Patahan Opak Yang Unik – 2 (Yang mana penyebab gempa itu?)


Tipe-tipe sesar (Fault type) berdasarkan pergerakan relatif dan kemiringan bidang sesarnya nya.

Patahan opak yang unik memiliki beberapa model hasil interpretasi para ahli kebumian. Masing-masing mendasarkan pada metodenya yang tentusaja metode sangat canggih.

😦 “Looh, Jadi sesarnya sendiri itu yang mana Pakdhe ?”

😀 “Disinilah demokratisnya ilmu geologi Thole. Masing-masing akan memiliki dasar logika sesuai dengan data. Antara yang satu dengan yang tidak perlu dipertentangkan. Justru ini menambah wawasan serta mengasah otak para ahli kebumian dalam menguak rahasia alam”

Paling tidak saat ini terdapat enam tujuh DELAPAN model patahan atau Sesar Opak ini: NEW UPDATE !!

Patahan Opak versi Wartono, dkk, (1977)

https://rovicky.wordpress.com/wp-content/uploads/2010/08/petageologijogja.jpg

Sesar Opak (Wartono, dkk, 1977)

Tentusaja yang pertama plotting Sesar Opak dari Pak Wartono yang diplot berdasarkan pemetaan geologi. Beliau menggunakan dasar data-data permukaan dan memperkirakan posisi blok-blok yang mana yang bergerak relatif naik dan mana yang relatif turun. Data-data beliau tentusaja sangat valid. Namun Pak Wartono juga tidak secara tegas menggambarkan lokasi bidang patahannya, karena diperkirakan sudah tertutup oleh endapan Merapi Muda.

Patahan ini paling mudah dimengerti karena morfologi serta topografi yang membatasi tinggian Wonosari dengan Yogyakarta yang berada pada daerah dataran rendah.

Walaupun tidak dijumpai bidang patahannya, namun Sesar Opak yang di plot Pak Wartono dkk inilah yang menjadi awal pemikiran dari keberadaan Sesar Opak yang fenomenal.Kalau saja Pak Wartono berkenan mengupdate (memperbaharui) peta ini sesuai dengan data-data baru yang beliau kumpulkan tentunya akan lebih menarik lagi. Bagaimanapun peta singkapan adalah sebuah data sahih yang secara fisik dapat dilihat oleh siapa saja.

😦 “Ya sudah Pakdhe saja yang memperbaharui. Kan Pakdhe bisa tanya beliau data-data baru itu supaya di plot di peta dengan bantuan pemetaan dijital pakai komputer”.

Patahan Opak versi Meilano (2007).

Data gempa-gempa susulan setelah gempa Jogja.

Segera setelah terjadinya gempa Jogja 27 May 2006, banyak data-data baru yang dapat dipergunakan dalam menganalisa patahan Opak ini.

Dr Irwan Meilano, seorang ahli gempa dari ITB membuat analisa berdasarkan data gempa utama serta gempa-gempa susulan yang dicatat segera setelah gempa utama. Data yang ada disebalah ini adalah data pusat gempa utama (epicenter) dan lokasi gempa-gempa susulan (aftershock) dalam periode 6 – 7 Juni 2006 dari gempa Yogyakarta 2006.

Irwan memplot kedalaman serta posisi gempa-gempa susulan ini. Plotting dalam penampang dibawah yang merupakan penampang barat timur ini memperlihatkan dengan jelas bahwa ada sebuah kemiringan dari “Patahan Opak” (masih diperkirakan tentunya).

Perhatikan plotting bagian bawah yang menunjukkan kedalaman gempa susulan ini kearah timur lebih dalam dari yang disebelah barat. Diperkirakan terdapat Patahan Opak ini memiliki kemiringannya ke arah timur.

Patahan Opak Versi Danny Hilman.

Pak Dr Danny Hilman salah satu ahli geologi dari LIPI yang sangat ahli dalam kegempaan  memiliki pendapat sendiri tentang Patahan Opak ini.

Pak Danny Hilman menggunakan data deformasi dari data gempa serta mungkin menggunakan analisa tensor, yaitu data pergerakan yang dianalisa pada lokasi titik hiposenter.

Pak Danny Hilman ini juga memberikan satu tambahan baru kemungkinan adanya Sesar Dengkeng di sebelah utara dari perbukitan Wonosari yang memiliki arah Barat-Timur.

Sesar Opaknya sendiri masih diperkirakan berada di sekitar Sesar Opak yang diperkirakan oleh Pak Wartono. Namun digambarkan sebagai sesar lateral. Atau sesar yang memiliki komponen geser.

Tentusaja ini sebuah interpretasi baru bagaimana adanya sesar geser Sesar Opak serta adanya kombinasi dengan Sesar Dengkeng.

Patahan Opak Versi Dr Hasanuddin Abidin dkk (2009)

Dalam paper ilmiahnya yang dimuat dalam Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No.4 Desember 2009: 275-284 Hasanuddin Z. Abidin, H. Andreas, I. Meilano1, M. Gamal, I. Gumilar,dan C.I. Abdullah menyimpulkan seperti dibawah ini:

Berdasarkan hasil survei GPS pada tahun 1998, 2006, dan 2008 didapatkan keterangan bahwa besarnya deformasi koseismik gempa Yogyakarta 2006 berkisar antara 10 – 15 cm atau lebih kecil, baik dalam komponen horizontal maupun vertikal; dan deformasi pascaseismiknya dalam arah horizontal adalah sekitar 0,3 sampai 9,1 cm.

Dengan menggunakan model dislokasi Okada dan berdasarkan vektor pergeseran deformasi koseismik serta kedalaman gempa-gempa susulan, proses estimasi menyimpulkan bahwa sesar penyebab gempa Yogyakarta 2006 adalah sesar sinistral (left-lateral) dengan sudut strike sekitar 480 dan sudut kemiringan (dip angle) sekitar 890. Sesar penyebab gempa Yogyakarta 2006 yang diestimasi dari hasil survei GPS ini, berlokasi sekitar 5 – 10 km di sebelah timur lokasi Sesar Opak yang biasa digambarkan sepanjang Sungai Opak.

Sesar Opak digambarkan sebagai sesar geser kiri yang meliuk sesuai dengan data yang diperolehnya.

Sesar Opak Versi Pak Daryono  (Tsuji et al 2009)

Pak Daryono ini salah seorang staf BMKG yang menuliskan pendapatnya tentang Sesar Opak. Beliau terketuk setelah terjadi gempa menjelang Shalat Taraweh pada hari Sabtu August 21, 2010 pukul 18:41:38. Pak Daryono mensitir tulisan ilmiah Tsuji, et al, 2009, di Earth Planets Space, 61, e29–e32, 2009)

Dalam catatannya Pak Daryono berkesimpulan kejadian gempabumi pada hari Sabtu petang itupun semakin mengokohkan keberadaan sesar aktif yang lokasinya di sebelah timur Sesar Opak. Jika melihat lokasi episenter menurut BMKG yang terletak di zona sesar, bisa jadi Gempabumi Bantul ini merupakan manifestasi pelepasan tegangan di zonasesar yang mungkin belum terlepaskan seluruhnya saat terjadi gempabumi 27 Mei 2006.

Walaupun rupture faultnya sendiri belum terlihat dari data permukaan namun Pak Daryono meyakini berdasarkan data-data kegempaan di sekitar Sesar Opak ini.

Sesar Opak Versi Dongeng Geologi (Rovicky, 2010)

😦 “Waaah, Pakdhe ngga mau kalah ya ? Kok terus ikut-ikutan membuat model Sesar Opak penyebab gempa ini.

😀 “Looh setiap pendapat ahli geologi akan menymbangkan pemikiran khususnya dalam menganalisa fenomena alam ini, Thole”

Seperti yang digambarkan sebelumnya disini Patahan Opak Yang Unik dengan menggunakan peta kerusakan yang diperkirakan merupakan akibat goyangan serta data dari gempa-gempa susulan yang diplot oleh Irwan Meilano diatas. Diperkirakan patahan Opak ini memiliki komponen utama berupa bidang sesar naik yang memiliki kemiringan kearah timur.

Data kedalaman episenter yang berada pada kedalaman 10 Km ini berada sekitar 10 Km disebelah timur Sesar Opak yang diperkirakan oleh Pak Wartono. Apabila menggunakan geometri sederhana, maka bidang patahan Opak yang memiliki komponen naik ini memiliki kemiringan sebesar 45 derajat.

Peta kerusakan yang dibuat oleh Unosat memperlihatkan bahwa daerah yang paling banyak mengalami adalah disekitar Patahan Opak.Sedangkan lokasi yang tepat berada diatasnya tidak banyak mengalami kerusakan. Ini bisa saja disebabkan oleh percepatan tanah, atau daya getar batuan yang berbeda antara perbukitan Wonosari, dengan endapan Merapi Muda.

Nah paling tidak kita memiliki beberapa model Patahan/Sesar Opak. Mana yang bener, bukanlah hal yang utama. Karena fenomena alam ini interpretasinya sangat dinamis tergantung dari kelengkapan data pendukungnya. Semakin banyak data pendukungnya akan semakin logis dan lebih mudah diterima oleh para ahli lainnya.

Birger dari GTZ (2006)

Pak Herry Hardjono menyumbangkan lagi data tambahan yang diperoleh GTZ, sebuah badan penelitian Jerman (The Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ).

Disebelah ini plotting dari gempa-gempa susulan yang dikumpulkan setelah gempa utama terjadi. Hasilnya mirip dengan plotting gempa susulan yang dikumpulkan oleh Irwan Meilano. Aftershocknya berada disebelah timur dari Sungai Opak. Dan semakin kearah timur titik pusat gempa susulan ini berada semakin dalam.

Peta kerusakan bangunan yang dikumpulkan oleh Birger dari GTZ ini memperlihatkan kesesuaian dengan bidang sesar Opak Yang miring kearah timur yang dibuat Rovicky, 2010. 🙂 Memang kerusakan itu terjadi pada tempat yang berdekatan dengan rupture zone yang tidak lain Sesar Opak disepanjang Sungai Opak itu sendiri.

Perbandingan dengan Sesar Semangko di Liwa yang terjadi pada Segmen Semangko, yg jadi tempat gempa Liwa (1994), yg kebetulan dulu Pak Herry  sendiri yang memmimpin tim pelangi (ada dari BMG, LIPI, Pak Surono dan VSInya…).

Kalau gempa Liwa, letak aftershocks “pas” di patahan Semangko, kedalaman kumpulan aftershocks kurang dari 20 km. Lha kalau Patahan Opak, kumpulan aftershocks gempa Jogja berada kurang lebih sebelah timur patahan. Kedalaman kumpulan aftershocks mirim Liwa, kurang dari 20 km. Pak Heerypun bertanya-tanya, “Apa ada “active burried fault?

:( “Kalau Pakdhe mestinya data ini malah menambah keyakinan bahwa kebumhkinan besar, Ya kan Pakdhe?”

😀 “Iya Thole gempa susulan mestinya masih akan berada disekitar bidang retakannya. Tentusaja tidak harus benar-benar sebidang karena plottig lokasi episenter susulan ini memiliki variasi kesalahan juga”.

Patahan Opak versi Pak Djedi 2010.

Tambahan data baru dari Pak Djedi menggunakan Audio Magneto Telluric (AMT adalah frekuensi yang lebih tinggi teknik magnetotellurik untuk investigasi dangkal) semakin meyakinkan kemungkinan bidang patahan Opak adalah miring kearah timur. Ini dismimpulkan dari model distribusi tahanan-jenis (resistivity) hasil 2D AMT smooth inversion pada lintasan ukur AMT arah barat-timur yang memotong Patahan Opak.

AMT ini mengukur resistivitas batuan. Resistivity rendah berasosiasi dgn loose sediment + ada airnya (barat dan tengah), resistivity tinggi berasosiasi dengan gamping Wonosari + old volcanic Nglanggran (timur).

Model tersebut mengindikasikan adanya zona resistivity rendah yang diduga pencerminan dari patahan Opak yang miring ke arah timur (garis putus-putus hitam tebal). Riset pengukuran AMT ini merupakan sebagian dari hasil studi tim LIPI-ITB-TIT-Hokkaido Univ.

Ada catatan dari Pak Djedi :

“Rendahnya resolusi cells/block model pada saat proses inversi menyebabkan Patahan Opak seperti dicirikan oleh suatu fracture zone yg lebar. Ya mestinya tdk seperti itu, lha wong namanya juga pemodelan, tergantung resolusi dari metode tersebut.

Sebenarnya bisa saja lokasi sesar Opak tetap berada di antara titik A13 – A14 seperti yang Irwan sampaikan, karena masih dalam wilayah low resistive zone. Mungkin karena saya tidak melakukan pengukuran tepat di atas morfologi sesar, shg tidak mendapatkan data elevasi yg tepat pula untuk menggambarkan morfologi sesar tsb pada tempat yang sebenarnya.

Jadi, masih juga penasaran ? … silahkan dilanjut di dongengan terkait kegempaan dan Sesar Opak  :

15 Tanggapan

  1. Yang jelas, bagi orang awam seperti saya, sejak TK sampai bekerja , tidak pernah kami dengar atau baca soal sesar di Yogya, pihak2 yang berkompeten dalam hal ini juga pihak pemerintah yang bertanggung jawab atas keselamatan warganya, tidak pernah sekalipun berbicara tentang sesar di Yogya, baru lah setelah kejadian gempa 2006 rame muncul teori tentang sesar opak ini..korban sudah berjatuhan..kemana saja kalian2 selama ini ? Ilmu itu hanya berguna jika dipakai untuk membantu orang lain, bukan hanya dipelajari, disimpan sendiri, apalagi hanya untuk cari makan sendiri, atau jangan2 memang tidak pernah ada yang tahu sebelumnya kalau ada sesar di situ ya …

  2. sangat menarik sekali tulisannya pak 🙂
    kalau boleh tau sumber gambar peta dari pak Danny HIlman itu dari mana ya pak? apakah ada alamat ke jurnalnya?
    Terimakasih.

  3. Apakah kesaksian saya bisa sebagai input analisa data?
    Rumah saya di Kalasan bagian selatan sebelah barat sungai opak sekitar 500 meter. Waktu gempa tanggal 27 Mei tersebut saya lihat persawahan di depan rumah saya seperti karpet/tikar yang panjang dikibaskan ke arah barat, dengan kedua ujungnya dipegagi. Seperti bergulung-gulung ke barat. Apa artinya, pak Dhe?

    Penjelasannya disini https://rovicky.wordpress.com/2006/08/21/gelombang-gempa-yg-bikin-pusing/

  4. kalau mau akuisisi pakai seismik refraksi dngan target sesar minor opak bagusnya didaerah mana ya?
    biar datanya makin banyak..hehehehe

  5. kalau mau akuisisi sesar minor opak pakai seismik refraksi bagusnya didaerah mana ya?
    biar lebih tambah banyak lagi datanya..hehehe

  6. Pak Vicky, saya tertarik dengan ulasan tentang sesar opak ini, bagaimana dengan parameter seismiknya untuk perhitungan hazard kegempaan probabilistik?. Terima kasih

    –> Kalau ga salah UGM pernah membuat Peta kerentanannya dan pernah ditulis disini : https://rovicky.wordpress.com/2007/02/23/peta-tingkat-kerentanan/

  7. Ada publikasi menarik dari Nurwidyanti dkk.2007 (Pemodelan Zona Sesar Opak di Daerah Pleret Bantul Yogyakarta dengan Metode Gravitasi). Hasilnya secara jelas menyimpulkan bahwa sesar Opak, khususnya di daerah Pleret, merupakan sesar normal dengan bagian barat adalah bagian yang turun.

    Ada juga riset yang menyebutkan kalo di bagian barat yang turun itu, masih ada sub-fault (atau blind-fault ?) yang sebelumnya tak terdeteksi dan mungkin memberikan kontribusi besar bagi hancurnya daratan Bantul.

    So, mungkin yang jadi sumber2 gempa 2006 dan 2010 itu, apakah bukan sesar lain di luar sesar Opak ?

    –> Bisa saja ada sesar lain. Tetapi keberadaan sesar baru ini menjadi lebih spekulatif, karena belum ada data geologi pendukungnya selain vocal mechanism. Data gravity lebih menunjukkan blok mana yg naik mana yg turun. Tetapi dalam hal ini “bidang patahannya” yg menjadi hal terpenting. Penarikan bidang patahan ini sangat sensitif terhadap perkiraan densitas batuan, ketika melakukan foreward modeling. Namun jelas pemikiran dan data gravitasi inipun perlu diperhitungkan. Data AMT pak Djedi menunjukkan kemungkinan arah kemiringan bidang sesar

  8. Pakdhe, nambahin lagi intepretasi untuk gempa di jogja ini versi dari Dr. Lucas Setijadji dari Geologi UGM, memprediksikan adanya sesar lain di sebelah timur sesar opak berarah NNE-SSW, link abstract di : http://adsabs.harvard.edu/abs/2007AGUSM.S31C..01S mungkin gambar/peta yang lebih lengkap bs didiskusikan langsung dengan beliaunya. Maturnuwun Pakdhe, biar tambah seru diskusinya.

  9. Pak Rovicky, saya masih tidak mengerti knpa sesarnya naik? Kok bkn sesar turun? Dip sesar 45 derajat lebih bukankah terlalu terjal untuk sesar naik? (Mohon petunjuk agar saya tidak sesat… Hehehehe)

    –> Kalau melihat Data AMT (Pak Djedi 2010), terlihat sekali kemungkinan adanya bidang patahan ini. Patahan naik dengan sudut tinggi disebut “reverse fault”, sedangkan yang bersudut rendah disebut “thrust fault”. Secara kinematik keduanya memungkinkan tergantung mana arah sigma 1, 2 dan 3 nya.

  10. Hallo Pak Rovicky….gambar di atas adalah Sesar Opak Versi Tsuji et al. (2010), saya hanya tertarik mengamati aktivitas seismik di zona ini dan meyakini keberadaan sesar aktif yang lokasinya di sebelah timur Sesar Opak,…memang sangat menarik dan penuh kontroversi,..saya salut dgn Pak Rovicky….dgn inisiatifnya yang cemerlang yang telah menyediakan media ini untuk diskusi seputar “kompleks Sesar Opak”.. maturnuwun………..

  11. Bapak Roviky yang saya hormati.., menarik sekali ya ulasannya.

    Sekedar mau bertanya saja ya..sesar nya klo dilihat miring sesarnya bukankah lebih ke arah tenggara ya..dengan panjang kemiringan dari arah Timur laut memanjang ke barat daya..:)

    –> Yaps kalau sesuai teori geologi struktur memang mesti presisi disebutkan miring ke tenggara (tegak lurus strike) … tapi nanti si Thole protes tambah bingung 🙂

  12. Mas Marufin, lah kalau sekarang dengan 8 model yg dikumpulkan saya malah semakin yakin kalau Patahan Opak itu berupa Patahan Naik (dengan sedikit komponen geser) yang miring kearah Timur. Nah yang sedikit ini barangkali yang menyebabkan gempa beberapa tahun terakhir ini.

    Komponen geser ini hanyalah gerakan terbaru yang sesuai dengan tensor serta deformasi terakhir. Dahulunya Patahan Opak ini sebuah bidang miring, bukan bidang tegak seperti patahan geser Semangko.

    Mungkin Excel yang anda miliki valid untuk gempa dalam dan gempa akibat sesar geser (dangkal) 🙂

    Lah kalau bulan itu baru dan purnama keduanya sama-sama memiliki perubahan grafitasi optimumnya, kan ?

  13. Peta pak Daryono ada dalam publikasi Tsuji dkk (2009). Earthquake Fault of The 26 May 2006 Yogyakarta Earthquake Observed by SAR Interferometry. Secara garis besar peta Tsuji dkk ini hampir sama dengan peta yang digambarkan pak Abidin dkk tersebut di atas.

    Kalo kita menggunakan peta ini, secara garis besar Gempa Yogya 2006 dan 2010 bisa dijelaskan. Gempa 2006 bersumber di segmen tengah dan utara, energinya sangat besar (60 kiloton TNT) dan sepertinya ada sistem patahan yang saling jalin menjalin di sisi utara sehingga energinya tersebar dan terfokuskan kemana-mana. Hanya, IMHO, masih jadi pertanyaan bagaimana sebaran energi ini bisa membuat cekungan Bantul mengalami subsidens sebagaimana data yang diperoleh Tsuji dkk maupun pak Abidin dkk.

    Sementara Gempa 2010, bersumber di segmen selatan. Energinya sangat kecil, 357 kali lebih kecil ketimbang gempa 2006. Sehingga getarannya ya nggak kemana-mana.

    Satu tambahan, ada pola unik (secara astronomis) untuk gempa2 di Yogya ini. Gempa 2010 ini terjadi hanya 78 jam menjelang oposisi Bulan (Bulan purnama). Gempa 2001 silam (yang episentrumnya tepat di bawah kota Wates itu) juga hampir bersamaan dengan oposisi Bulan. Sementara gempa 2006 tepat bersamaan dengan konjungsi Bulan (Bulan baru). Nah unik khan? Monggo diterjemahkan apa artinya, biar pakdhe tambah bingung 🙂

  14. Ulasan menarik.
    Danny Hilman tahun berapa?
    Otto S.R. Ongkosongo

    –> Pak Otto. Peta Danny Hilman ini saya temukan di papernya Pak Hasanuddin (Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No.4 Desember 2009: 275-284 Hasanuddin Z. Abidin, H. Andreas, I. Meilano1, M. Gamal, I. Gumilar,dan C.I. Abdullah). Tapi saya ingat Danny pernah mengatakan sesa ini juga ditahun 2007 setelah gempa Jogja.

  15. Pakde, sekedar tambahan saja. Skema yg diberikan Pak Daryono adalah interpretasi Tsuji et al 2009 berdasarkan deformasi yg ditunjukkan oleh data INSAR. (Pak Daryono mencantumkan sumber skema tersebut dlm catatan FBnya). Deformasi berdasarkan INSAR tsb juga ‘klop’ dg lokasi aftershock tyg terekam di temporary network kami (Walter et al 2008). Jika lineasi aftershock versi kami diperpanjang ke selatan, maka pusat gempa tarawih sabtu lalu, tepat berada pd lineasi tersebut.
    Membaca uraian ttg sesar Opak beberapa hari terakhir saya kok semakin yakin bahwa ada sesar baru di timur Opak.
    http://www.agu.org/journals/ABS/2008/2007GC001810.shtml

    Klik untuk mengakses 6107e029.pdf

    Oya, peta geologi lebar Yogyakarta itu kan ada versi yg lebih (1997). Cuma apakah sesar Opak terupdate atau tidak, tidak informasinya sih…

    demikian Pakde..

    ade
    ps. riset saya juga ttg gempa yogya 2006 itu. gara2 gempa sabtu lalu jadi ramai lagi diskusinya 🙂


    –> trims infonya, saya koreksi tulisannya diatas.

Tinggalkan komentar