Release sementara dari Geotek-LIPI tentang gempa Aceh 11 April 2012


https://rovicky.files.wordpress.com/2010/07/rovicky_gempa.jpg?w=154&h=157Dibawah ini satu release dari Geotek-LIPI yang berkantor di Bandung. Ini untuk mengisi pemikiran bagi yang ingin lebih mendalami kegempaan di daerah ini. Bahasanya lebih tehnis, tapi lebih mudah bagi yang memang ingin mendalaminya.

😦 “Waduh Pakdhe. Ini pakai bahasa dewa ya ?”
😀 “Ya ini untuk keperluan mereka yang lebih ingin mendalami secara tehnis. Tidak ditambah kurang isinya apa adanya” 

Gempa Aceh 11 April 2012 M=8.6: menuju pemahaman lebih komprehensif tentang sumber gempa besar di Sumatra.

Release sementara: Puslit Geoteknologi LIPI 18 April 2012 12:00 WIB akan terus diupdate sesuai dengan perkembangan penelitian (oleh Dr. Nugroho D. Hananto dan Dr. Ir. Haryadi Permana)

Kawasan Sumatera bagian utara kembali diguncang gempa pada tanggal 11 April 2012 jam 15:38 dengan kekuatan M=8.6 menurut United States Geological Survey (USGS) dengan lokasi episenter terletak pada 2.311° LU dan 93.063° BT (Gambar 1). Gempa ini diikuti oleh beberapa gempa susulan dengan kekuatan yang lebih kecil dari gempa utama tersebut (Gambar 1), gempa susulan berdasarkan data dari jaringan GFZ dan BMKG).Adalah hal yang menarik karena pada tanggal 10 Januari 2012 yang baru lalu, daerah ini juga telah diguncang oleh gempa dengan kekuatan M=7.2 (Gambar 1). Lokasi gempa ini bertepatan dengan adanya patahan kerak samudera (fracture zone) (F6 pada Gambar 1). Patahan kerak samudera ini telah dapat dicitrakan menggunakan metoda seismik laut dalam atas kerjasama antara LIPI, BPPT, Institut de Physique du Globe de Paris dan didukung oleh WesternGeco, sebuah perusahaan seismik terkemuka. Patahan kerak samudera yang dicitrakan menunjukkan adanya patahan berciri patahan geser dengan sedikit komponen patahan turun. Gempa besar di patahan kerak samudera ini unik karena gempa besar dengan M>8 terjadi pada daerah konvergensi lempeng atau pada zona penunjaman.

Hal ini sangatlah berbeda dengan proses terjadinya gempa Sumatra pada 26 Desember 2004 M=9.2, gempa Nias 25 Maret 2005 M=8.5 dan gempa Pagai, 25 Oktober 2010 M=7.8. Ketiga gempa ini menghasilkan tsunami yang sangat kuat (kecuali gempa Nias yang hanya menghasilkan tsunami lokal). Gempa-gempa ini biasanya disebut dengan gempa megathrust dengan lokasi berada pada zona tumbukan antara dua lempeng yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Melihat hasil relokasi gempa terkini dari GFZ, dapat disimpulkan bahwa gempagempa ini terjadi di selubung samudera (oceanic mantle).

Dengan demikian, setidaknya hingga saat ini kita dapat mengamati bahwa sumber gempa di Sumatera dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  1. Sesar Besar Sumatera (contohnya gempa Liwa tahun 1994)
  2. Zona penunjaman lempeng / megathrust / zona subduksi (contohnya gempa Aceh 2004, Nias 2005, Pagai 2010)
  3. Patahan kerak samudera (contohnya gempa Aceh 11 April 2012)

Lingkungan tektonik dari ketiga sumber tersebut adalah berbeda-beda secara alamiah dan memiliki tatanan sifatsifat batuan/reologi yang berbeda-beda pula. Dengan demikian pembagian zonasi atau segmentasinya juga berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu kecermatan dan kehatian-hatian dalam menghubungkan gempa 11 April 2012 dengan aktivitas kegempaan di zona subduksi sepanjang pulau Sumatera dan Jawa. Dengan kata lain, kita tidak bisa dengan serta merta mengasumsikan bahwa gempa ini akan memicu percepatan aktivitas kegempaan atau meningkatkan zona kuncian pada zona penunjaman atau pada zona patahan lain di Sumatra dan Jawa.

Gambar 1. Batimetri dan tatanan geodinamika daerah Sumatera bagian utara. Peta diadaptasi dari Singh et al., 2010 sedangkan data gempa dari GFZ dan BMKG. Lingkaran kuning adalah lokasi gempa 10 Januari 2012 M=7.2 (sumber : USGS). Garis biru tua menandakan patahan kerak samudera. Anomali magnetik kerak samudera pada zona bukaan dinyatakan dengan titik abu-abu dengan tulisan angka. Konversi anomali magnetik kedalam umur adalah sebagai berikut : 32 = 72 Ma, 31 = 68 Ma,30 = 67 Ma, 29 = 65 Ma, 28 = 63 Ma, 27 = 61 Ma, 26 = 58 Ma, 25 = 56 Ma, 24 = 53 Ma, 23 = 52 Ma, 22 = 49 Ma, 21 = 47 Ma, 20 = 43 Ma, 19 =41 Ma.

😦 “Wah mumeth Pakdhe. Tapi kok sdikit beda dengan dongengan Pakdhe ?”
😀 “Kalau semakin lama, semakin ada waktu buat mikir. Ya harus lebih detil dan mendekati kebenaran, Thole. Makanya jangan buru-buru tanya kalau abis kejadian”
😦 “Wah udah basi kalau kelamaan Pakdhe” 🙂

8 Tanggapan

  1. Kalo liat ulasannya Pa’ dhe bilang gempana terjadi di daerah penujaman apa gak bermasalah dengan seismik gap g katanya banak didaerah subduksi (utamanya disekitaran sumatera dan jawa)?, mohon penjelasan dikit Pa’ dhe!!,n trima kasih.

  2. kemungkinan patahan-patahan di sumatera semakin aktif ya pak

  3. terima kasih infonya kawan…
    Di tunggu kunjungan baliknya yah..

  4. sumbernya sangat dekat sekali karena itu mungkin juga menjadikan penyebab gempanya sangat dahsyat
    mungkin suatu hari nanti akan terjadi lagi, bukan hal yang mustahil. Dan semoga Allah SWT melindungi saudara2 kita ketika saat itu tiba
    Nice share Pak..

  5. Bagaimana dengan sesar Mentawai Pak De???

  6. Pakdhe, mungkin beberapa link ini bisa semakin mencerahkan pakdhe. Saya dari kemaren-kemaren mencoba “ngawasi” dan utak-atik gathuk hubungannya dengan Medial Tectonic Zone (MTZ) dan Sumatra Fault System (SFS).
    http://www.geol.ucsb.edu/faculty/ji/big_earthquakes/2012/04/10/sumatra.html
    http://iisee.kenken.go.jp/staff/fujii/Sumatra2012/tsunami.html
    http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eqinthenews/2012/usc000905e/finite_fault.php

  7. Sesar ini bergerak ke utara?
    Menambah tekanan di sumatra atau melengkung setelah gempa?
    Sesar2 disebelahnya apa gak ikut2 goyang setelah gempa kemarin?
    Matur nuwun

  8. belum dihubungkan dengan mekanisme tsunami ya pakdhe..?

    apakah hanya gempa subduction yang bisa menyebabkan gempa besar?

    sementara gempa strikeslip tidak menimbulkan tsunami?

    mitigasi bencana di tanggal 11 kemarin sepertinya sangat buruk..media seolah tidak satu suara

Tinggalkan komentar