Jakarta yang “makin” sumpek – 1. Dulu namanya JACATRA 


moving-full.jpgMasih soal wacana peninjauan situasi Ibukota dan Pusat Pemerintahan Jakarta. Kayaknya perlu dongeng perkembangan daerah ini sejak kuda gigi besi pada jaman rekiplik sampai saat ini.

😦 “Pakdhe emang kuda doyan makan besi ?” 😀

Dibawah sana peta-peta jadul juga peta-peta perkembangan terakhir kota Jakarta yang sudah sumpek itu.jadul-sekarang.jpg

Nama dari bandar ini berubah dan berkembang. Konon menurut Tante Wiki, pelabuhan merupakan awal dari bandar ini yang disebut Sunda Kalapa (397-1527). Kemudian berganti nama menjadi Jayakarta pada abad ke 16 (1527-1619). Penjajahan belanda memulai menggunakan nama Batavia (1619-1942), dan akhirnya berubah menjadi Djakarta (1942-1972) dan selanjutnya dengan ejaan baru menjadi Jakarta hingga kini.

Mendapatkan peta sebelum jaman penjajahan sulit sekali. Mungkin pemetaan belum dikenal oleh penguasa Sunda Kelapa ini. Bahkan ketika namanya masih Jayakarta-pun tidak ada peta yang saya ketemukan.

Era Penjajahan Belanda (1916-1942)

Batavia OldMapAwalnya, bakal pemukiman sumpek ini berupa sebuah pelabuhan yang disebut Sunda kelapa. Ketika belanda datang mereka membuat sebuah chateaus yaitu tempat tinggal yang mirip sebuah benteng. Sejarah Kota Jakarta yang lebih lengkap bisa ditanyakan ke Tante Wiki (klick sini).jacatra[1]

Peta tertua yang diketemukan di belantara maya adalah sebuah peta yang diperkirakan dibuat pada abd ke XVII (1619). Peta ini diperoleh di websitenya Leiden University. Kebanyakan peta-peta koeno ini tentusaja ada di Leiden-Netherland.

Quote : Old Batavia

In 1619 the Dutch created a fortification and trade post at the site of a quite important port town of the princedom Papajaran (Pajajaran), Sunda Kelapa, which had fallen in the hands of Banten and was called Jacatra. This settlement of Batavia was based on the complete elimination of the indigenous element by the destruction of the Dalem and mosque of Jacatra. The founding of Batavia might be considered the beginning of the colonial era in Indonesia.

batavia-1653.jpg

Peta berikutnya yang ada bertarikh 1653 disebelah kiri. Barangkali ini merupakan sebuah grand design untuk memperluas kota bandar raya Batavia waktu itu. Mungkin saja design yang mengatakan jumlah penduduk Jakarta maksimum satu juta itu berdasarkan design sangat awal ini.

😦 “Pakdhe, kenapa ya Belanda tidak mau menggunakan nama Jacrata, tetapi merubah menjadi Batavia”
😀 “Thole, dalam setiap proses ‘penjajahan’ akan selalu terjadi eliminasi nama-nama atau monumen-monumen lama. Hal ini sering terjadi sebagai eliminasi tata-nilai. Itulah sebabnya Saya menganggap bahwa penjajahan atau kolonialism itu sebuah tragedi sejrah karena penghapusan budaya yang sudah dikembangkan oleh sebuah bangsa”

bataviadefer-1705.jpg

Peta berikutnya tahun 1705 ini tertulis Plan De Batavia. Sepertinya sebuah peta design sangat awal untuk pengembangan kota Batavia. (awas baca arah utaranya sebalh kanan ya 🙂 ). Peta ini menunjukkan tempat-tempat tertentu dan tengoklah dengan meng-klik gambar disebelah kanan ini.

Belanda memang sudah maju dalam teknik pemetaan sejak dahulu. Bahkan banyak peta-peta Indonesia (termasuk peta geologi) yang berasal dari pekerjaan para penjajah ini.

h1744batavia.jpgSedangkan disebelah kanan ini konon peta tahun awal abad XVIII (1744). Tentusaja ini merupakan peta jaman penjajahan. Didalamnya terlihat adanya sebuah chatteu, atau kompleks perumahan yang cukup besar. Mungkin sekali kompleks perumahan mewah. Coba amati, daerah atau kompleks ini dilalui sebuah aliran sungai. Ya, sebuah sungai, artinya sungai ini dikelola dan dibuat sebagai bagian dari kota (chatteu) Batavia.

😦 “Pakdhe kayaknya benci banget dengan penjajahan ya ?”
😀 ” heeeeghhh grrr … Dalam penjajahan Belanda ini berbeda dengan penjajahan Inggris. Belanda memang mengambil hasil bumi Indonesia. Batavia ini juga dikenal sebagai pusat atau tempat berdirinya VOC. Sebuah firma dagang yang menjadi kendaraan penyedot kekayaan Indonesia.”

bataviajefferys-jakarta-plan.jpgBentuk design ini sangat mirip sebagai sebuah benteng, ketimbang sekedar lokasi mukim (settlement). Lihat bagaimana pola aliran sungai yang sudah dimodifikasi ini. Air digunakan sebagai bagian dari pertahanan (parit). Mirip pembuatan kerajaan baru atau sebuah tapak penaklukan. Jadi pantaslah kalau tahun awal design ini menunjukkan awal era Penjajahan. 😦

batavia_1897.jpgTernyata tidak mudah untuk mendapatkan peta-peta Batavia (proto-Jakarta) awal abad XIX yang ada di belantara maya ini. Yang berhasil diketemukan hanya peta yang bertarikh akhir abad XIX ini, 1897. Peta disebelah kiri. Peta ini memperlihatkan Jakarta eh Batavia yang sudah jauuh berkembang. Tengoklah adanya jalur-jalur transportasi baik jalan raya maupun rel kereta api.

batavia-1920.gifBatavia menjadi kota yang multi fungsi, dan sebuah kota besar pada awal abad XX (1920). Coba tengok perkembangan kota ini. Pemukiman (warna merah) sudah menyebar ke segala arah. Pusat Chatteu Batavia (yang nantinya menjadi Jakarta) sudah tidak lagi terlihat. (Coba klik gambarnya untuk memperbesar).

Jaman Penjajahan Jepang (1942-1945).

batavia-1935.jpg

Jepang menjajah Indonesia hanya 3 tahun. Peta-peta pada tarih sekitar tahun ini juga susah dijumpai yang menurut catatan yang ada bertarih 1935. Pada jaman perang dunia ini tentunya peta sangat penting tetapi saya tidak menemukannya. Seingat saya sih dahulu ada peta keluaran US Army, yang sering menjadi peta dasar dalam pemetaan geologi suatu daerah.

Warna merah dalam peta menunjukkan lokasi perumahan dimana terlihat perkembangan pemukiman kearah selatan. Juga pelabuhan baru Tanjung Priok sudah berkembang menjadi pelabuhan yang jauh lebih besar dari Sunda Kelapa.

Walaupun tidak (belum) dijumpai peta pada periode pendek ini, amun periode ini menjadi sangat penting karena sejak tahun 1942 inilah Batavia diganti nama dengan JAKARTA. Yang kalau ditengok pada peta sebelum 1619 memang daerah ini sebelumnya disebut Jacrata !

Sisa-sisa Chatteu Batavia saat ini.

jaccatra.jpg

Dari peta jadul diatas dapat kita lihat perbandingannya, seperti apa Batavia dahulu itu dan Jakarta saat ini. Terlihat bahwa Jakarta yang ada sekarang memang sudah sumpek. Namun dengan pola yang terlihat pada peta-peta diatas, masih dapat diketemukan dimana lokasi-lokasi itu berada.

jadul-sekarang.jpg

😦 “whaduh itu mbandingin peta jaman kuda gigit besi dibanding jaman transformer ya, Pakdhe ?” 😛

Kalau tertarik melihat lebih detilnya silahkan tengok di WikiMapia (klick Sini)

Perkembangan setelah kemerdekaan silahkan ke tulisan berikutnya : Jakarta yang “makin” sumpek – 2. Tak se’sexy’ dulu ! )

😦 “Pakdhe, kalau dilihat dari peta diatas, terlihat bahwa garis pantai jakarta sudah berubah ya Pakdhe ?”
😀 “Betul sekali Thole, dalam tulisan berikutnya kita lihat bagaimana perkembangan dari garis pantai ini. Sabar ya thole 🙂 “

Sumber gambar: internet Tanya Omm Google, sampai lupa mencatat … karena sebel dengan penjajahan … howgh 😦

36 Tanggapan

  1. seneng banget akhirnya nemu artikel tentang peta batavia dan perkembangannya. mohon izin copy untuk menambah bahan ajar…

  2. mantaft pakde, jadi tau sejarah jakarta, sepertinya butuh perjalanan panjang untuk mengumpulkan peta2 sejarah jadoel kota jakarta.. salut buat pakde..

  3. Harga Tanah Jakarta 2010
    DAFTAR HARGA TANAH DI Jakarta 2010

    DAFTAR PERKIRAAN HARGA-HARGA TANAH DI JAKARTA PER.APRIL 2010

    ( harga disusun berdasarkan hasil pemantauan permintaan jual dan beli yang terjadi di pasar )

    CATATAN :

    Harga tanah sangat bervariasi oleh :

    – Surat Hak ( Hak Milik, HGB , HPL , Hak Sewa/pakai, dll )

    – Bentuk Kavling ( Kotak dan tidak huk biasanya lebih mahal )

    – Ukuran Ideal ( lebar dibanding panjang min. 1 : 2, max. 1 : 3 )

    – Posisi kavling ( di pojok belakang biasanya lebih murah drpd di depan atau tengah )

    – Lebar Jalan

    – Letak kavling terhadap jalan ( tusuk sate biasanya susah terjual dan harganya murah )

    – Hadap ( arah mata angin , tergantung kecocokan fengshui masing2 orang beda )

    – Tanah yang sudah dibangun dinilai plus 5 – 10%

    Jakarta Utara

    – Kelapa Gading

    Janur Elok Rp.5.000.000 – 6.500.000

    Janur Indah Rp. 6.000.000 – 8.000.000

    Janur Kuning Rp. 4.500.000 – 5.000.000

    Janur Hijau Rp. 4.000.000 – 4.500.000

    Kelapa Molek / Kelapa Hijau / Sumaagung Rp. 3.000.000 – 4.000.000

    Bukit Gading Villa Rp.15.000.000 – 20.000.000

    Bukit Gading Mediterania Rp. 10.000.000 – 12.000.000

    Villa Gading Indah Rp.5.500.000 – 7.500.000

    Villa Artha Gading Rp.11.000.000 – 15.000.000

    Gading Kirana Rp.7.500.000 – 9.000.000

    Kelapa Nias Rp. 4.000.000 – 5.000.000

    Janur Asri / Kelapa Hibrida Rp.3.500.000 – 4.000.000

    Kelapa Lilin / Gading Indah Rp.6.000.000 – 6.500.000

    Villa Permata Gading Rp. 6.000.000 – 7.000.000

    Grand Orchard / Royal Orchard Rp. 8.000.000 – 10.000.000

    – Pantai Indah Kapuk

    Gold Coast Rp 9.500.000 – 11.000.000

    Garden House Rp.7.500.000 – 8.500.000

    Bukit Golf Mediterania Rp.5..500.000 – 7.500.000

    Layar Rp. 4.500.000 – 5.000.000

    Mediterania PIK Rp.7.000.000 – 8.000.000

    Mayang Rp. 5.000.000 – 6.500.000

    Katamaran Rp.5.000.000 – 6.500.000

    Florence Rp. 6.000.000 – 7.000.000

    Taman Golf Rp. 6.500.000 – 8.000.000

    Grisenda Rp.4.500.000 – 5.500.000

    Camar Rp.4.500.000 – 5.000.000

    Elang Laut Rp. 4.200.000 – 5.000.000

    Manyar Rp.4.500.000 – 5.500.000

    Crown Golf Rp. 8.000.000 – 9.000.000

    -Pluit

    Pantai Mutiara Rp.4.500.000 – 7.000.000

    Pluit Karang Rp.3.800.000 – 4.500.000

    Pluit Murni Rp. 4.500.000 – 5.500.000

    Pluit Indah Rp.6.000.000 – 7.000.000

    Pluit Sakti Rp. 4.500.000 – 5.000.000

    Pluit Barat Rp.4.000.000 – 4.500.000

    Pluit Putri Rp.4.000.000 – 5.000.000

    Pluit Permai Rp.4.200.000 – 6.000.000

    Pluit Timur Rp. 4.000.000 – 4.500.000

    Pluit Raya Rp.5.500.000 – 7.500.000

    Pluit Samudra Rp.4.000.000 – 5.000.000

    Muara Karang Rp. 4.000.000 – 4.500.000

    – Ancol

    Pangandaran Rp.4.000.000 – 4.500.000

    Parangtritis Rp.4.000.000 – 5.000.000

    Karangbolong Rp.4.000.000 – 4.500.000

    The Green Rp.7.000.000 – 7.500.000

    The Forest Rp.7.500.000 – 8.000.000

    The Bukit Rp.7.000.000 – 7.500.000

    Pantai Kuta Rp. 4.500.000 – 5.000.000

    Pantai Sanur Rp.4.500.000 – 5.000.000

    Pasir Putih Rp.4.500.000 – 5.500.000

    Puri Jimbaran Rp.6.000.000 – 6.500.000

    – Sunter

    Agung Utara Rp.4.000.000 – 4.500.000

    Sunter STS Rp.3.500.000 – 4.000.000

    Paradise 1 Rp.4.000.000 – 4.200.000

    Paradise 2 Rp. 4.000.000 – 5.000.000

    Paradise 3 Rp.5.000.000 – 7.000.000

    Sunter garden Rp.5.000.000 – 6.000.000

    Sunter Metro Rp.5.000.000 – 6.500.000

    Agung Perkasa Rp.4.000.000 – 5.000.000

    Danau Agung Rp.5.000.000 – 5.700.000

    Agung Tengah / Agung Indah Rp.4.000.000 – 5.500.000

    Danau Indah Rp.4.500.000 – 5.500.000

    Sunter Indah / Danau Asri Rp.4.000.000 – 4.500.000

    Sunter Hijau Rp.3.500.000 – 4.500.000

    Sunter Jaya Rp.3.500.000 – 4.000.000

    Sunter Bisma Rp.4.000.000 – 5.500.000

    Jakarta Pusat

    – Griya Inti Sentosa Rp.6.000.000 – 8.000.000

    – Angkasa Rp.4.000.000 – 5.000.000

    – Kepu Dalam Rp.3.000.000 – 3.500.000

    – Tamansari Rp.4.000.000 – 5.000.000

    – Gajah Mada Rp.5.000.000 – 8.000.000

    – Pademangan Rp. 3.000.000 – 4.000.000

    – Gunung Sahari Rp.5.000.000 – 8.000.000

    – Tanah Abang Rp. 7.000.000 – 15.000.000

    – Fakhrudin Rp.12.000.000 – 25.000.000

    – Kebon Kacang Rp.5.000.000 – 7.000.000

    – Cideng Rp.4.500.000 – 6.000.000

    – Menteng Rp.7.000.000 – 15.000.000

    – Teuku Umar Rp 10.000.000 – 12.000.000

    – HOS Cokroaminoto Rp. 8.000.000 – 12.000.000

    – Imam Bonjol Rp.12.000.000 – 14.000.000

    – Teuku Umar Rp.9.000.000 – 14.000.000

    – Jalan Suwiryo Rp. 7.000.000 – 9.000.000

    – Jalan Jambu Rp. 6.000.000 – 7.000.000

    – Jalan Syamsurizal Rp. 7.000.000 – 10.000.000

    – Jalan Jeruk Rp.6.000.000 – 7.000.000

    – Jalan Surabaya Rp.7.500.000 – 10.000.000

    – Jalan Diponegoro Rp.12.000.000 – 15.000.000

    – Cikini Raya Rp.7.000.000 – 10.000.000

    – Jalan Gereja Theresia Rp. 10.000.000 – 12.000.000

    – Jalan MH.Thamrin Rp.13.000.000 – 18.000.000

    – Jalan Jendral Sudirman Rp. 15.000.000 – 25.000.000

    – Jatinegara Rp.3.000.000 – 6.000.000

    Jakarta Barat

    – Puri Indah Rp.6.000.000 – 8.500.000

    – Kebon Jeruk Rp.4.000.000 – 5.000.000

    – Meruya Rp.3.000.000 – 4.500.000

    – Puri Kencana Rp.5.500.000 – 6.500.000

    – Sunrise Garden Rp.4.000.000 – 5.000.000

    – Green Garden Rp.4.000.000 – 5.000.000

    – Puri Botanical Rp.4.500.000 – 5.500.000

    – Tomang Rp.3.500.000 – 6.000.000

    – Citra Garden Rp.2.500.000 – 3.500.000

    – Taman Palem Rp.3.000.000 – 4.500.000

    – Daan Mogot Rp. 3.000.000 – 4.500.000

    – Cengkareng Timur Rp. 2.000.000 – 3.500.000

    – Tubagus Angke Rp.4.000.000 – 6.500.000

    – Casa Jardine Rp.4.500.000 – 6.500.000

    – Green Mansion Rp. 5.000.000 – 6.000.000

    – Jalan Panjang Rp. 4.000.000 – 7.000.000

    – Kemanggisan Rp.4.000.000 – 5.500.000

    – Permata Buana Rp. 5.000.000 – 6.500.000

    – Teluk Gong Rp.3.000.000 – 4.000.000

    – Green Ville Rp. 3.500.000 – 4.000.000

    – Taman Surya Rp.3.000.000 – 3.500.000

    – Jelambar Rp.2.500.000 – 3.000.000

    Jakarta Selatan

    – Pondok Indah

    Padang Golf Rp.12.000.000 – 16.000.000

    Metro Pondok Indah Rp.8.000.000 – 12.000.000

    Metro Kencana Rp.10.000.000 – 12.000.000

    Gedung Hijau Rp.7.000.000 – 10.000.000

    Sekolah Duta Rp. 8.000.000 – 11.000.000

    Kartika Utama Rp. 9.000.000 – 12.000.000

    Alam Segar Rp.12.000.000 – 13.000.000

    Arteri Pondok Indah Rp.8.500.000 – 12.000.000

    – Kemang

    Jalan Bangka Rp.3.000.000 – 5.000.000

    Kamang Raya Rp.3.000.000 – 4.000.000

    Kemang Utara Rp. 4.000.000 – 5.000.000

    – Pejaten Barat Rp. 2.500.000 – 3.000.000

    – Pejaten raya Rp. 2.500.000 – 3.500.000

    – Kalibata Rp.2.500.000 – 3.500.000

    – Kebayoran baru Rp. 7.000.000 – 8.000.000

    – Kebayoran lama Rp. 6.000.000 – 10.000.000

    – Kuningan Rp.10.000.000 – 15.000.000

    – Tebet Rp.4.000.000 – 5.000.000

    – Pancoran Rp.4.000.000 – 5.000.000

    Jakarta Timur

    – Kayu Putih Rp.3.000.000 – 4.000.000

    – Rawamangun Rp.4.500.000 – 5.000.000

    – Pulo Mas Rp.3.500.000 – 5.500.000

    – Pahlawan Revolusi Rp.4.000.000 – 6.000.000

    – Duren Sawit Rp.3.000.000 – 4.500.000

    – Jalan Pemuda Rp.4.000.000 – 5.000.000

    – Jalan Pramuka Rp.5000.000 – 7.500.000

    – Cipinang Rp.2.700.000 – 3.500.000

    – Matraman Raya Rp.4.000.000 – 6.000.000

    – Klender Rp.3.000.000 – 4.000.000

    – Utan Kayu Rp. 4.000.000 – 4.500.000

    Lain -lain

    – Alam Sutera Rp. 2.500.000 – 3.000.000

    – BSD Rp. 2.000.000 – 4.000.000

    – Sumarecon Serpong Rp.3.000.000 – 3.500.000

    – Cibubur Rp. 1.500.000 – 2.500.000

    – Sentul City Rp. 1.200.000 – 2.500.000

    – Villa Kota Bunga Puncak Rp. 1.500.000 – 2.500.000

    – Villa Green Apple Rp. 1.200.000 – 2.200.000

    – Villa Puncak resort Rp.1.000.000 – 1.200.000

    – Raya Cipanas Rp. 2.000.000 – 2.500.000

    – Depok Rp.1.500.000 – 2.500.000

    – Lippo Karawaci ( non Golf ) Rp. 2.000.000 – 2.500.000

    – Lippo Karawaci ( golf ) Rp. 3.000.000 – 3.500.000

  4. wohohoho.
    lebi berdaulat kalo kita tetep seperti inih.. gak tergantung org laen…

    Pa’ Dhe. makasi udah bikin sesuatu yg keren ginih…
    I lof u Full..

  5. Pak Dhe..
    sori komennya mungkin agak telat nih..

    Tulisan Pak Dhe kali ini banyak tercium unsur subjektif, terutama dari doktrin sekolah mulai dari SD-SMA dan mungkin juga kuliah:
    “Belanda datang HANYA untuk ‘memperkosa’ kekayaan alam Indonesia”.

    Salah satu contohnya adalah komentar Pak Dhe tentang desain pertahanan kota dengan parit yg menandakan awal era penjajahan. Menurut saya itu memang desain yang wajar pada masa itu, untuk pertahanan karena banyaknya musuh Belanda dari eropa sendiri seperti Ingris.

    Saya setuju bahwa dikala itu Belanda MENJAJAH Indonesia, dan menindas orang2 Indonesia sebagai bangsa budak. Jaman itu memang masih jaman perbudakan.
    Tapi saya mencoba berpikir beda dengan doktrin sejarah sekolah dulu.
    Pada masa kemerdekaan, Belanda mencoba mendukung dengan menawarkan bantuan berupa skill pemerintahan dan menyarankan sistem negara-negara bagian (states, seperti di USA) untuk mengatasi daerah yang begitu luas dan suku-bangsa yang bagitu beragam.
    ‘Niat Baik’ (setidaknya menurut saya) ini langsung ditolak mentah2 dan Belanda malah dituduh mencoba mempertahankan Indonesia dan menjadikan negara boneka.
    Ego mengalahkan logika, sangat wajar setelah merasa tertindas sekian lamanya.
    Beberapa tahun yang lalu Indonesia akhirnya mengadopsi sistem negara bagian itu dengan menamainya “otonomi daerah”. Terlambat beberapa puluh tahun.
    Malaysia yang merdeka belasan tahun setelah Indonesia, dengan meneruskan sistem federasi buah tangan Ingris, kini sudah lebih maju (terlepas dari Kebijakan Ekonomi Baru yang kontroversial dengan issue2 rasisme).

    Pikiran ‘nyeleneh’ saya: Kalau hari ini Indonesia masih bagian dari negara Belanda, kira2 Indonesia akan semaju apa yah?

    salam..

  6. […] dan disini  https://rovicky.wordpress.com/2008/02/17/jakarta-yang-makin-sumpek-1/. Salah satu pengentasan Jakarta dari kerugian banjir adalah membangun rumah keatas. Membangun […]

  7. SAHABAT MUSEUM dengan hati seneng presenteren: PLESIRAN TEMPO DOELOE KOTA TUA JAKARTA

    Tatkala di sekolah, kita belajar mengenai nama kota Jakarta di djaman doeloenja. Ada Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia, Djakarta. Nah, pada tahu gak dimana letak persisnya tempat-tempat itu sekarang? Kalo kagak tahu, mendingan ngikut ama kitaorang ke daerah sono, yang nantinya juga akan ditemenin:

    Pak Liliek Suratminto yang jago bacain bahasa belande jadul,
    Pak Alwi Shahab yang doyan nulis riwayatnya kota Jakarta jadul,
    Pak Andy Alexander yang doyan kutak-kutik peta jadul dan skr,
    Pak Scott Merrillees yang penulis buku (sekaligus pengoleksi
    foto jadul) bertajuk: Batavia in Nineteenth Century Photographs.

    Toenggoe apalagi? lekas tjontreng tanggal maennja di bawah ini, djangan bikin atjara kemana-mana, apalagi ke Bandoeng! (lho kok malahan Bandung yang disalahin yah? hihihi, peace man, peace!)

    Minggu, 25 Januari jam 07.00 pagi yah
    Rp.50.000/orang (lima puluh ribu)

    kalo pada mau ngedaftar, hub: adep@cbn.net. id
    yuk mari, mari…
    detailnya mingdep yah (minggu depan maksudnye).

  8. Salam Jakarta :
    Untuk Gebrakam Bang Poke belum kelihatan,dan belum ada yang dinikmati oleh Masyarakat kite gimane ni bos.
    trima kasih .

  9. Saya dulu maunya tinggal di Australia. Gara- gara si Mang Ebet mungkin. Ko urang Bandung tinggal di dekat kandang kanguru. Orang NTT itu kalau dengar radio pasti radio Asutralia. Maklum dulu hanya RRI yang kresak kresek saja dengan press release pejabat. Tapi nyasar tinggal di Jakarta. Sekali ke Jakarta tersesat dan tida inga bale ke keo nage.
    Yang paling saya sebal di jakrta adalah para pejabat dan aparatnya. Segalanya di jadikan kesempatan untuk kepentingannya. Lihat saja mengapa ada PKL berkeliaran. Sengaja dibiarkan dulu. Baru tertib. Judi dibiarkan dulu baru tertib. Pembangunan rumah di kolong jembatan dibiarkan saja supaya ada kerja penertiban. PKL melakukan kegiatan menyita ruas jalan bahkan di tengah jalan, dibiarkan saja. Penertiban akan menyusul. Dahulu sepeda motor ada aturan sekarang biarkan saja hingga tak kuat menertibkannya. Guru kencing berdiri murid kencing di celana. Aparat melaju motor melawan arah mencontohi warganya. Amburadul ni Jakarta. Bale yo kita bale nagi atau kita bale ke keo nage.

  10. setelah sekitar 30 tahun tinggal di jakarta, emang bener jakarta dah gak nyaman buat di tinggalin, mending pindah ke luar daerah 🙂 klo bisa ibukota pindah ke wilayah Indonesia bagian tengah atau timur, biar pembangunan merata, gak cuma di wilayah barat aja.

  11. OoOOO…Jkt itu ky gt…aduh, susah ye…jd ga ya kjkt? pengen krj dsana, cari dwit yg super banyak,coz didaerah sepi boZ..gimana neh???

  12. Jangan tiru Malaysia.Dia bisa pindahkan batas tanah. Jangan jangan nanti ada bangunan melintasi batas untuk kurangi kepadatan kota.
    Singapore juga bikin tambah daratan sampai menyeberang laut. Sebentar lagi batasnya bergerak menjorok ke laut Indonesia. Aduh bangsaku. Masih pikirin kota yang terbatas kapasitasnya.
    Jangan Bandung jadi ibukota. Kelak tidak beda dengan bantar gebang. Sampahnya adu hai.
    Indonesia Luas dan tanah masih banyak kosong. Bangunkan saja gedung di kota lain untuk perkantoran. Sekali kali gusur PNS dan markasnya ketimbang menggebuk PKL dan gerobaknya.

  13. kan bisa niru malaysia, ibukotanya dipindah ke putrjaya,dulu katanya ibukota negara tuh di bandung n jakarta cuma sebagai pusat niaga saja?tul gak
    Mohon koreksinya

  14. Ko susah amat pindahkan saja kantor-kantor pemerintah ke kota lain maka jakarta akan lengang.
    Perkampungan tentara juga pindah, disini cukup tukang jaga dan bukan tukang jagal. Maka jadilah kota Jakarta kota yang nyaman.

  15. waaah peta jadulnya menarik juga.
    konon ceritanya, orang Belanda pada zaman kolonial membangun Batavia (sakarang:jakarta) sebagai pintu gerbang masuk ke nusantara terutama tanah jawa, dan untuk tempat tinggal (pusat peradaban kota) mereka memilih di Bogor (mereka sebut sebagai buitenzog) dan Bandung.

  16. dapet petanya di Leiden ya pakdhe? sama Om Roy kah ke Leidennya? 😀

    dongengnya mantaff surantaff, dongeng kota Padang ada nggak nih pakdhe..? 🙂

  17. mantaffff….dongeng yang menarik, terutama gambarnya…nanti saya juga tanya om google deh..!!!

  18. wah boleh dong kita simpan datanya nih

  19. Wah kenapa sebel sama penjajahan? Sudah jadi suratan sejarah, tinggal gimana kita memperbaiki Jakarta ke depan. Lha wong utk 1 juta kok didesak-desak sama (berapa sih skrg?). Penduduk belanda 16 juta aja udah dibilang penuh sesak, padahal jalan2 kosong. 🙂

    Makasih peta google vs jadulnya mantap sekali. Chateau de Batavia, keren ya. Gak kalah ama chateau2 di perancis.

  20. jakarte….identik orang betawi tapi skarang isinye orang sebrag smuenyeeeee, presidennye orang jawa??????pade kmane ncang…ncingnyeeeee kelelepppppp

  21. meski demikian, masih banyak orang yang pengin ke Jakarta lho. tapi kalau mbaca artikel sampeyan pasti deh akan berpikir dua kali. he he he

    Jawab “Ya moga-moga saja menyadarkan banyak orang supaya berpikir dua tiga kali lagi untuk ke Jaccrata !”

  22. teng atas infonya…
    salam kenal…

  23. ok bwangetz dech postingannya

  24. syapa suruh datang jakarta … syapa suruh datang jakarta

    *lagu itu masih terngiang2

  25. Katanya tahun 2050 jakarta akan tenggelam, Pak? benar kah?

  26. Bagus tuh dongengnya…mantap…
    klo kayak gt mendingan tinggal di wilayah timur aja penduduknya belom sepadat Jkt, potensi SDA nya juga gak kalah ma daerah lain 🙂

  27. wah … saya baru tau tuch sejarahnya , makasih informasinya pak , jadi tambah ilmu nich

  28. gmana klo dibuat “JAKARTA II” trus di taruh di surabaya ,keren tu…..:-)

  29. sumber ilmu nih, kayaknya sudah patut jakarta dipindahkan…

  30. Salam kenal Pak…

    Pak, bagaimana dengan komposisi RTH dan ruang yang terbangun dalam kondisi aktual? apakah RTH Jakarta masih seperti lima tahun lalu yang masih memiliki 14% RTH? atau sudah tergusur semua?

    Jawab :

    “Tunggu bentar artkel kedua sedang di goreng 😛 “

  31. Ulas juga Bandung dong Pak… 🙂
    Ane sekalipun lahir dan besar di Jakarta, tapi ane kadung jatuh cinta sama kota Bandung… Tapi, kalo Bandung jadi sesumpek Jakarta, ane kayak-na putusin buat pindahan ke Lombok atau NTT 😀

  32. huuh.. saya yg baru tinggal di jakarta selama 3 tahun, udah merasa sumpek banget.. jadi kangen kampung^^

    btw, dongengnya bagus pakdhe..

  33. ke jakarta aku kan kembali ….
    walaupun apa yang kan terjadi.

    apakah lagu koesplus tersebut masih relevan dengan keadaan jakarta sekarang?????

  34. peta cikarang nggak ada ya?

    he..he..he… aku dulu tinggal di jakarta, tapi sekarang milih ke cikarang saja, airnya seger untuk mandi, udaranya juga lebih seger dibanding cikeas bogor

    eh, komentar ini kayaknya nggak ada hubungannya dengan artikelnya ya?

    salam

    Jawab :

    Cikarang sudah menjadi kota penyangga Jakarta, kalau tidak boleh disebut pelebaran Jakarta. Suatu saat nanti kalau pembangunan tidak bergerak “meloncat”, maka kedua kota pasti akan nyambung 😀

  35. wong-wong mbiyen itu bikin petanya gimana ya dhe…apa cuma pake kompas sama penggariss

  36. salut deh…. peta-petanya mantabb.

Tinggalkan komentar