Kemarin siang kebetulan ada presentasi di kantor tentang peranan sekolah (formal education), training dan tugas kerja dalam menentukan posisi dan karier seseorang.
Ada rumus jempol yang menarik bahwa ketiga hal itu memberikan peranan penting dalam posisi dan karier seseorang. Tahukah anda berapa prosentasenya ?
- 70 % pekerjaan
- 20 % training (incl. network)
- 10 % sekolah (formal education)
Jadi peranan sekolah formal diperkirakan hanya menyokong 10% dari keseluruhan hasil akhir posisi anda yang sudah bekerja saat ini. Training atau kursus mungkin hanya 20% berperan. Kenapa ? Barangkali karena yang diperoleh lewat kursus tidak selalu berhubungan dengan pekerjaan sehari-hari.
😦 “Apalagi kalau kursusnya di Bali atau Jogja ya Pakdhe. Banyak jalan-jalannya, tapi kan perlu refreshing ta?”
Jadi betul apa yang sering kawan-kawan denger beberapa waktu lalu, bahwa untuk mereka-mereka yang “experienced” banyak ditentukan posisinya oleh pekerjaan yang dikerjakan selama dalam pekerjaan kantor ini. Yang penting pengalaman !
OK ambil rata-rata saja ini terutama bagi mereka yang memiliki lama pengalaman kerja sekitar 10 tahun !. Kalau masih baru masuk kerja tentusaja harus ikutan training dan konsentrasi kalau ikutan training atau kursus.
Konsentrasi saja di 70%.!
Bagi yang sudah lulus ….
Nah ternyata pengalaman kerja yang 70% ini sangat tergantung dari jenis pekerjaan, assignment, dan tanggung jawab (authorities) yang diberikan.
Harus diketahui juga, bukan berarti yang 10 tahun selalu lebih bagus dari yang 5 tahun looh. Saya selalu memberikan contoh orang yang membuat peta struktur dari 2D seismik. Kalau satu set peta (terdiri beberapa horizon) diseleseikan dalam 5 tahun dan dikerjakan selama 5 tahun terakhir sama saja orang perpengalaman 1 tahun diulang 5 kali. Masih lebih baik orang yang bekerja berbagai macam perkerjaan analisa akuisisi data seismik, analisa data sumur, dan termsuk membuat peta satu set.
Contoh lain insinyur yg mampu membuat design satu mobil mobil dalam satu tahun penuh, Kalau dikerjakan terus-terusan selama 7 tahun, namanya pengalaman setahun diulang 7 kali ! Masih lebih bagus yang dalam tujuh tahun mengerjakan beberapa design mobil, design dongkrak, dan design pompa dll.
Artinya “diversity” pekerjaan, macam ragam pekerjaan jauh lebih berarti dalam menentukan posisi karier seseorang saat ini.
Jadi ngapain kok disitu terus … ??
wupst !!
Bagi yang belum lulus sekolah
Yang tidak dibahas kemarin itu bagaimana bagi yang fresh graduate atau lulusan baru atau yang masih sekolah.
Memang yang katanya nantinya menentukan karier yang hanya 10% ini sangat-sangat menentukan anda diterima kerja pada waktu awal saja. Artinya kalau anda IPK-nya juga pas-pasan, jangan kecil hati kalau tidak dipanggil interview. Anda memang memerlukan lebih banyak usaha, namun barangkali dalam konsentrasi terbalik !.
Bagi yang fresh graduate ketika akan memasuki pekerjaan menurutku akan menjadi terbalik prosentase yang akan mempengaruhinya, Coba konsentrasikan dengan formula dibawah ini :
- 70 % sekolah (formal eduaction) IPK, matakuliah yang berhubungan, dll
- 20 % kursus, ketrampilan, organisasi dll.
- 10 % Kerja Praktek, KKN, mroyek dengan dosen, dll
Jadi kalau anda saat ini masih sekolah cobalah membagi kegiatan menjadi 70% untuk sekolah, 20% ikutan kursus diluar, dan 10% untuk mencoba-coba cari kerja.
😦 “Hadduh Pakdhe, kegiatan pacarannya masuk prosentase dimana doonk ?”
Filed under: RuPa-RupI | Tagged: karier, kerja, Pendidikan, sekolah, training |
Pak dhe,saya mau tanya.
Perusahaan migas lebih banyak mencari lulusan S1 perminyakan atau D3 perminyakan?
Jika di lihat dari artikel di atas,bisa dibilang pengalaman memerankan 70% dari kesuksesan kita di dunia migas.
Brarti apakah jika lulusn D3 perminyakan akan lbih berpengalaman dibanding S1 perminyakan?karena D3 akan lbih banyak praktek dari pada teori.
Dijawab scpatnya ya pak,karena saya akan memilih antara AKAMIGAS balongan atau tek.perminyakan UPN jogja sbagai pilihan pertama.karena pilihan utama saya FTTM ITB?:-D:-D:-D
Takutnya saya tidak ditrima di FTTM ITB..
@putri
Jurusan perminyakan swasta ya trisakti
hehe permisi, saya baru mau masuk kuliah. rencananya mau ambil perminyakan itb tp walaupun sudah usaha maksimal, kalau belum rejeki ya apa boleh buat hehhee.. sekarang lg cari universitas swasta. kira2x untuk jurusan perminyakan, universitas swasta mana yah yg bagus? terimakasih..
Nimbrung ah … mengenai persentase itu, memang banyak riset menunjukkan demikian, tetapi jangan dipahami secara sepotong-sepotong … kondisinya itu berbentuk hubungan sebab-akibat (cause-effect) … sekolah yang sukses, menjadi dasar untuk orang bisa dikembangkan dengan baik melalui training, dan itulah yang bakal menjadikan dia sukses di pekerjaan … ibarat inti atom, sekolah itu memang persentasenya kecil … tetapi ya itu, dasar dari pembelajaran untuk sukses yang komposisinya besar ..
masih pusing sama kampus mana yang bakal saya pijakkan kaki untuk melanjutkan studi pak dhe….. antara UI dan ITI bingung saya pak dhe….. kalo ITI deket sama kantor kalo UI kualitas….. ada saran gak pak dhe??
‘……Kalau pengalaman adalah “raja” tentu banyak yang nyari dan memuji,yah kalo mau bagi aja 0,1 % buat brain sisanya activity.Education is outside n the other plus+plus pengalaman bisa buat jadi masukan yang mendukung…’
pak dhe…. adakah perhitungan terhadap para pendaftar pelamar kerja yang mempunyai sertifikat semacam presentasi paper geologi dan lomba geologi di tingkat nasional maupun internasional…..
klo orang marketing bilang: sales…sales…sales….
klo orang produksi bilang: produces…produces…produces…
klo orang teknik bilang: explores…explores…explores…
klo……
bos bilang: karir lu naek kalo lu nguntungin gw.
kl karir kita nggak naek juga…cari bos yang ngerti itu. atau jadilah bosmu sendiri.
pendidikan: formal dan informal. Ya, pastilah ada standarnya, kalau nggak, apa yang nyiptain standar profesi itu apa nggak ada kerjaan dan nggakk ada gunanya. Tentu tidak bukan.
Klo pendidikan “dianggap” less favorable, mau tanya dosen-dosen itu bukannya seringnya orang lapangan juga.
Bahwa ilmu yang diperoleh kalah cepat dengan kebutuhan lapangan, itu lain persoalan. Ya, nggak mungkinlah tanpa usaha “ekstra” murid bisa lebih digdaya dari gurunya (ini kiasan lho).
Lagian harus dipahami, pendidikan bukan pengajaran semata, kita sendiri harus punya kemauan untuk MENCARI, pendidikan (lanjutan) semata sebagai gerbang bahwa kita punya cara dan tantangan di sini. Apakah cara dan solusi yang lebih baik. Di lapangan nanti kita ketemu yang baru lagi entah itu ide…tantangan … atau apalah. Di sinilah sinergi yang memajukan link and match: dunia pendidikan dan kerja. Maju…maju…maju…
salam.
Setuju pakde, walopun ijazah/sekolah cuma berperan 10% tapi menjadi gerbang/batasan untuk melamar. Pengalaman saya yang di HRD dah 6 taon kami mencari orang yang mau bekerjama dgan kebijakan perusahaan selebihnya akan kami didik sesuai visi kami dan disitu mungkin kuliah/ijazah malah bisa berperan kurang dari 10%, selebihnya adalah tekad belajar, ketekunan dan kejujuran selanjutnya karir lebih banyak ditentukan oleh keahlian dan sikap/pembawaan selama bekerja. wassalam.
Kalo gini gmn??
Saya angkatan 2003, lalu masuk kuliah, sempat cuti 1 tahun lalu lanjut lagi dan terancam lulus tahun 2009, jadi masa kuliah saya 5thn + cuti setahun jadinya 6 tahun hanya untuk namatin S1..
Nah apakah dengan kuliah yg lama itu ngaruh untuk nyari kerja? IPK tetep di atas 3 dan pengalaman kerrja praktek di perusahaan gede McDermott Batam, Germanischer Lloyd Jakarta dan Total E&P Balikpapan, dan juga Tugas Akhir dpt topik dan dikerjakan di Total E&P..
Nah bagaimana peluang sy apa masih bs bersaing dg anak2 angkatan 2005 atau 2005 yang mungkin akan lulus thn 2009 juga..
Jadi minder neh kelamaan kuliah hehe..
-vamp-
Pak dhe bagus juga tuh opininya… ngomong-ngomong seberapa besarkah sertifikat perlombaan itu dinilai oleh para pencari kerja karena selama ini saya lihat banyak kawan-kawan IPK tinggi namun tidak murni (Ya… didapat dengan melihat kanan-kiri)
Bisa bener juga sih, tapi perlu diliat yang ngasih presentasi itu siapa. Jangan2 itu cuma usaha pembenaran supaya orang tetep dan cuma ‘kerja’.
Pengalaman sih penting, tapi kalo pengalaman ga didukung ama ‘belajar’, jadinya seperti buta, keras kepala, merasa benar.
Tapi saya setuju kok, pengalaman itu nomer satu… kalo maw pindah kerja hehehe (berdasarkan dari pengalaman juga, maw nembus lowongan yang requirement pengalamannya 10 taun, belum bisa2)
salam
Pantesan juga ya suka banyak yang ndak nyambung sekolahan ma pekerjaan *nyambung ga yak* 🙂
Artinya “diversity” pekerjaan, macam ragam pekerjaan jauh lebih berarti dalam menentukan posisi karier seseorang saat ini.
Jadi ngapain kok disitu terus … ??
wupst !!
komen :
menurut kulo, kesimpulannya “jauh lebih berarti” nggak pas, ato mungkin karena ngasih contohnya yang kurang meluas…
setau kulo, karir itu macem-macem… mau karir di teknis ato di manajemen…
atau kalo dikasih conto (untuk karir teknis)… perusahaan turbin… malah yang 10 tahun kerja untuk turbin saja lebih bagus daripada yang 2 tahun kerja di pompa, 2 tahun turbin, 2 tahun kipas angin, 2 di blower, 2 di baling baling bambu..
kalo conto di mekanikal (maklum kerjanya mekanik) (lagi-lagi bukan karir untuk manajer loh, kan nggak semua pengen jadi menejer).. mungkin lebih bagus yang 5 tahun di statik saja, ato rotating saja daripada 1 tahun statik, 2 di rotating 3 di piping… malah kalo kumpeni yang gedhe… lebih nyempit lagi… ada yang tank saja, vessel saja, valve saja, furnace aja….
ya, kalo mau jadi direktur memang bener pak dhe
Mudah2an tidak di-interpretasi-kan bahwa sekolah itu ndak perlu kan cuma 10% seperti dibilang juragan bimbingan test yg dari yogya itu … hehehe …
Nah, kalo setahun jadi programmer, setahun lagi jadi operator, setahun lagi jadi tukang bikin proposal… skillnya gmana, pak De? 😀
[…] baca dongengan nya pakde rovicky, sayang beda […]
[…] Perokok [Indonesia] adalah orang buta hurufTerpapar AC 24 JAMDari Friendster ke FacebookAirBus A56Sekolah:Training:Kerja = 10:20:70Defensive Driving for Your Road SafetySelamat hari PramukaPosisi Kontroversi Patahan […]
pak dhe yuki masih bingung nih….. ini kan yuki baru kerja dapet 4 bulan. lulusan D3 nah ada keinginan buat lanjut kuliah lagi. itu ada saran gak buat yuki pentingnya ijazah S1 buat karir yuki, yang notabene sasaran kuliahnya gak di jogja lagi soalnya yuki sekarang kerja di daerah BSD tangerang. Sasaran kuliahnya mau di depok tapi yuki juga belum mau ninggalin ni perusahaan soalnya masih baru kan??? jadi enaknya gimana ya?
Sekolah juga penting pakdhe… tambahin dikitlah 20%…jadi 30%, komposisiny spt ini
kerja 60%
sekolah 30%
training 10%.
pada umumny org yg S-ny makin banyak…(sampe S teler :D)
kmungkinan dapet posisi yg “baik” lbh cepet dripada yg S-nya msh sedikit atw blm ada. walaupun sebenerny blm “matang” dlm penguasaan bidang pekerjaan.
ADIL kan ?!
Masa’ kita yg capek2 sekolah plus keluar duit banyak (hehe…pdhal dapet beasiswa) kagak dihargain.. hiksss 😦
‘Artinya “diversity” pekerjaan, macam ragam pekerjaan jauh lebih berarti dalam menentukan posisi karier seseorang saat ini.’
–> sepakat !!
tapi, sejauh mana ‘diversity’nya pakdhe ?? 🙂 asal gak nambah blaur kompetensi aja kan…
sayangnya gak banyak yang mau kayak gini, biasanya lulusan Gadjah Mungkur gak berani nyoba-nyoba 🙂
Pakdhe : gimana klo mau ikut kursus tp biayanya mahal? trus mau ikut magang di perusahaan gede tp gak direspon2…
Lho, harusnya ketika kuliah yang dicari kan ilmu, bukan cuma ijazah to?
Lha kalo sekarang di Yogya ada banyak biro jasa konsultasi skripsi, kira2 itu artinya lebih banyak yang cari ilmu atau yang cari ijazah ya? 🙂
tapi sekolah yang 10 % itu kunci untuk masuk ke training dan kerja 😀
Bagaimana cara menghitungnya sehingga dapat presentase di atas kang?
Dan berapa prosentase yg didapat seorang fresh graduate ketika dia
lulusnya dengnan IPK 2?
Berapa pula jika 2.5 ? Berapa jika 3? Dan berapa jika 3.5? Lalu berapa jika 4?
Mohon penjelasanna kang.
salam,
-bank al-
Iya mungkin juga sih, tapi kenyataannya sekarang orang kuliah yang dicari kan ijazahnya 🙂
Yang 10% itu sekolah atau ijazah ya? 🙂