah identifikasi jenis awan. Secara geometri mudah disanggah. tengok disini : https://rovicky.wordpress.com/2006/08/02/awan-lagi-kalau-memang-ada-semestinya-serba-mendukung/ […]

  3. aku punya foto-foto dokumentasi awan gempa di jogja beberapa bulan terakhir setiap sebelum terjadi gempa. Durasi selang awan dengan terjadi gempa antara 4 jam-8hari maks. kalo mau aja, kalo ga ya udah gapapa. buat anak cucuku aja besok.
    hub aku di ruch_aryan@yahoo.co.id kalo mau dikirimi foto.gratis wis… asli jogja

  4. makasih pa dhe, buat nambah wawasan

  5. wah keren juga tuh awan…klo saya gak salah, awan tersebut memang disebut awan vertikal. Ada suatu fenomena dimana “sesaat” sebelum terjadinya gempa tenyata ada suatu gaya yang sudah sampai pada lapisan atmosfer..gaya tersebut mengganggu kandungan elektron yang ada di ionosfer sehingga terjadinya fenomena seperti awan vertikal tersebut. Bila kita bisa memantau lapisan ionosfer secara realtime (Skripsi saya yang sedang dalam pengerjaan) maka kemungkinan kita bisa mengetahui akan terjadinya gempa…salah satu metode bisa memantau ionosfer secara realtime dengan biaya yang relatif murah adalah dengan menggunakan metode dan teknik tertentu dengan GPS(Global Positioning System)

    GEODET

  6. hanya Tuhan yang tahu kapan ada gempa. kalo ada orang bisa ngeramalkan adanya gempa berarti sudah menganggap dirinya setera Tuhan

  7. wah””paling cuma mitos…tapi tetep…harus waspada!!!!oiya hello buat pa rovicky!!!lam kenal aj ya!aq mw tnya nih.denger2,dijawa barat bakal ada angin puting beliung?waduh,kalo bener bakal kejadian,berapa besar ya kekuatan & daya rusaknya?hiiii….!!!syereeem!

  8. Hello Pak Rovicky…
    Salam kenal ya..dari aq yang ada di Biak (Papua),aq pernah mengalami gempa di Biak beberapa tahun yg lalu tepatnya 17 Februari 1996. Dulu aq tdk pernah tau tentang awan gempa…sayangnya aq tdk memperhatikan langit pd wkt itu…tetapi beberapa hari sebelum gempa memang terjadi banyak hal2 aneh,misalkan banyak masyarakat yang melihat adanya cahaya dilangit sebelah utara Biak,cahaya itu bergerak dari utara ke timur dan balik lg ke utara,aq sendiri pun sempat menyaksikan hal tsb,pd wkt itu sktr jam 23.00wit,hal aneh lainnya bbrp hari sblm gempa,disiang hari terjadi cuaca panas yg tdk seperti biasanya…nah pada hari H nya,tepatx hari sabtu,anehnya semua binatang peliharaanku,semuanya pada ketakutan (Ayam sll berpetok2,kucing kesayangan yang biasax manja2 jd ketakutan,burung nuri yg biasax ngoceh pun terdiam spt sedang menatap sesuatu) dan tibalah saatnya pada pukul 15.01wit terjadilah gempa dgn kekuatan 7.5 SR, di Jayapura dan 8.1 SR di Guam…mana yg bener aq gak tau…yg jelas aq sampe gak bisa berdiri…dan hanya duduk bersila ditanah…Aq hny merasa yakin dengan animal behavior daripada awan gempa yang aq sendiri secara ilmiah tak bisa menjelaskan…andaikan aq bisa berkomunikasi dengan hewan peliharaanku…

  9. Fathur, Coba filenya diperkecil kalau bisa 2MB-pun OK kirim email ke aku di gmail

  10. Wah….luar biasa…ternyata saya tidak sendiri….bukti adanya lintasan awan yg sangat aneh tsb saya abadikan pada tanggal 15 Juli 2007 (difotonya ada DatePrint-nya). Ingat fenomena “milis” mengenai awan Kobe, saya langsung mengabadikannya. Kira2 posisi ujung awan berawal dari Timur(agak disorientasi hehehe) dan awan tersebut masih tampak beberapa hari berikutnya saat pagi hari. Pinginnya tak masukin kesini fotonya tapi gak tahu gimana caranya.
    Dan saat gempa terjadi, saya langsung ingat awan dan arahnya tersebut, akhirnya coba menghubungi saudara yang berada di daerah Subang dan menurutnya terasa sangat kuat sekali dan ternyata Subang sangat dekat dengan Indramayu yg menjadi pusat gempa …
    ===================================
    pak rovicky, saya dan temen saya kebetulan tiap hari itu mengolah data satelit NOAA & MODIS untuk prediksi kebakaran hutan di Indonesia. nah pada tanggal 13 Juli kemarin di atas Pulau jawa memang ada awan aneh yang lain dari biasanya, bentuknya memanjang dari barat ke timur tapi cuman sebatas di pantai selatan Jawa. sedangkan di pantai utara relatif bersih awan. saya ada file JPEGnya, dan mau saya perlihatkan ke bapak untuk di komentari tapi sayang besar banget filenya sekitar 22mB. kalo dikirim lewat email pun bisa lama.

    kalo saya sih belum bisa komentar apa2 pak tentang awan ini, maklumlah masih junior…

    terima kasih sebelumnya.

  11. penggunaan metode magnetik dalam geothermal

  12. saluuuut banget dengan blog ini!. keep up the very good work, pak rovicky.

    komen saya hanya mengenai alinea ke2 dari bawah artikel diatas: jangan heran mas, kalau sekarang banyak yang tak percaya lagi pada teori evolusi manusia. ini karena media informasi semakin luas dan mudah diakses (yang dulunya rahasia, sekarang banyak tersingkap) dan yang paling penting juga: banyak yang orang semakin cerdas dan lebih kritis, bebas berpikir sendiri tak selalu harus manut mainstream (yang tak jarang punya kepentingan tersembunyi bila ditinjau secara historis). monggo pak rovicky sedikit meluang waktu membaca website2 creationist bisa juga Harun Yahya, dan yang penting: berlaku layaknya ilmiawan sejati yang objektif – jangan ragu2 mencoba mendalami pikiran/argumentasi 2 belah pihak (creationist vs evolutionist), jangan membabi-buta berpegang pada suatu teori karena besok bisa saja teori yang kita cintai terbukti lemah……. good luck ! (besok2 kalau sudah mulai bimbang dengan teori evolusi manusia, jangan lupa sama saya ya pak rovicky 🙂 )

  13. saya mau tanya, jet stream bahasa indonesianya apa ya? penting banget buat terjemahan ilmiah. thaks.

  14. Mari berburu awan gempa / lurus…untuk koleksi photo aja..he..he

  15. APAPUN AWANNYA KITA TETAP WASPADA..
    KALO EMANG ADA AWAN GEMPA YAA.. SIAP SIAP AJA NGUNGSI
    KALO EMANG AWAN HUJAN YAA.. SIAP SIAP AJA ( KALI AJA BANJIR )

    SALAM
    BOOGIE

  16. Saya baca di detik.com http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/08/tgl/07/time/103307/idnews/650925/idkanal/10
    katanya ada awan aneh lg di Jakarta smoga bukan tanda buruk …. ya saat ini memang sdg proses ganti cuaca dr kemarau ke musim hujan gimana mas rovicky tolg di cek dan mksh imelnya 🙂

  17. Hallo mas Rovicky
    aku ibu yang dr bantul itu …mengenai awan ini saya juga lihat beberapa kali dan bbrp hari kemudian ada gempa susulan…tetapi walaupun menurut para ahli tidak ada hubungan tetep aja saya kuatir kalau pas anak2 sedang disekolah. Tapi ya karena gak setiap sebelum gempa susulan ada awan tegak, paling saya cuma ngingetin anak2 supaya klo ada goyangan yang lama cepet2 keluar dr ruang kelas (karena ruang kelas masih ada retak walaupun gak besar). Ini cuma sebagai tambahan aja siapa tahu mas Rovicky bisa nggatuk2ke 🙂

  18. Terimakasih koreksi ketebalan kerak bumi, saya terbalik menuliskannya.
    Catatan Kang Ucup aku rasa valid, hal ini sering dijumpai juga. Disebut Contrail (condensation trail) … karena pesawat bergerak cepat maka dibelakang pesawat terjadi daerah tekanan rendah (persis seperti kalau kita lihat mobil kencang menembus asap). Udara bertekanan rendah dibelakang peswat ini yg menyebabkan kondensasi uap air sekitarnya yang terlihat sebagai awan lurus dibelakang pesawat.

  19. Saya sering liat dulu awan kayak gt awan terjadi kl ada pesawat lewat atau pesawat yg buat bikiin ujan buatan hehehhee tau bener apa gk yah Pak Rovicky

  20. Hee.he.he..seneng saya bisa nimba ilmu di sini meskipun kepala rada “mumet” karena bukan bidang gue.
    Wah, kalo analisanya digabung dengan metafisika bisa lebih seru tuh.

  21. pak rovicky, saya dan temen saya kebetulan tiap hari itu mengolah data satelit NOAA & MODIS untuk prediksi kebakaran hutan di Indonesia. nah pada tanggal 13 Juli kemarin di atas Pulau jawa memang ada awan aneh yang lain dari biasanya, bentuknya memanjang dari barat ke timur tapi cuman sebatas di pantai selatan Jawa. sedangkan di pantai utara relatif bersih awan. saya ada file JPEGnya, dan mau saya perlihatkan ke bapak untuk di komentari tapi sayang besar banget filenya sekitar 22mB. kalo dikirim lewat email pun bisa lama.

    kalo saya sih belum bisa komentar apa2 pak tentang awan ini, maklumlah masih junior…

    terima kasih sebelumnya.

  22. #7 :
    Iya, Pak Rovicky sepertinya kebalik. Tebal kerak samudera 5-10km sementara kerak benua 20-80km.

  23. sebaiknya ada pernyataan resmi dari pemerintah tentang ini, tapi pernyataan based on science lho, tidak asal njeplak…lagi dalam penelitian?? ya..bilang saja begitu tidak apa-apa dari pada keluar statement yang membingungkan padahal BMG dan LAPAN itu dua-duanya punya negara lho, tapi kok nggak kompak ya..apa mereka tidak diskusi dulu…

  24. tadi pagi di berita ada awan aneh di bandung ya, coba aja kita lihat, dalam 3 hari ini akan ada gempa gak disana.

  25. mmm…
    iya..
    waspada aja kali ya untuk semua kemungkinan… 🙂

  26. 5 Km utk kerak benua dan hingga 65 Km pada kerak samodra (rata-rata 35 Km).

    Mas…. apa nggak salah tulis tuh mas… masak sih kerak benua tebalnya hanya 5 km. Apa nggak kebalik yang 5 km itu kerak samudera dan yang 65 km itu kerak benua.
    Seingatku, kerak benua lebih tebal dari kerak samudera…

    mohon penjelasannya

  27. apa pun bentuk awannya kita tetap waspada….

  28. terus terang saya belum liat seperti apa awannya. logika saya sih awan yang memanjang-manjang seperti jetstream itu karena anginnya kencang. dan angin terjadi karena ada perubahan tekanan udara. tapi apakah gempa dan tekanan udara ada hubungannya? boleh sekalian tanya yang lain? sekitar bulan juni saya baca di koran bahwa gravitasi saat itu sangat tinggi dan kebetulan saat itu merapi lagi lucu-lucunya. menurut bapak apa gravitasi dan aktivitas magma ada hubungannya?

  29. Bung RDP… saya ngelihat sendiri awan “aneh” di pagi hari 1 Agustus 2006 kemarin di atas Jakarta yang diberitain di detikdotcom itu. Di daerah Jakarta Timur posisinya sekitar 80 derajat di sebelah barat. Kalo ngelihat bentuknya… kok sepertinya itu lintasan pesawat jet tempur yang melintas dari Halim ke Ancol (Laut Jawa), karena beberapa menit kemudian awan itu menyebar dan menghilang dan yang hilang duluan bagian selatan lan pelahan ke ujungnya. Sebenernya kepingin juga konfirmasi ke KSAU apakah pagi hari itu AU menerbangkan pesawat tempur di atas Jakarta atau tidak, biar yang pada parno bisa agak baikan…

  30. Kalo menggabungkan semua ilmu itu, harusnya hebat ya, pak, meskipun dasarnya tetap sama, matematika. Mungkin anak-anak yg menang olimpiade sains atau fisika kemaren, bisa diajak ngomongin ini ya 🙂

  31. Sedikit ralat Pak, jari2 bumi sekitar 6300-an km, itu yang ditulis Pak Rovicky mungkin maksudnya diameter bumi ya?

    Soal perawanan, mungkin BMG atau LAPAN musti ngebuka arsip citra satelit cuaca mereka yang lama untuk mulai mempelajari apakah benar ada yang namanya awan gempa itu. Kasus gempa Aceh yang sampe 9 skala Richter mungkin bisa dijadikan studi buat mereka. Pasti mereka punya kan data satelit cuaca sebelum, pada saat dan sesudah gempa Aceh itu. Coba ada nggak awan-awan aneh itu.

    Kalau soal awan yg katanya diamati di Bandung oleh pakar meteorologi dari LAPAN itu, bisa jadi itu terjadi karena adanya hembusan angin yg cukup kuat pada pita yang sempit (seperti aliran sungai gitu loh) sehingga awan yang biasanya menggumpal seperti domba itu menjadi memanjang seperti ular karena tiupan angin yang kuat itu.

  32. WAH TAMBAH BINGUNG DALEM PAK DE, AKU JUGA BACA DI QUAKE.EXIT TRUS DI DETIK JUGA ADA TENTANG AWAN GEMPA INI, JADI YANG SEBENARNYA ITU GIMANA, KARENA BEBERAPA HARI SEBELUM GEMPA DI JABAR ADA AWAN MEMANJANG KE ARAH BARAT, DAN DER TERJADILAH GEMPA DAN TSUNAMI 2 HARI KEMUDIAN. SO, MUNGKIN HARUS ADA DIALOG ANTAR DISIPLIN ILMU ( TERMASUK KLENIK? HE HE?/YANG TUKANG RAMAL ITU LHO)DAN CARI CARA BIAR UNTUK MENGABUNG SEMUA PERKIRAAN YANG BISA DIGUNAKAN DAN DAPAT DIPERTANGUNGJAWABKAN SECARA KEILMUAN UNTUK MEMPREDIKSI GEMPA (TAPI APA BISA?)

Tinggalkan komentar