Energi masa depan – Nuklir atau Batubara 


Kalau Nuklir bukan untuk negara berkembang … kira-kira sumber energi apa yang paling cocok untuk negara berkembang ? Apakah hanya batubara lengkap abu emisi dan asap hitamnya kah, atau memang selamanya negara berkembang tidak bisa (boleh) menjadi negara maju karena nasibnya ?

 

Kita tidak bisa hidup dengan batubara,
tetapi tanpa batubara kita mati !

(Coal Paradox)

Nuklir mungkin menyelamatkan dunia,
tetapi sama bahayanya kalau memanfaatkannya !

(Nuclear Paradox)

 

coal1.jpgKalau diproyeksikan kebutuhan listrik dunia maka dapat diperkirakan bahwa kebutuhan listrik 25 tahun mendatang meningkat seperempat dari yang ada saat ini. Kebutuhan ini dapat terlihat dari grafik disebelah ini terlihat dimana nantinya diperkirakan sumber energi nuklir tidak akan bertambah banyak. Sumber energi lainnya akan bervariasi mengisi sumber energi ini. Variasi pengisi sumber energi listrik dimasa depan termasuk mnyak bumi dan nuklir yang tidak berubah. Gas serta batubara diperkirakan akan mengisi kekurangan yang cukup besar ini. Energi terbarukan masih diimpikan untuk ikut berkiprah dalam memenuhi kebutuhan sumber energi. Sumber terbarukan ini saat ini masih selalu terbentur teknologi yang artinya biaya yang cukup tinggi dalam pengadaannya.

Gas alam dan batubara nantinya akan saling berebut mengisi kekosongan sumber energi ini hingga 25 tahun mendatang.

Hampir semua perusahaan minyak saat ini banyak yang beralih ingin mengembangkan cadangan-cadangan gas yang saat ini teknologi eksplorasi-eksploitasinya masih mirip dan bersamaan dengan eksplorasi minyakbumi. Sumber energi gas alam inipun dianggap memiliki risiko lingkungan yang jauuh lebih rendah dibanding batubara saingan beratnya

Emisi gas rumah kaca, lingkungan hidup

Dari kedua jenis energi yang saat ini ditakutkan efek rumahkacanya. Memang gas alam akan banyak kesempatan untuk dipakai namun jumlah cadangan gas alam tidak lebih bagus dari batubara yang cadangan terbuktinya saat ini sudah mampu memenuhi kebutuhan selama 200 tahun. Ya, batubara sempat ditinggalkan karena pasarannya kemarin sempat “diserobot” oleh minyak bumi yang menggantikannya sementara. Minyak bumi mungkin memang masih akan tetap penting hingga 15-20 tahun. Namun sepertinya sudah dipastikan tidak bakalan mampu memenuhi kebutuhan energi dunia.

Nuklir memiliki dampak emisi rumah kaca paling kecil diantara sumber-sumber energi lainnya. Namun ketakutan atau bahkan phobia pada kecelakaan serta limbah energi nuklir masih sangat menghantui. Energi ini memang masih dianggap membahayakan bahkan sangat membahayakan. Selain itu ongkos modal dalam pembiayaan pembangunannya sangat besar yang sangat sulit dilakukan oleh negara-negara berkembang. Dan pastinya termasuk Indonesia 😦 .

– 😦 “Jadi mau pilih mana nih Dhe ?”
+ 🙂 “Gimana mau milih, mencoba nuklir aja banyak yang kagak brani, Pakai Geothermal di Bali malah diprotes”

Pemanfaatan, Cadangan dan kebutuhan batubara nantinya

Grafik dibawah ini memerlihatkan peta “pertempuran” siapa yang bakalan menikmati terangnya listrik dengan batubara. Dan yang lebih tidak bisa dipastikan, siapa yang akan menanggung akibat debu, serta emisi gas rumah kaca yang dihasilkannya.

batubara_dunia.png

Amerika sebenernya menyimpan cadangan batubara terbesar didunia. Sumber energi ini saat ini bukan menjadi andalannya. Amerika masih memanfaatkan minyakbumi, bahkan 25% produksi minyak dunia diteguk habis oleh Amerika. Apakah batubara ini sengaja dicadangkan Amerika ? Humm .. silahkan berspekulasi. China sedang mempersiapkan diri dengan menggunakan batubaranya untuk menjadi energi andalam masa depan. tentunya china bukan negara yang baru dalam memanfaatkan batubara ini. Hingga saat inipun China sudah merupakan negara yang memanfaatkan energi batubara ini terbesar didunia. China menggunakan batubara sebagai sumber energi listriknya, yang juga sebagian dimanfaatkan untuk kebutuhan transportasi.

Sementara ini Indonesia masih hanya ditakut-takuti dan menjadi bulan-bulanan antar ahli yang pro-kontra terhadap pemanfaatan sumber energi non migas. Di Indonesia ada sebagian ahli nuklir yang sudah dipersiapkan, saatinipun sudah ada pusat studi batubara, sedangkan sebagian lainnya belajar geothermal (eh ada ngga sih ?). Kebijakan masih menggunakan KEN (kebijakan Energi Nasional yang pernah sedikit diulas disini dan juga ditulis disini. Yang akhirnya saya khawatir tidak ada energi nonmigas yang berkembang dan malah menanggung emisi gas rumahkaca dunia.

– 😦 : ” Looh Pakdhe, kita nanti di Indonesia mau pakai apa, Dhe ?”
+ 🙂 : “Yo mboh le. Lah wong kita juga masih mikirin yang byarpet aja susah kok mau nambah pasokan”

– 😦 : ” Pakdhe juwalan geothermalnya ndak laku ya ?
+ 😀 : “Hust !”

106 Tanggapan

  1. gimana pentingnya nuklir untuk ketahanan energi ke depan? juga untuk ketahanan pangan. saya rasa segera dilakukan share itu terus menerus, sehingga pakar-pakar dan ahli kita yang dari BPPT, BATAN, dsb bisa berkontribusi ke beberapa stake holder di daerah. kalau seandainya masih ragu, bisa saja PLTN dibangun di tengah laut, di timor-timur atau kerjasama dengan malaysia dan asean untuk kejayaan indonesia ke depan.

  2. jngan pikir sumber enrgi. . . .
    benahi diri masing2 apkah anda lbih baik dri orng lain.. percuma mmiliki angan2 untuk msa depan / memiliki teknologi yang tinggi. . .
    tetapi tidak membenahi diri.
    yang jelas di garis bawahi pemimpin harus baik dalam bersikap. ( benahi diri para setiap pemimpin )

  3. memang ngri kta kaya akan SDAnya,tp sstm pnddkan dkmpus2 nytnya jauh skli dngn tknlogi sat ni.untk tknologi sja skrang sngt dbtasi dngn prturan2 yg mnguntungkan stek holder.gmn mhsswa bs brkmbang???apalagi klo gnung brapi smpe dmnfatkan,untk geothermal dlm survey 1 ti2k sja bsa mmbnuh ratusan pohon.pdhal bs trdpat ratusan ti2k,brpa bnyk orang yg akan drugikan dg hal tsb??hsusnya untk air dan udara,sbgai cnth dlereng sltan dan brat gn.Slamet.Salam LESTARI…..trus berjuang bt GRAMATEPA STT WIWOROTOMO PWT.

  4. gimana klo mamfaatin gunung berapi sebagai energi alternatif…
    (gunung berapi=geothermal)

  5. Bagi saya PLTN di Indonesia belum saatnya. apalagi ada ancang2 PLTN pertama tahun 2017… sanggupkah? non sense. saya lulusan teknik nuklir ugm. Muridnya Mr.Kusnanto (ahli material UGM) saya paham tentang seluk beluk nuklir. bahkan saya sempat aktif di PPNY bukan Penak-Penak Ning Yogya tapi Pusat Penelitian Nuklir Yogyakarta. yang sekarang berubah namanya jadi PTAPB BATAN (Pusat Teknologi Akselerasi dan Pengolahan Bahan). Reaktor kartini sekarang dicabut ijin operasinya karena sudah aging. kondisinya sangat memprihatinkan. silahkan tengok dan kunjungi sendiri. Reaktor di bandung sedang dikaji dan hanya PRSG Serpong yang masih aktif. Mereka para peneliti BATAN sebenarnya jagoan2 dan pinter2 di dunia nuklir hanya sistem pembodohan yang dilakukan pemerintah saja sehingga mereka banyak yang tidak produktif. tanya saja apa output mereka untuk rakyat padahal mereka makan uang rakyat. mungkin yang terbaru padi bestari tapi itupun perlu diuji lagi. penelitian di batan tidak terarah hangat-hangat tahi ayam dan belum ada yang bisa menghasilkan material zirkonium (kelongsong yellow cake) padahal itu sangat vital dan kalau gak bisa ya terpaksa kita import barang luar jadi semua bahan dan instrumentasi nuklir di import padahal bakulan dan dunia gelap nuklir di dunia sangat banyak, jangan2 indonesia importnya barang bekas seperti beli kereta dari jepang ternyata disana sudah rongsokan. Apakah kita bisa yakin kalau barang nuklir yang di import tersebut baru? atau dibarukan?? akankah indonesia dijadikan percobaan para bakulan dan makelar nuklir asing. Yang SIL3 saja kita kerepotan apalagi SIL4 (SIL3 standar untuk oil and gas sedang SIL4 standar Nuklir) ditambah budaya indonesia yang suka KKN, tidak disiplin dll. wong BLT saja bocor. so yakinkah anda Indonesia mampu tahun 2017 dengan PLTN? mimpi boleh tapi yang realistis.

  6. Saya Danan, 29 Th,
    saya seorang pengusaha muda (UKM)
    Jauh sebelum orang meributkan efisiensi energi dan energi alternatif, kami sudah melakukan penelitian selama 6 Tahun terakhir tentang tungku sekam, dan baru kami jual secara masal setelah saya memutuskan untuk usaha sendiri 2 tahun yang lalu.

    modal awal kami 1,5 jt waktu itu, Alhamdulillah setelah mulai lancar kami berhasil menjual 23 unit tersebar dari Banyuwangi hingga Tegal.

    hari ini saya membaca berita dari liputan enam (14 oktober 2008) tentang kayu sebagai bahan bakar alternatif ungulan, saya antara antara mendukung dan menolak pendapat ini. Mendukung karena mungkin menciptakan lapangan kerja baru, menolak karena sebetulnya ada yang lain selain kayu yang juga ungulan yang mungkin tidk merusak ekosistem alam akibat penebangan kayu yang berlebihan. bahan bakar dari produk yang kami buat adalah dari sekam, serbuk kayu, tempurung kelapa, ampas tebu, serabut kelapa, jerami kering bahkan daun kering. coba dibandingkan, lebih baik mana dibandingkan dengan kayu.

    saya pikir didepan mata kita sudah tersedia sumber energi terbaharui dengan sangat murah, cuman mungkin orang indonesia saja yang kurang mau tahu. di desa tempat saya tinggal para penduduk mulai kami pengaruhi sedikit demi sedikit untuk meninggalkan elpiji dan beralih ke tungku sekam rumah tangga buatan kami. pertimbangannya simple, karena faktor kebisaan dan perasaan kalo elpiji naik lagi gimana, sedangkan sekam, jerami dam serbuk kayu melimpah didesa kami. kalo dikota mungkin teknologi ini belum bisa diterima. Yang dikawatirkan selama ini kalo timbul polusi asap dari pembakaran, kami sudah bisa atasi, artinya bebas polusi asap.

    cuma, kami hanya sebuah UKM dengan masalah klise.
    Mohon Kami diberikan Informasi tentang program
    yang berkaitan dengan Tungku sekam yang kami produksi

    Bagaimana caranya untuk menjalin kerjasama agar produk kami dapat dinikmati lebih luas oleh semua masyarakat

    untuk informasi keseriuasan kami bisa diperoleh dari
    http://www.santosorising.com

    Kami bersedia memberikan informasi tambahan yang mungkin diperlukan

    Terimakasih

    Danan Eko Cahyono, ST

  7. met ketemu lagi PakDhe, Mohon maaf lahir & batin, tanpa kulonuwun,langsung “bludas-bludus”:))

    http://www.infonuklir.com/

    Jepang adalah negara yang merasakan trauma nuklir paling mendalam (mengingat Nagasaki dan Hiroshima di bom atom oleh Amerika tahun 1945). Tapi siapa sangka jika saat ini kebutuhan energi listrik di Jepang, 29 persennya berasal dari nuklir. Sebanyak 55 unit PLTN beroperasi, 2 unit dalam pembangunan, 11 unit masih direncanakan, ditambah lagi dengan 17 unit reaktor riset.
    NB:
    PakDhe, sy mohon ijin nge-link’kan blognya PakDhe ini ke blog sy, boleh ga ?

  8. klo boleh spekulasi… kaya nya orang-orang indo… pakee…


    hmm orang-orangnya males… secara strukur kedepannya jadi individual…klo ada yang berkoar yang ga tau apa2 juga berkoar (kaya demo protes penggunaan energy nuklir waktu itu)…pake batu bara… at least negara harus siap dengan demo untuk 5ato 7 thn kedepan dengan spanduk kurangi emisi asap buangan!!!ato stop penggunaan batu bara… hmm klo pake air.. kali2nya pada berwarna, ada juga yang item mutlak…
    … angin … ga memungkinkan tuk memenuhi 1 negara… klo gitu ^^
    kaya nya 5 thn kedepan bakalan pake solar (energi matahari) trus di tempel di atep atep gitu^^
    … hehehe off topic ya?

  9. Sebenarnya masalah PLN yang katanya defisit melulu (emangnya selama ini gimana planning masa depannya??)
    bisa diatasi dengan adanya PLTN. SDM udah banyak, ada jurusan Teknik Nuklir di UGM yang lulusannya tersebar dimana2, Ada ahli-ahli di BATAN. dan ehhmm saya hehehehehe

  10. ….Dari zaman pak Habibie jd menristek Pak IB Agra di UGM sudah mengerjakan biodisel dr jarak…tapi dimana pemerintah…? renewable energi ada dimana2 di indonesia tapi apa peran dan konsep pemerintah..gak jelas sama spt blue energy……

    Hue..ha..he…..Jangan ganggu Pundi-pundi Kami!! (kate yang punye gawean di fosil-energy industries….Hue..ha..he…..

  11. Ayoooooo semangat, maju terus iNdonesia, semoga di tahun yang akan datang akan ada Anak Indonesia yg mendapat NOBEL DI BIDANG FISIKA< KIMIA ATAU MATEMATIKA, amiiiiiiin. Maju terus Indonesia Ku

  12. salam hormat buat semua, pada dasarnya penggunaan Nuklir sebagai sumber energi jelas menguntungkan, tetapi kenapa nggak mencoba dengan energi terbarukan, misal Sel Surya, angin dan yang paling bisa dan mungkin karena ketersediaan bahan baku yaitu PLTG(geothermal), kenapa pemerintah seolah menutup mata akan fkta bahwa indonesia berada pada jalur gunung berapi yg masih aktif, malah mereka lebih mementingkan diri sendiri dan partainya, Sudah cukuplah hal hal seperti itu di buang jauh – jauh, kenapa tidak ambil contoh negara brazil dengan ethanolnya, mereka bahkan dapat menjual bahan bakar tersebut yang non fosil, mereka bisa hidup tanpa tergantung sama bahan bakar fosil, dan sampai sekarang mereka bisa mandiri tanpa mengandalkan bahan bakar
    fosil

  13. tp kt hrus bijak dlm mnambil kputusan,kan lbh bnyk manfaatya dr pd modorotya toh kt mmang mbutuhkanya,mari kt buka pikiran kt,klu pgn bngsa ini maju dan bs bersaing dng neg luar lnya.para insiyur sarjana2 nuklir bknan kmampuan mu,Mari Kita BERKARYA memebangun Bangsa Kita Sendiri,,lam bt ank2 GRAMATEPA JAYOOOOOOOOOOOO,,,,,,,,,,,,,,,STT WIBER PURWOKERTO,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

  14. […] Apakah dunia memilih batubara dan gas alam sebagai sumber energi ? Energi masa depan – Nuklir atau Batubara · http://www.Indonesia.go.id ”bioenergi dn kebutuhan energi Nasional” · Badan Pengkajian dan […]

  15. payah pemerintah

  16. Kalo gak takut bocor PLTNnya, boleh juga
    bangun dipekarangan sendiri tuh. Sepanjang
    tetangga gak protes, kenapa nggak?

  17. Aku pernah nanya ama orang BATAN, katanya 1 kg nuklir = 1.000 ton batubara, dan nuklir aman loh, malah pas pameran teknologi di pontianak beberapa bulan lalu dia bawa yellow cakenya loh…

    Cman memang ada banyak prosedur dan aturan dunia yang mesti di selesaikan untuk penggunaan energi ini.

    BTW cadangan Uranium di Provinsi ku Kalimantan Barat cukup besar bahkan BATAN sudah puluhan tahun nonkrong disini. Aku harap energi nuklir bisa segera dimanfaatkan, karena sudah sangat mendesak. 2 hari sekali mati lampu, maklum aja 100% pembangkit yang ada di Kalbar pake solar semua, mahal man, 1 liter = 3 kWH dan 1 kWH = Rp. 500,- jadi sampai kapanpun ya tekor… (1 liter = Rp. 6.500,-)

    Di jepang PLTN dibangun di pinggir pantai tempat rekreasi orang loh, n aman2 aja tuh, jadi apa yang mesti ditakuti?

    EMANG SIH TP SUMBER DAYA MANUSIANYA MEN, SALAH SEDIKIT FATAL AKIBATNYA. LAGIAN KALO MO PAKE TENAGA NUKLIR ITU BUTUH DANA BESAR. APAKAH NEGARA BERKEMBANG KAYAK INDONESIA INI SANGGUP.JANGAN JADI CHERNOBYL BERIKUNTA.

  18. gak ada abis2nya kLo ngomongin kesejahteraan rakyat… jangan cuma komentar, ambil andil dibidang ini… cari penyelesaiannya dan banyak2 berfikir bagaimana jalan keluarnya… kalo bukan kita(warga indonesia) siapa lagi yang mau tolong negara kita… Mudah2an forum ini ada gunanya…

  19. cape deeeeh………..
    kalo nurut gue sich, sumber energi itu CINTA…he he he…

    makanya gue cinta sama sumber energi, apalagi sumber energi kan pada umumnya pasti menghasilkan uang : )

  20. PLTN adalah satu2nya jalan untuk mengarasi krisis di indonesia

    STTN-BATAN =SEkolah tinggi teknologi nuklir

    menyiapkan kader ahli nuklir yang mumpuni

  21. he..he…cah gemblung nongol lagi… kayaknya ada yang kurang deh kalo ga dibahas soal kelemahannya… Yah dengan metode ini, otomatis investasi dalam pengembangan nuklir yang kemaren jadi agak sia-sia…selain itu…dengan penyewaan panel surya, otomatis PLN punya resiko kecolongan ato perusakan panel.(Biasa bung, Indonesia!!!) nah lho PLN…he..he.he… 😀
    Tapi setidaknya kelemahan ini lebih baik daripada nyerahin nyawa n masa depan gue ma PNS yg ngurus PLTN…hiii…ngeri….gue masih nunggu leah dizon boss..hahahahaha….
    yah terima kasih buat orang yang mau merhatiin nie comment…kalo ditanggapi serius ya alhamdullilah setidaknya niatan aku mbantu negara meskipun dikit…disambut baik ma orang…he..he…he… 😀 tapi kalo emang nganggep nie posting mengada-ada yah maaf. Abis aku masih ijo…pengen jadi sarjana aja belon lulus…he..he…he…last words is VIVA INDONESIA!!!!!!!!!!!!MERDEKAAAAAA!!!!!!

  22. Sekarang soal aspek sosial ma kultur budaya. Jika emang itungan orang gemblung diatas kurang bisa merepresentasi (maklum sarjana aja belum lulus), tentunya ada sisi lain yang bisa jadi pertimbangan. Apa lagi nieh?? Dari comment diatas, yg ga setuju ma nuklir ato batubara khan takut ama resikonya entah njeblug gara-gara gempa…. ato keracunan sampahnya si watu bara…nah lho…panel surya jika diterapkan dengan cara diatas, tentunya ga bakal terjadi. Apa iya sih, bisa langsung dot di tempat gara-gara ketiban panel yang tipis geto…paling banter dibawa ke Sarjito (nama RS) bener ga pakdhe, paklek, mas and om disana?? tuh khan dah ngeliminasi satu problem. Lagipula, solar cell polusinya cuman dikit. (tau deh kalo pabriknya he.he…:D) jika mau dikhayalin lebih lanjut sie lebih banyak keuntungannya. Silahkan gunakan imajinasi anda…

    trus dari aspek budaya, pemakaian solar cell di atap rumah khan pas tuh ma bentuk rumah orang Indonesia, yang biasanya atapnya rendah n luas. So memungkinkan jika dipasang panel surya yang sederhana yang independen di tiap-tiap rumah. Selain itu, atap rendah juga memudahkan dalam perawatan…tinggal minjem anak tangga dari pak rt aja buat nurunin panel suryanya…Nah lho…PLN jadi hemat khan…ga perlu sewa lahan…Bener ga??

    loh katanya mau dijual ke industri? Trus gimana mekanismenya?? yah namanya ada gula pasti ada semut…biasanya khan di pinggir pabrik pasti banyak lah rumah penduduk. Ya udah manfaatin aja listrik dari situ.masih kurang??? pasang aja di atap pabrik…khan luas tuh…??masih kurang? Yah bikin aja SPTU(yah semacam SPBU di tengah kampung penduduk, trus listrik yang diisi ke dalam aki raksasa seukuran mobil box kali…di transfer deh ke pabrik waktu pagi hari n sorenya diisi lagi…

    nah soal detail teknisnya, biar ntar dipikirin sama pakar-pakar energi kita…(salah sendiri lahir duluan…mumet dah..he.he.he..:D)Cuma jangan banyak kebanyakan seminar, ntar kena tuh 3T…

  23. kulo nuwun, mau ikut nimbrung pakdhe. Gayeng banget keliatanne obrolannya.Bagaimana dengan tenaga surya pakdhe? bukankah yg satu nie potensi juga buat Indonesia? bahkan bisa menjadi solusi yang paling pas buat indonesia, dilihat dari kultur sosial dan budaya orang Indonesia loh. he..he.he…

    Nah sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya nyimak petikan:

    “Mulyo Widodo, dosen Teknik Mesin ITB …(iklan), dalam kondisi puncak atau posisi matahari tegak lurus, sinar matahari yang jatuh di permukaan panel surya di Indonesia seluas satu meter persegi akan mampu mencapai 900 hingga 1000 Watt. Lebih jauh pakar solar sel dari Jurusan Fisika ITB Wilson Wenas menyatakan bahwa total intensitas penyinaran perharinya di Indonesia mampu mencapai 4500 watt hour per meter persegi yang membuat Indonesia tergolong kaya sumber energi matahari ini. Dengan letaknya di daerah katulistiwa, matahari di Indonesia mampu bersinar hingga 2.000 jam pertahunnya.” (indeni.org:2006)

    dari petikan diatas, bukankah bisa diambil kesimpulan kalo sebetulnya panel solar cell ukuran 1x1m bisa menopang kebutuhan listrik setiap rumah. Kalo masih kurang, khan bisa nambah (kalo ga mau dibilang maruk he.he.he..). emang sih saat ini solar cell dibilang mahal soal implementasinya. Jika ini yang jadi bahan pertimbangan nggga dipakainya solar cell, sebetulnya bisa dipecahkan kok. Itung-itungannya sih simple aja. Aku pernah jumpain di pasaran ada kalkulator kecil yang harganya cuman 7500 perak. (Buatan cina kali) itu dah pake tenaga matahari loh. Panel suryanya dah ukuran 0.5cm x 2cm. Coba bayangin, harga segitu dah dapet kalkulator dengan ubo rampe dalemannya termasuk juga untungnya yang jual loh…he3x 😀
    anggep aja satu rumah butuh listrik setara 2000x kalkulator. (bener ga sih?) Berarti=satu rumah butuh investasi Rp15.000.000,- mahal amit??? trus murahnya dimana??
    Biar murah, tentunya bisa lewat pengembangan secara besar-besaran sehingga bener2 memanfaatkan economic of scale. So, cost produksinya bisa turun. Bukankah harga solar cell yang mahal saat ini disebabkan kurangnya pemakai sehingga biaya penelitian yang ga sedikit tuh juga dimasukkan dalam harga produknya (bener ga sih pakde)?.n tentu saja
    Kalo emang usernya masih keberatan dengan investasi awal yang gede kek gitu…khan PLN bisa turun tangan, dengan nyewain alatnya ke pemakai, trus bayar iuran bulanan kaya biasa. Masih mahal??
    yah pasangin aja panel yang banyak di atap-atap rumah penduduk trus sisa listriknya dijual ke industri.
    Penduduk terbantu dari biaya & Industri terbantu juga dari sisi investasi. Masih mahal??

  24. PLTN sebenarnya dibutuhkan ato tidak ditinjau dari kepentingan publik yang ada.
    Perdebatan pendirian PLTN dari krdua kubu (menduung-menolak)merupakan sebuah pembelajaran yang baik ditinjau dari segi budaya politik.
    Sisi positif pendirian PLTN Muria tidak hannya listrik saja melainkan mengeliatnya investasi pada masa depan. Negatifnya tentu temen-teman yang mendukung sudah kenyang. Mulai dari isu politik percaturan dunia sampe imbas budaya bangsa yang belum siap>
    perubahan menuju kearah yang menantang inilah tantangan kita.PLTN menantang kita untuk berspekulasi dengan resiko tapi kalo kita tidak berani mengambil resiko kita akan menjdai dunia negara ke3 yang konsumtif bukan produktif sebagai prodesen SDA.
    Ada hal-hal yang perlu dikaji dalam penggarapan PLTN Muria. Isu politik dan budaya harus clear, pemanfatan yang menguntungkan bagi semua fihak bukan segelintir golongan, dan mencetak manusia kreatif bukan imitatif.
    Teman-teman pro dan kontra harus bersifat lebih arif dan bijak. Diskusi panel dan sosialisasi sudah berjalan baik tetapi masih menyisakan intrik panas penanaman kekuasaan mana yang lebih didukung masa.

  25. Saya senang sekali membaca diskusi di sini, terutama dari mas Teddy Ardiansyah. Salam untuk Dr. Alex di UGM.

    Semangat saling menghargai memang harus kita junjung tinggi sehingga diskusi berjalan dengan baik. Pro-Kontra PLTN harus ada sehingga kita bisa saling mengkoreksi.

    Teknologi PLTN pada generasi ke-2 yg akan dibangun di Indonesia adl model baru dg perbaikan di safety system. Sebelum saat terjadi kecelakaan akibat human error atau akibat apapun lainnya, anomali sudah bisa dideteksi secepat mungkin. Sehingga operator akan jauh lebih baik dan lebih tenang mengantisipasi kondisi darurat. Kemudian prinsip fail-safe dari setiap instrument yg menjamin keamanan PLTN.
    SDM ahli nuklir juga luar biasa, mereka antusias menunggu sekian puluh tahun dg gaji PNS. Tapi bbrp diantara mereka keluar PNS dan bekerja nyaman di luar negeri atau ke swasta.

    Sebentar lagi dunia kita akan mengalami dekade nuklir ke-2 dimana banyak negara akan segera membangun PLTN dalam jumlah besar. Cina dlm 10 tahun=30 PLTN (plan total=54 PLTN). Korsel dlm 20 tahun=20 PLTN. India dlm 20 tahun=20 PLTN. USA . . . , mengagetkan, 25 PLTN dalam 20 tahun.

    Data PLTN yg akan dibangun atau proposed selengkapnya ada dlm tabel berikut:
    http://www.world-nuclear.org/info/reactors.html

    MetNet

  26. saya telah dengar semua argumen kalian tentang nuklir…jd capek jg bacanya…tp semuanya ber awal dr yg sederhana. Nuklir jg akan di pakai kok…dan indonesia butuh itu…walau pun banyak yg kontra dg hal tsb…namun lambat laun…hal ini harus tetap dijalankan, teknologi nuklir akan berkembang dan trus berkembang.Bisa saja nuklir di buat spt BBM, atau pun seperti kapsul…atau (motor,mobil,pesawat terbang) mempunyai mesin reaktor mini, sehingga energi bs dihasilkan.
    manusia akan menjelajah jauh ke angkasa luar…apa mereka akan bw BBM…..???jelas tidak.manusia akan bawa bahan bakar yg simple namun menghasilkan energi yg sangat besar.yg jelas mereka bw U-235>>untuk saat sekarang. gmn klo tahun 2020?????Bs jd mereka akan bw U-240,U-270,U-290,plutoniu, atau apa lah. Kita mana tahu….bisa saja negara maju mpy unsur yg…lebih dr U-235, sedangkan kita masih berkutat dg PLTN…sehingga teknologi yg kita pelajari hanya STATIS…jgn memikirkan akibat dulu sebelum kita melakukan nya…klo kita seperti ini trus kita kapan majunya…tolong di ingat negara maju dahulunya mereka jg negara berkembang… namun mereka belajar…belajar dr apa yg mereka kerjakan….
    there is a chance and possible if we want to do it….

  27. Ada pemeran tokoh konyol yang sering membantu AA Gym dilayar kaca, namanya Adi Marsono. Secara pribadi saya kenal dia. Pernah dia bercerita naik skuter Vespa , diperempatan yang lampu lalulintasnya kebetulan merah, dia menabrak kendaraan lain yang lebih dulu berhenti. Waktu ditanya kenapa menabrak , dia bilang karena tidak mengerem Vespanya.Dikejar pertanyaan mengapa tidak mengerem, jawabnya santai karena ingin MENGHEMAT KAMPAS REM !!, duileee…..
    Seperti dicontohkan Pak RIrawan, cerita sungguh-sungguh terjadi ini juga kelihatannya LOGIS, tetapi tetap saja KONYOL.

  28. Mohon maaf pak Teddy, saya juga tidak bilang “khusus” pak Teddy, melainkan “kita semua”, atau paling jauh ya pendukung PLTN.

    Makalah Heti Susiati 13-09-2006 itu didasarkan pada disertasi J.P Mc Bride dkk 1977, jaman orang gandrung pada PLTN sebagai substitusi minyak yang harganya naik kaget. Saya sebenarnya mau patuh sama nasehatnya GusDur: “Gitu aja kog repot.” Tapi terus terang saya kerepotan, mau setuju atau membantah.

    Alkisah, 30 tahun lalu di suatu kota di Jawa Timur, ketika jalan-jalan belum selebar sekarang dan kendaraan juga belum seramai sekarang, seorang ibu memutuskan akan membelikan anaknya sepeda dengan pertimbangan lebih aman untuk ke sekolah sebab kecepatannya paling tinggi 15 Km/jam. Namun sang anak ngotot minta sepeda-bermotor yang bisa lari 120 Km/jam. Ia minta temannya, juara sekolah dengan IQ lebih 150 membuatkan alasan yang bertolak dari urusan keamanan.
    Keesokan harinya, si ibu terlongong-longong mendengarkan argumentasi sang anak:
    1) Motor lebih aman daripada sepeda, sebab ketika tabrakan dengan sepeda, sepeda yang lebih ringan akan terpental lebih jauh.
    2) Makin lama waktu di jalan, makin besar pula resiko kecelakaan. Maka karena motor lebih singkat waktunya dari rumah ke sekolah, maka jumlah motor lebih aman daripada sepeda.
    3) Motor suaranya lebih keras daripada sepeda, sebanding dengan sepeda yang terus membunyikan bel, sehingga lebih aman daripada sepeda tanpa bel yang terus-menerus.
    4) Naik sepeda yang lambat berarti terus-menerus menghisap asap beracun dari motor dan mobil, maka naik motor lebih sehat sebab bisa cepat menghindar manakala ada asap.
    5) Naik sepeda mengeluarkan banyak energi, sehingga melelahkan, mengakibatkan kurang konsentrasi.

  29. saya akan usul pada Presiden dan DPR serta DPD, bahwa PLTN itu bukan BUAH SIMALAKAMA untuk penyediaan energi listrik di P Jawa, pertimbangannya harus lebih dititik beratkan pada safety dari pada benefitnya, sebab memelihara PLTN itu jauh lebih sulit dari pada memelihara 10 bendungan/waduk PLTA. Kita sudah pernah mengalami kecelakaan waduk Sempor (Gombong /Kebumen) yang jebol tahun 1968 disebabkan oleh HUMAN ERROR dengan akibat korban harta benda dan nyawa penduduk di hilir yang dilanda banjir bandang. Pejabat yang bersalah mengakibatkan jebolnya bendungan sudah diadili dan dihukum, sedang pemimpin proyeknya yang sempat diadili dan dinyatakan bersalah tetapi dikemudian hari direhabilitasi namanya sekarang masih hidup. Beliau mungkin dapat diajak tukar pengalaman tentang perlunya para ahli dibidang teknologi bertindak extra hati-hati dalam mengelola pekerjaan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan yang dapat menelan korban jiwa secara massal, karena beliau mengalami sendiri mimpi buruk itu.
    (Ctt: Keputusan Presiden bisa saja menyetujui PLTN sebab kedepan mau dipakai batu loncatan untuk buat senjata nuklir.
    Btw, harian KR yogya, hari ini 10 Mei , memberitakan Pasar gelap nuklir yang dirintis ilmuwan Pakistan Abdul Qadeer Khan telah bangkit kembali. Hal ini dilaporkan oleh Institut Studi Kebijakan Strategis /IISS yang bermarkas di London )

  30. Saya tidak pernah mengatakan bahwa PLTN adalah “gadis manis” teknologi indonesia. Yang saya katakan adalah bahwa PLTN dari sisi teknologi dan dari sisi pencemaran limbah adalah lebih aman apabila dibandingkan dengan PLT batubara (lihat tulisan “Dampak radioaktif penggunaan energi fosil batubara dan energi nuklir di pusat pembangkit listrik”, tulisan Heni Susiati dalam bentuk pdf). Di dalam tulisan beliau disebutkan bahwa paparan radiasi yang dikeluarkan oleh PLT batubara adalah 3x lipat dari yang dikeluarkan oleh PLTN. Setiap teknologi pasti ada positif dan negatifnya. Oleh karena itulah saya kurang setuju kalau indoenesia cuma mengandalkan energi listriknya dari satu jenis saja (batubara). Semuanya harus digunakan mulai dari batubara, angin, geothermal, nuklir dll. Semua orang boleh berpendapat baik yang pro nuklir maupun yang kontra nuklir, tetapi keputusan tetap ada di tangan presiden republik indonesia. Jadi kita tunggu saja keputusan presiden apakah presiden membolehkan pembangunan PLTN atau menolak pembangunan PLTN.

    Tertanda,
    Teddy Ardiansyah

  31. Para spesialis nuklir, pesawat-terbang dll boleh militan dengan dunianya. Tidak ada yang salah dengan itu. Justru mereka harus percaya atas manfaat nuklir, pesawat dll; terus tekun dan semangat menggali lalu mempropagandakan kehebatannya. Bahwa ujungnya mereka memperjuangkan pembangunan PLTN dan IPTN, itu juga sah (untuk para spesialis).

    Tetapi keputusan tergantung para pemimpin, yang bisa berkualitas negarawan atau bodoh atau spesialis. Demokrasi, suara rakyat dan referendum kendati bisa menyeimbangkan dan memperluas wawasan pemimpin, tetapi bisa pula dipakai oleh para pemimpin karismatik untuk menggolkan keinginannya.

    Nah, disini nasib suatu bangsa amat tergantung pada cukup tersedianya para negarawan. Dan apakah kebetulan para pemimpin yang mengambil keputusan itu sekaligus seorang negarawan?

    Seorang negarawan tidak akan terperangkap oleh kepentingan masa kini, karena wawasannya meliputi rentang waktu yang panjang, dari sejarah hingga ke visi masa depan dalam jangkauan rasio yang ditunjang oleh data dan fakta lengkap.
    Seorang negarawan tidak akan terperangkap oleh kepentingan ego-sektoral, karena ia mencari nilai dan kelayakan dalam semua aspek, antara lain: kematangan teknologi, manfaat ekonomi, kadar risiko, ketersediaan SDM, keselamatan penduduk dsb.
    Seorang negarawan tidak akan terperangkap oleh kepentingan sempit, seperti: selera, hobby, golongan, kelompok dll, karena ia meletakkan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya.

    Maka, seorang negarawan tidak akan menerbitkan PP-No.12 tgl 26-04-1976 dan mendirikan PT IPTN dengan modal US$ 3 milyar dan selama 25 tahun berikutnya diduga menghabiskan dana sedikitnya USD 5 milyar tambahan dan menyedot SDM terbaik negeri ini hingga 16 ribu orang untuk dijadikan karyawan. Tetapi sepanjang hidupnya PT IPTN membuat barang-barang setara tidak lebih dari 300 pesawat yang dipaksakan dibeli oleh perusahaan-perusahaan domestik atau dibarter murah dengan nilai total tidak lebih dari US$ 3 milyar. Sehingga kehidupan para karyawan PT IPTN buruk diselimuti ketakutan atas masa depan, sampai mereka pernah demo dengan spanduk besar: “B-anyak J-anji, tapi HAnya BIkin BIngung.” Dan kini mewariskan mesin-mesin yang lebih banyak menganggurnya atau rusak, puluhan hektar lahan terlantar, SDM berpendidikan tinggi yang terbiasa makan gaji tanpa produktivitas, dan sisa 3700 an karyawan yang saat ini berjuang dengan nama PT DI membuat segala macam alat industri, senjata atau jadi tukang servis hanya untuk bisa bertahan. Dampak berantai yang diharapkan membangkitkan ekonomi lingkungan tidak pernah terwujud, selain ribuan SDM berpendidikan tinggi yang terkena PHK berebut hidup dilorong-lorong non-formal (lihat komen Dedi Ganedi di atas).

    Persoalannya, kenapa ketika itu yang dipilih pabrik pesawat? Sehingga sekarang 60% buah harus impor, beras impor, gula/kedelai lebih murah impor, kapal diatas 35 rb dwt harus impor dan harus diservis di luar negeri, bahan bakar harus impor dari kilang-kilang Singapore yang tidak punya minyak, dan banyak ironi lainnya.

    Kini kita berdebat mau bangun PLTN.
    Para spesialis nuklir memang perlu terus mendalaminya dan silahkan terus mempromosikan keamanan, keuntungannya dan perlunya segera dibangun di Indonesia. Itu memang peran dan tugas mereka, yang kita hargai dan hormati.

    Tetapi layakkah saat ini dibangun PLTN di Indonesia?
    Menurut saya, belum ada satupun dasar pendukung kelayakan itu, selain: perkiraan, pengandaian, harapan atau hipotesa bersyarat, yang berpangkal dari arogansi optimisme (pinjam istilah info-energi: “… yang masih di angan-angan dianggap sudah ditangan …”.
    Apakah selamanya?
    Untuk PLTN, saya cenderung mengatakan “ya”, atau setidaknya 25 tahun kemudian barulah topik ini pantas dibahas di skala nasional, itupun sekiranya ada hal-hal baru yang bisa dikategorikan sebagai pendukung kelayakan pembanguan PLTN di Indonesia.

    Alasan politis-strategis?
    Ini mulai dari ambisi kemandirian hingga pamor internasional.
    Membangun PLTN saat ini akan membuat Indonesia makin kehilangan kemandirian. Sebab, mulai dari: pemeriksaan, pengujian, sertifikasi dan ijin pengoperasian PLTN tergantung pada badan-badan internasional yang didominasi oleh negara-negara maju, terutama Amerika. Seluruh komponen proyek ini, dari mulai konsep teknologi/disain, barang-barang hi-tech/presisi, tenaga ahli inti, bahan-bakar, pengamanan limbah, uji keamanan dan perawatan mesin, praktis semuanya sangat tergantung dari negara maju atau harus diimpor atau ditangani oleh ahli asing.
    Tentang pamor internasional, masih relevan pelajaran yang diperoleh, ketika setiap tamu negara digiring ke Bandung untuk melihat PT IPTN. Meskipun mereka memuji-muji, namun bungkam kalau ditawari pesawat IPTN. Bahkan tidak juga menaikkan pamor produk lain Indonesia yang dipersepsikan sudah menguasai teknologi tinggi dan mampu membikin pesawat.
    Perancispun memamg pernah terjerembab ke dalam dilema ini, sebab para pemimpin Perancis didominasi oleh teknolog secara sentralistis, akibat dari pandangan masyarakat Perancis yang sangat mengagungkan ahli teknik, jauh di atas ahli hukum, ekonomi dll, maka orang Perancis menyukai produk-produk super dari teknologi, misalnya: kereta api tercepat di dunia, pesawat supersonik Concorde dan tentu saja nuklir. Setelah membangun 1 PLTN saat embargo minyak 1973, Perancis mengimpor 55 reaktor berikutnya dari Amerika karena pertimbangan keunggulan teknologi dan keamanan. Lalu sampai sekarang Perancis masih terus didera kemelut yang tak habis-habisnya dan menelan dana sangat besar akibat urusan limbah nuklir, sebab rakyat Perancis sangat mencintai tanahnya sebagai pusara nenek moyang mereka dan tidak ada yang rela di bawah mereka ada kuburan limbah nuklir.

    Alasan ekonomis?
    PLTN Shoreham 800 Mwe, 60 Km timur Manhattan – USA yang selesai dibangun 1989 dengan biaya US$ 6 milyar, akhirnya harus ditutup pada tahun 1994. Jerman juga harus mengeluarkan dana luar bisa besar untuk mengoperasikan dan akhirnya menutup banyak PLTN nya. Laporan EC Energi Policy Paper January 2007, menguraikan fakta bahwa di USA dari 1950 s/d 1990 investasi komersial untuk PLTN telah menghabiskan dana US$ 492 milyar, dan biaya tambahan US$ 375 milyar untuk dampak radiasi atas kesehatan, kecelakaan dan asuransi, tetapi belum termasuk beaya yang muncul dari penanganan limbah dan penutupan PLTN di masa depan, sehingga investasi PLTN-PLTN ini sudah membebani konsumen dengan US$ 0,09 per Kwh, sangat jauh di atas biaya energi lain yang cuma sekitar 3 – 6 cents.
    Studi dari Christopher Flavin and Nicholas Lenssen melaporkan, bahwa dari 20 PLTN yang terakhir dibangun di Amerika menunjukkan biaya pembangunan US$ 3000 – 4000 per Kwe, ini jauh lebih tinggi daripada PLTGU (combined cycle) dengan mesin turbinjet terbaru yang cuma US$ 400 – 600 per Kw. Di Indonesia, biaya pembangunan ini bisa mencapai 50-100% lebih mahal akibat beaya konsultasi asing, ongkos transport, waktu pembangunan yang panjang, mark-up dll.
    Info Energi sudah menjelaskan sisi kelam PLTN di negara berkembang, misalnya:
    – Brasil: PLTN Angra I, 600 Mwe, masa pembangunan 10 tahun, selesai 1982, menghabiskan dana US$ 2 milyar, operasinya rugi dan diputuskan untuk ditutup di tahun 2009.
    PLTN Angra II, 1270 Mwe, masa pembangunan 20 tahun, selesai 2001, beaya US$ 10 milyar. Jelas pengoperasian PLTN ini tidak mungkin tidak rugi.
    – Filipina: PLTN di Pinatubo, 621 Mwe, masa pembangunan 8 tahun, selesai 1984, beaya US$ 2,3 milyar tetapi tidak pernah beroperasi hingga kini.
    – Mexiko: PLTN di Laguna Verde, perlu waktu pembangunan 30 tahun sejak 1969, dan dipertimbangkan untuk ditutup sebab pengoperasiannya merugikan perusahaan listrik negara Mexiko.
    Maka, energi “sangat” murah dari PLTN disadari kini sebagai mitos!

    Alasan trend energi global?
    Bahwa kehidupan manusia modern makin dekat dengan nuklir?
    Ini kuno!
    Ini nostalgia pertumbuhan PLTN dunia yang 700% di dekade 1970-an, lalu 140% di dekade 1980-an, dan hanya 5% di dekade 1990-an dengan puncaknya 343 Gwe di tahun 1995. Sejak itu, meskipun PLTN masih terus dibangun, tetapi jumlah kapasitas dunia turun menjadi 315 Gwe di tahun 2005 dan diprediksikan terus turun hingga tinggal 172 Gwe di tahun 2020 (source: Worldwatch Database). Sangat jauh mengkoreksi ramalan tahun 1974 yang memprediksikan jumlah kapasitas PLTN dunia bakal mencapai 4500 Gwe di tahun 2000.

    Nah, apakah PLTN masih kita anggap sebagai gadis manis teknologi Indonesia?

  32. Dalam hal cadangan dan kemampuan serta hal lain utk Indonesia, saya cenderung lebih percaya dengan database yang ada di dalam negeri, tentunya kita tahu segala konsekuensi kemampuan rekan sendiri 😦

    Mungkin negara lain meninggalkan suatu jenis teknologi karena tiada interest buat mereka. Negara-negara lain meninggalkan nuklir karena tiada resources (bahan bakar uraniumnya). Kita memilki cadangan yang belum pernah tergali sama sekali.
    Nah yang sulit adalah, beranikah kita berjalan sendiri tanpa tergantung bangsa lain ?

    Energi Geothermal tidak akan pernah masuk dalam prioritas road-mapnya EIA. Apakah kita akan masih menggunakan pemikiran EIA ? Padahal kitalah yang seharusnya memprioritaskan potensi di DN, kan ?

    Dibenakku kalau saja ada teknologi utk mentransportasi energi listrik dengan kapal tanker listrik (aki-raksasa), saya yakin energi geothermal Indonesia akan dikejar-kejar. Karena mereka (negara lain) yang membutuhkan. Teknologi utk mengkonversi energi panasbumi menjadi listrik adalah teknologi menengah, bukan tekno canggih dan relatif murah.

  33. Teddy: …pada tahun 2030, tetapi harus diingat bahwa pada saat itu juga reaktor cepat juga akan sedang beroperasi dan berkembang.
    >> Mas Teddy, silakan baca lagi tulisan saya
    berjudul Spekulasi
    cadangan uranium dan masa depan PLTN
    di situ saya tulis  “Sebuah perkiraan yang sangat optimistis berdasarkan road map yang disusun oleh Departmen Energi AS bersama sembilan negara lain yang
    melakukan kerjasama riset dalam teknologi reaktor generasi IV (The Generation IV International Forum) memperkirakan jenis reaktor ini belum akan siap sebelum 2030.” Lalu buat apa bicara reaktor cepat untuk saat ini? Apalagi PLTN yang akan  dibangun di Indonesia bukan jenis reaktor cepat bukan?

    Teddy: Thorium ini akan menggantikan uranium di masa depan sebagai bahan bakar reaktor nuklir.
    >>
    Jawaban saya sama dengan yang sebelumnya,
    thorium butuh fast reactor yang hingga kini masih sekedar angan-angan.

    Teddy: Dan juga banyak sumber-sumber uranium yang masih belum terkeksplorasi, coba lihat …
    >> Pertanyaanya: bisa nggak diesploitasi? Kalau
    bisa, ekonomis apa tidak? Bagaimana dengan neraca energinya? Semua orang bisa bicara apa saja untuk sesuatu yang tidak ada di tangan, misalnya menambang uranium bahkan emas dari meteor, namun ketika bicara
    urusan energi nasional kita tidak bisa mengadalkan pendekatan semacam itu.

  34. Untuk ompapang,
    1) Mengenai mata kuliah keselamatan.
    Coba anda lihat di http://www.tf.ugm.ac.id. Di website tersebut sudah dijelaskan tentang mata kuliah yang ada program studi teknik nuklir. Salah satu matakuliah yang khusus mempelajari tentang keselamatan di lingkungan kerja adalah matakuliah proteksi radiasi dan keselamatan kerja (3 sks). Mata kuliah lain seperti deteksi dan pengukuran radiasi, pengelolaan limbah radioaktif, teknologi reaktor nuklir dll juga menyertakan tentang keselamatan kerja dan radiasi walaupun tidak secara eksplisit. Jadi tidaklah benar kalau kami tidak diajari tentang keselamatan (safety). Untuk mengetahui lebih lanjut serta lebih akurat tentang matakuliah yang ada di jurusan teknik fisika, lebih baik anda membaca buku panduan akademik yang diterbitkan secara khusus oleh jurusan teknik fisika, ugm. Karena buku panduan akademik yang diterbitkan oleh universitas ugm banyak mengandung salah tulis dan salah cetak. Hal ini mungkin disebabkan karena buku panduan akademik yang diterbitkan oleh universitas harus memasukkan semua matakuliah dari keseluruhan program studi dari 18 fakultas yang ada di ugm.

    2) Mengenai nama jurusan teknik fisika
    Hal ini disebabkan karena di dalam jurusan teknik fisika ada 2 progam studi yaitu teknik nuklir dan fisika teknik. Teknik nuklir mempelajari tentang penggunaan energi nuklir bagi kesejahteraan manusia. Sedangkan fisika teknik mempelajari tentang penggunaan energi selain energi nuklir bagi kesejahteraan manusia. Kedua program studi ini berdiri sendiri dengan spesialisasinya masing-masing. Serta mahasiswa teknik nuklir dengan mahasiswa fisika teknik tidak digabung. Menurut informasi dari adik angkatan saya yang baru masuk teknik nuklir, dia bilang bahwa perbandingan kursi dengan peminat program studi teknik nuklir adalah 1:20. Jadi memang sangat kompetitif.

    Tertanda,
    Teddy Ardiansyah

  35. Pak dhe, harusnya ada mata kuliah K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja ), tapi rasa-rasanya kok di prodi TN UGM nggak ada, pada hal undang-undang mengenai K3 kan sudah ada to Pak Dhe ? Kalau di prodi yang lain, misal mesin & industri dll ada mata kuliah Hukum Perburuhan, mungkin materi K3 sudah tercakup dalam kuliah Hukum Perburuhan di prodi tersebut.

  36. Aku dulu pernah diberi tahu seseorang yang bekerja di perusahaan migas yang mencari lulusan Teknik Nuklir utk bekerja sebagai SAFETY ENGINEER.
    Kelebihan sarjana teknik nuklir ini dianggap paling tinggi sense of safety-nya. Mboh bener apa enggak. tetapi kalau dilihat dari namanya NUKLIR pasti yang akan kepikiran dibenak adalah BAHAYA. Sehingga mahasiswa teknik nuklir secara akademis akan diberi atau dicekoki soal bahaya dan bagaimana menangani. Padahal aku ngga pernah tahu apakah ada matakuliah safety engineering di TN UGM dulu itu.

  37. saya telah telusuri dengan google TEKNIK NUKLIR UGM, ketemu banyak sekali informasi. silahkan cek yang berminat.
    Barang kali ada yang bisa menjelaskan kenapa prodi atau jurusan TEKNIK NUKLIR UGM digabung dengan FISIKA TEKNIK UGM, apakah tidak ada peminatnya dari tahun ketahun atau sebab lain, sebab kalau dilihat pada buku panduan akademik UGM 1999 ( ctt:saya tak punya yang terbaru) mata kuliah dasar keahlian (MKDK) dan mata kuliah keahlian (MKk) antara kedua prodi ada perbedaannya,bahkan MKK teknik nuklir tidak ada daftar MKK pilihannya(menurut buku ), sedang prodi Fisika teknik ada MKK pilihan dan wajib.
    Pertanyaannya : Setelah TEKNIK NUKLIR UGM “ditutup” dan mahasiswanya digabung dengan FISIKA TEKNIK UGM , berapa SKS bobot MKK pernuklirannya, mengingat saat masih dengan nama TEKNIK NUKLIR UGM saja MKK Keselamatan Reaktor Nuklir (TR) hanya mendapat 2 SKS,padahal MKK yang non nuklir banyak yang 3. Apakah ini tidak boleh disebut bahwa mata kuliah Keselamatan Reaktor Nuklir hanya untuk pantes-pantes atau embel-embel saja ? Kalau memang keselamatan adalah faktor utama,harusnya MKK tersebut berbobot tidak hanya 2 tetapi 4 lebih besar dari MKK Pengelolaan Limbah Radioaktif yang berSKS 3. Jadi, bagaimana sikap batin serta cara berpikir dan bertindak lulusannya terhadap factor keselamatan reaktor nuklir kalau dalam kuliah hanya mendapat 2 SKS ,walahualam !

  38. Mas Papang, kekhawatiran Anda terlalu berlebihan. Mahasiswa teknik nuklir nggak perlu Anda ragukan kompetensinya untuk bekerja di bidangnya. Toh jadi, atau tidaknya PLTN dibangun terserah rakyat yang menentukan. Seandainya saja rakyat bisa seperti Anda sekalian mengerti bagaimana kebutuhan energi di negeri ini, dan mereka bisa mengerti nuklir itu bagaimana….
    Masalah perlu atau tidaknya penggunaan nuklir (PLTN) sudah jelas. Anda ikuti ngga kegiatan ESDM dan Para petinggi bidang energi di nergeri ini. Buat apa sih tiap tahun atau mungkin sekian bulan sekali seminar tentang energi yang ujungnya selalu dengan bahasan PLTN itu diselenggarakan. Buat apa semua itu, riset inilah-itulah terkait dengan PLTN yang menghabiskan dana yang ga sedikit itu, kalau prediksi, kalkulasi orang-orang yang konon petinggi itu ga ada gunanya.
    Kalau ada sekelompok orang bebas menyuarakan anti nuklir, kenapa kita juga ngga bebas untuk menyuarakan pemanfaatan nuklir.
    Saya ga terima kalo dibilang SAMPAH.

  39. Mengenai psikotes.
    Saya setuju dengan ompapang tentang perlunya psikotes bagi operator PLTN. Bahkan kalau bisa setiap 6 bulan sekali dilakukan psikotes agar memang terjaga keamanan reaktor nuklir di Indonesia kalau nantinya memang dibangun pada tahun 2010.

    Tertanda,
    Teddy Ardiansyah

  40. Buat Ompapang:
    Walaupun tidak ditujukan kepada saya, namun tidak ada salahnya saya menjawab pula pertanyaan anda..

    >>Untuk menjadi mahasiswa teknik nuklir apakah ada syarat lulus psycho test dulu, tidak hanya IQ,tetapi juga i EQ dan SQ.>Berapakah perbandingan antara calon mahasiswa yang mendaftar/peminat terhadap daya tampung penerimaan mahasiswa dalam 5 tahun terakhir?>mereka yang mendaftar adalah mereka yang betul-betul berminat, atau yang sangat mengkhawatirkan adalah mereka memilih jurusan hanya asal bisa menjadi mahasiswa dengan kans diterima yang mudah dalam arti tidak banyak pesaingnya atau adanya kepastian diterima dijurusan teknik nuklir dari pada dijurusan lain>Lebih parah lagi kalau “rijek”an dari pilihan di fak ekonomi, kedokteran , pharmasi, bahasa inggris atau fisipol HI yang terkenal banyak peminatnya.>Kata guru komputer, kalau inputnya sampah, outputnya juga sampah. Apa yang dapat kita harapkan tentang SDM teknik nuklir 20 tahun mendatang bila penerimaan mahasiswa teknik nuklir 5 tahun terakhir seperti yang dikhawatirkan diatas.

  41. Terima kasih Pak Teddy, kalau boleh saya simpulkan pernukliran Indonesia akan berkembang dengan baik bila didukung oleh SDM yang betul-betul berminat dan mampu seperti pak Teddy yang dari sononya memang jawara atau KW I, namun kalau diluar pak Teddy cs ternyata masih ada SDM pernukliran terdiri atas SDM yang masuk pendidikan prodi pernukliran karena tersingkir dari prodi lain yang lebih populer dimasyarakat (misal elektro, mesin dll), maka jangan diharap pernukliran tidak membuat masalah dikemudian hari nanti. Jadi untuk purba jaga, rekrutmen SDM pernukliran (tidak hanya PLTN) perlu psiko test seperti polisi yang akan diserahi memegang senjata api.

  42. Mengenai penerimaan mahasiswa teknik nuklir.
    Saya akan menjawabnya berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri ketika masuk menjadi mahasiswa prodi teknik nuklir di ugm tahun 2001. Kalau mengenai persyaratan yang lain mohon anda tanyakan langsung kepada Dr.-Ing. Sihana, Ketua Jurusan Teknik Fisika (dulu Teknik Nuklir), UGM.
    1) Saya masuk prodi teknik nuklir UGM melalui jalur UMPTN. Sewaktu duduk di bangku SMA, saya masuk ke dalam kelas unggulan di sekolah saya di Surabaya. Waktu pertama kali masuk menjadi mahasiswa UGM, kami diharuskan untuk melakukan tes kesehatan seperti layaknya masuk ke prodi lainnya. Memang pada saat itu masih belum ada yang namanya psycotest di UGM. Entah dengan penerimaan mahasiswa UGM yang sekarang, mungkin sudah menyertakan psycotest. Teman-teman saya di teknik nuklir adalah mahasiswa-mahasiswi teladan di sekolah (SMA) mereka. Ada yang juara lomba karya ilmiah remaja se-Indonesia, ada yang mahasiswa teladan tingkat provinsi dll. Jadi mereka semua memang mahasiswa-mahasiswa pilihan. Beberapa teman saya yang sudah lulus ada yang langsung diterima di tingkat doktoral tanpa melalui program master di prodi teknik mesin, National University of Singapore. Bahkan ada yang sudah menjadi seorang professor di Tokyo Institute of Technology, Jepang (Prof. Liem Pheng Hong). Ada juga yang dipercaya oleh pemerintah amerika serikat untuk membuat kanister limbah radioaktif. Mengenai perbandingan yang melamar dengan yang diterima saya kurang tahu pasti, lebih baik anda tanyakan ke komite UMPTN, SPMB, atau UM-UGM langsung karena saya bukanlah orang yang berwenang.
    2) Saya kurang setuju dengan pendapat guru komputer anda yang mengatakan bahwa kalau inputnya sampah maka outputnya juga sampah. Beberapa bulan yang lalu saya mengikuti seminar Adi W. Gunawan, seorang tokoh pendidikan yang banyak menulis buku-buku mengenai pendidikan (silakan anda cari bukunya di Gramedia). Beliau mengatakan, bahwa yang menentukan baik buruknya suatu output adalah proses, bukan input. Beliau mencontohkan sebagai berikut: di surabaya beliau memiliki sebuah sekolah swasta. Hampir sebagian besar murid-muridnya adalah anak yang bermasalah di sekolah mereka yang terdahulu. Ada yang malas belajar, ada yang nakal, ada yang nilainya jeblok, kurang konsentrasi dll. Tetapi setelah masuk ke sekolah beliau, anak-anak ini berubah menjadi anak-anak unggulan. Mereka banyak menorehkan prestasi. Bahkan mereka mampu menyelesaikan pelajaran sekolah yang 1 semester (6 bulan) kurang dari 3 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa dari input sampah ternyata dapat keluar output emas. Jadi proses yang menentukan baik-buruknya output, bukan input.
    3) Mengenai india dan pakistan yang menawarkan PLTN. Mereka kan cuma menawarkan, terserah Indonesia apakah nantinya mau membeli atau tidak (seperti di pasar lah, dimana pembeli bebas untuk membeli atau tidak). Mengenai sdm yang mengelola PLTN apakah juga harus mengambil dari india dan pakistan? Belum tentu. Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya bahwa SDM lulusan teknik nuklir banyak sekali yang berkualitas. Kita sendiri punya sdm yang berkualitas, buat apa mengambil dari negara lain.

    Tertanda,
    Teddy Ardiansyah

  43. Saya ada pertanyaan untuk Pak Teddy:
    1.Untuk menjadi mahasiswa teknik nuklir apakah ada syarat lulus psycho test dulu, tidak hanya IQ,tetapi juga i EQ dan SQ.
    2.Berapakah perbandingan antara calon mahasiswa yang mendaftar/peminat terhadap daya tampung penerimaan mahasiswa dalam 5 tahun terakhir ?

    Pertanyaan ini saya sampaikan untuk mengetahui animo lulusan SMA yang akan menjadi mahasiswa teknik nuklir, sebab bila jumlah calon mahasiswa yang memilih jurusan /prodi teknik nuklir jauh lebih sedikit dibanding tempat yang tersedia /kapasitas penerimaan calon mahasiswanya, maka
    dapat diartikan bahwa mereka yang mendaftar adalah mereka yang betul-betul berminat, atau yang sangat mengkhawatirkan adalah mereka memilih jurusan hanya asal bisa menjadi mahasiswa dengan kans diterima yang mudah dalam arti tidak banyak pesaingnya atau adanya kepastian diterima dijurusan teknik nuklir dari pada dijurusan lain. Atau dengan kata lain untuk menjadi mahasiswa teknik nuklir jauh lebih gampang dari pada menjadi mahasiswa teknik elektro atau mesin & industri. Kalau kekhawatiran itu terjadi berarti menjadi mahasiswa teknik nuklir hanyalah sebagai pelarian atau “rejected student” karena tidak dapat tembus masuk ke jurusan lain difakultas teknik(misal elektro,komputer,mesin,sipil ,arsitektur, kimia, geologi dan geodesi).Lebih parah lagi kalau “rijek”an dari pilihan di fak ekonomi, kedokteran , pharmasi, bahasa inggris atau fisipol HI yang terkenal banyak peminatnya.
    Bisa dibayangkan kwalitas yang bagaimana mahasiswanya, padahal teknik nuklir membutuhkan mahasiswa yang KW I super, bukan sekedar KW II,KW III atau bahkan “rijek”an.
    Kata guru komputer, kalau inputnya sampah, outputnya juga sampah. Apa yang dapat kita harapkan tentang SDM teknik nuklir 20 tahun mendatang bila penerimaan mahasiswa teknik nuklir 5 tahun terakhir seperti yang dikhawatirkan diatas. Jangan -jangan mereka bekerja diinstalasi nuklir tanpa motivasi seperti waktu mereka memilih jurusan teknik nuklir, jauh dari cita-cita pribadi mereka semula, sehingga rasa tanggung jawabnya berbeda dengan yang punya motivasi. Hal ini yang membahayakan keamanan instalasi nuklir kita.
    Bila kita punya PLTN, adakah kita terpaksa merekrut SDM dari India atau Pakistan negara asal PLTN yang kita beli ?
    ( Ctt: kabarnya sekarang India sedang menawarkan PLTN harga murah ke Indonesia dan Malaysia !)
    Demikian pak Teddy, semoga Bapak dapat menjelaskan kesiapan SDM untuk PLTN 10 atau 20 tahun mendatang dimulai dari penerimaan mahasiswa teknik nuklir Indonesia dalam 5 tahun terakhir.(kalau perlu dapat kami lihat di web perguruan tinggi yang punya prodi teknik nuklir.)

  44. 1) Mengenai kesiapan orang indonesia menerima kehadiran teknologi nuklir (PLTN). Kesiapan bukan hanya datang dari rakyat indonesia tetapi juga harus dari luar (internasional) seperti IAEA.
    2) Mengenai capacity factor 75%. Ya jelas lah capacity factor rata-rata 74%, wong datanya itu mulai dari reaktor yang sudah tua (sudah beroperasi semenjak 40 tahun lalu) hingga reaktor yang sekarang beroperasi (2004). Kalau anda menghilangkan reaktor-reaktor yang sudah tua umurnya pastilah capacity factornya naik. Coba anda buka data PRIS dari IAEA, disitu diperlihatkan adanya kenaikan capacity factor rata-rata tiap tahun hingga tahun 2005 (82,8%).
    3) Mengenai kelangkaan uranium. Prediksi bahwa uranium langka pada tahun 2030, tetapi harus diingat bahwa pada saat itu juga reaktor cepat juga akan sedang beroperasi dan berkembang. Dan anda juga harus ingat bahwa terdapat pula thorium yang jumlahnya 3 kali lebih banyak daripada uranium. Thorium ini akan menggantikan uranium di masa depan sebagai bahan bakar reaktor nuklir. Coba anda buka “supply of fuel for nuclear power-present situation and perspectives” dari uranium institute. Dan juga banyak sumber-sumber uranium yang masih belum terkeksplorasi, coba lihat http://www.americanenergyindependence.com/NuclearSlides/Uranium01.htm
    4) Mengenai peran komponen uranium pada biaya pembangkitan. Dulu 2%, sekarang 20%. Memang benar, tetapi harus diingat 20% dari total biaya keseluruhan berapa? Misal 2% dari 10.000 jika dibandingkan dengan 20% dari 100 tentu saja berbeda. Coba anda baca bukunya M. Kazimi dan N. Todreas dari MIT “Nuclear System 1”, disitu disebutkan bahwa komponen biaya uranium memegang peranan yang sangat kecil dari total keseluruhan biaya. Komponen yang memegang peranan besar justru NSSS “Nuclear Steam Supply System”. Dan juga coba anda cek http://www.eia.doe.gov/cneaf/nuclear/page/analysis/nuclearpower.html.
    5) Mengenai ketidakbutuhan indonesia terhadap PLTN. Wong orang PLN saja pesimis kok jika indonesia kedepannya tidak butuh PLTN (menurut pak eden napitupulu dari PLN). Indonesia masih bisa membangun tanpa PLTN, tetapi beban negara akan sangat berat. Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, industri nasional kita akan sangat ‘ngos-ngosan’ kalau harus menyuplai batubara bagi pembangkit listriknya hingga tahun 2015. Informasi ini saya peroleh ketika mengikuti seminar yang menghadirkan pak eden napitupulu dari PLN dan pembicara dari DESDM. Coba anda tanyakan langsung kepada pak eden napitupulu dari PLN dan kepada DESDM.
    6) Mengenai filipina. Kalau menurut saya kita jangan hanya mencontoh filipina, tetapi kita juga harus mencontoh negara lain yang berhasil dengan teknologi nuklirnya (PLTN), semisal india dan pakistan. Toh india, pakistan dan indonesia sama-sama masuk ke dalam kategori least developing country. Kalau kita mencontoh cuma dari kegagalan suatu negara mengelola PLTN, maka sampai kapanpun kita akan terus menjadi paranoid terhadap PLTN. Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya bahwa pada sekitar tahun 70-an korea selatan malah meminta ahli-ahli dari indonesia untuk mengajari mereka tentang energi nuklir. Makanya saya optimis bahwa dengan bimbingan dan pengawasan yang ketat maka masa-masa pada tahun 70-an dapat kembali lagi di Indonesia.

    Catatan: Apakah bahan radioaktif cuma dihasilkan oleh PLTN? Tidak, ternyata di dalam batubara terdapat zat radioaktif seperti uranium, thorium, plutonium, radon dll. Parahnya lagi zat radioaktif ini akan terikut ke dalam abu yang terlepas ke atmosfir (meskipun sudah dipasang filter abu dengan efisiensi paling bagus). Hal ini berbeda dengan PLTN yang zat radioaktifnya terkungkung di dalam material bahan bakar, yang dilapisi dengan kelongsong metal bahan bakar, yang terendam di dalam air, yang terkungkung di dalam bejana tekan metal setebal 30 cm, yang terdapat di dalam containment building yang terbuat dari beton dan metal setebal 1-2 meter (zat radioaktif harus melewati lima lapisan/barier yang terbuat darif baja dan beton sebelum lepas ke lingkungan). Pelepasan zat radioaktif yang terikut ke dalam abu ini akan meningkatkan paparan radiasi di alam. Dari studi yang telah dilakukan oleh oleh NCRP, diperoleh bahwa dosis radiasi per orang yang berada di sekitar PLTU adalah 3 kali lebih besar dari yang diterima jika berada di sekitar PLTN (masing-masing dengan daya 1000 MW). Untuk lebih jelas coba dibaca “Dampak radioaktif penggunaan energi fosil batubara dan energi nuklir di pusat pembangkit listrik”, tulisan Heni Susiati. Jadi sekarang trendnya bergeser. Bukan PLTN, tetapi pembangkit listrik tenaga batubara justru lebih radioaktif dibandingkan PLTN.

    Tertanda,
    Teddy Ardiansyah

  45. U/ pak Teddy: Butuh waktu beberapa generasi bangsa Indonesia untuk meniru berbudaya disiplin dalam kehidupan dan cermat dalam tindakan seperti warga negara maju. Hal itu tercapai ditandai dengan TIDAK TERDAPATNYAnya tulisan JAGALAH KEBERSIHAN disembarang tempat umum, dan SIRAM DENGAN AIR YANG BANYAK pada WC/Kamar Kecil yang dipakai banyak orang. Jadi dengan melongok kamar kecil, kita akan tahu pengguna-penggunanya sudah disiplin atau belum!
    U/ Info Energi:Mungkin maksud Dian Abraham dalam wawancara di Radio Nederland Siaran Indonesia (RANESI) adalah bahwa Teknologi PLTN harus dibeli dari negara lain. Beda dengan teknologi berkaitan batu bara atau minyak, kabarnya Pertamina sudah dapat membuat rancang bangun kilang minyaknya sendiri.

  46. Teddy: Satu-satunya badan internasional
    yang paling obyektif untuk mengatakan bahwa Indonesia siap/tidak untuk membangun PLTN adalah IAEA (terlepas
    dari masalah politis).

    >>  Yang paling berhak untuk mengatakan bahwa Indonesia siap/atau tidak adalah rakyat Indonesia sendiri, bukan BATAN, IAEA dsb.

    Teddy:
    Yang ingin saya katakan adalah capacity
    factor 75% sudah tidak ada untuk reaktor yang sekarang (present)
    .

    >> Mas Tedy, angka 75 persen  masih sangat
    logis. Bahkan berdasarkan data dari buku berjudul “Reference Data Series No. 2: Nuclear Power Reactor in the World” halaman 56 yang diterbitkan IAEA bulan April 2006, rata-rata load factor reaktor yang masih aktif beroperasi hingga tahun 2004 adalah 74.3 persen (76.1 persen untuk jenis PWR, yang akan dibangun di Indonesia).

    ompapang: ….”Sebetulnya PLTN itu juga
    tidak diperlukan oleh Indonesia, sebetulnya Indonesia praktis tidak punya teknologi yang cukup untuk mempunyai PLTN”

    >> Setuju dengan anak kalimat pertama,
    tapi tidak begitu sepakat  dengan anak  kalimat kedua.

    Teddy: Disitu disajikan adanya kestabilan
    pasokan uranium hingga sekitar 2030.

    >> Rencana operasi PLTN 2016, uranium langka mulai 2030, cuma 14 tahun beroperasi?

    Teddy: Hal ini berarti bahwa harga uranium
    menyumbang porsi yang sangat kecil dalam biaya pembangkitan listrik PLTN.
    >> Itu dulu ketika komponen uranium hanya 2%, sekarang sudah tidak sama lagi karena komponen uranium sudah sekitar 20%, artinya dengan  harga uranium saat ini komponen bahan bakar secara keseluruhan bisa mencapai 40%  biaya pembangkitan.

    Teddy: Tetapi anda lupa memasukkan faktor
    carbon tax.
     
    >> Tidak ada  karbon tax yang diwajibkan untuk
    suatu negara. Penerapan karbon tax adalah inisiatif sendiri dari suatu negara sebagai salah satu instrumen untuk membatasi emisi. Kalau suatu Indonesia mau, kita juga bisa merapkan nuclear waste tax koq 🙂

    Teddy: Sedangkan orang Indonesia terlihat
    tidak berani mengambil resiko di dalam melakukan sesuatu.
    >> Kata kuncinya kta tidak/belum butuh PLTN,
    maka kita tidak perlu  ambil resiko untuk sesuatu yang tidak kita butuhkan.

    Teddy: Jadi filipina, meksiko dan brasil jangan dijadikan contoh bagi rencana pembangunan PLTN di Indonesia.
    Filipina punya banyak kemiripan dengan Indonesia, jadi tak ada salahnya kita belajar dari kegagalan mereka.

  47. Oleh karena itulah kita harus meniru budaya mereka yang bagus agar dapat mengoperasikan PLTN dengan baik. Bukannya menolak sama sekali PLTN.

  48. Pak Teddy, kalau pak Teddy mengambil contoh budaya orang dinegara maju dan negara Indonesia yang sedang berkembang saya setuju sekali. Sebab disinilah kuncinya bahwa Indonesia belum siap mempunyai PLTN , yaitu SDM nya belum bisa berbudaya seperti orang negara maju atau Barat.
    Kita ambil contoh cara bertindak,bukan cara berpikir.
    Orang barat tidak membedakan penggunaan tangan antara kiri dan kanan, bahkan untuk kegiatan tertentu misal memberikan barang kepada orang lain mereka pakai tangan kiri dan kanan sama saja. Orang barat berani mengambil risiko demi mendapatkan sesuatu yang diinginkan sudah ditunjukkan oleh kakek moyangnya yang berani mengadakan ekspedisi mengarungi lautan atau gurun pasir dan gunung es kearah timur untuk mencari rempah-rempah, emas dan sutera. Keberanian mereka menghadapi risiko tercermin dari budaya mengupas kulit buah apel, yaitu gerakan pisau waktu mengupas mata pisau yang tajam mengarah pada tubuh/perut mereka, jadi gerakan pisau mendekati tubuh. Ini menunjukkan bahwa mereka dalam mendapatkan yang diinginkan, berani menanggung risiko luka ditubuhnya.
    Berbeda dengan orang Indonesia, mengupas mangga atau apel, gerakan pisau menjauhi tubuh, filosofinya adalah dalam mencari yang diinginkan ( misal rezeki) yag penting keselamatan badan dulu, yaitu dengan cara gerakan mata pisau dijauhkan dari tubuh untuk menghindari kemungkinan tubuh terluka sebagi risiko melakukan pekerjaan mengupas buah (atau mencari rezeki).
    Soal “kehati-hatian” kita juga kalah, hal ini ditunjukkan dalam budaya makan. Misal dalam menyendok sisa kuah
    sup dalam piring makan. Orang barat bila menyendok sisa kuah sup dalam piring makan, mereka memiringkan piring kearah tengah meja sehingga air menjauh dari dada yang sedang makan, baru disendoki kuahnya. Sedang kita memiringkan piring kearah tubuh kita baru menyendoki kuah yang berpotensi tumpah kearah tubuh kita. Jadi jelas kelihatan disini budaya kita yang kurang hati-hati hanya untuk satu pekerjaan menyendoki sisa kuah dalam piring.
    Contoh lain,berlalulintas menggunakan alat transportasi produk negara maju, adakah kita sudah sedisiplin pengguna alat transport itu dinegara asalnya,saya yakin tidak! Apalagi menjalankan reaktor nuklir ….wowww!
    Karena perbedaan budaya inilah yang menyebabkan kita tertinggal jauh dari orang barat, apalagi soal kecermatan kerja, ketepatan waktu, dan keberanian bertanggung jawab atas kesalahan dalam proses pekerjaan dll.
    Jadi selama budaya yang membentuk mental kita tidak sederajat dengan orang barat/negara maju, jangan diharapkan kita dapat mengoperasikan hasil teknologi mereka selaik yang mereka lakukan,termasuk mengoperasikan PLTN.

  49. Makanya ada yang disebut dengan transfer teknologi. Untuk pembangunan PLTN fase pertama, industri nasional di Indonesia diharapkan mampu berperan aktif sebesar 25% (informasi dari PLN (Pak Eden Napitupulu) dan ESDM). Dengan adanya transfer teknologi inilah maka Indonesia diharapkan mampu mempunyai teknologi tersendiri untuk membangun PLTN di masa depan. Segala industri di negara berkembang pastilah dibangun dengan dasar transfer teknologi.
    Ada cerita yang sangat menarik ketika dosen saya belajar S2 dan S3 di luar negeri (eropa). Di eropa ketika ada anak yang menaiki pohon, maka orang tuanya akan bilang “Be careful! (hati-hati)”, tetapi kedua orang tuanya tidak melarang. Sedangkan kalau di Indonesia (orang Indonesia) ketika ada anak yang menaiki pohon maka orang tuanya akan melarang “Awas, nanti jatuh! Cepat turun!”. Dari sini dapat kita lihat perbedaan kultur yang sangat jelas antara orang barat dengan orang Indonesia. Orang barat berani mengambil resiko untuk melakukan sesuatu. Mereka mengetahui kalau segala sesuatu ada resikonya. Tetapi mereka juga paham bahwa kalau segala sesuatu dilakukan dengan benar maka resiko tersebut dapat diminimalisir sekecil mungkin (be careful). Sedangkan orang Indonesia terlihat tidak berani mengambil resiko di dalam melakukan sesuatu. Belum melakukannya saja mereka sudah takut akan dampaknya (awas nanti jatuh, cepat turun). Hal ini juga menandakan bahwa faktor kepercayaan orang Indonesia terhadap orang lain sangat minim. Beberapa minggu yang lalu saya mengikuti seminar Rhenald Kasali dan beliau menceritakan bahwa tanda tangan orang amerika mudah dibaca (tanda tangan sesuai dengan namanya), sedangkan orang indonesia tanda tangannya susah sekali untuk dibaca (bahkan ada tanda tangan yang tidak sesuai dengan namanya). Beliau mengatakan bahwa hal ini menunjukkan kalau rasa kepercayaan orang indonesia terhadap orang lain sangat minim apabila dibandingkan dengan orang amerika (barat). Minimnya rasa kepercayaan terhadap orang lain inilah yang mengakibatkan Indonesia tidak dapat maju. Kalaupun filipina, meksiko dan brasil menutup PLTN mereka, so what gitu loh? Filipina, meksiko dan brasil bukanlah Indonesia. Kita berdaulat terhadap negara kita sendiri. Jadi filipina, meksiko dan brasil jangan dijadikan contoh bagi rencana pembangunan PLTN di Indonesia.

    Tertanda,
    Teddy Ardiansyah, S.T.

  50. Tambahan :
    Menurut Dian Abraham,sekretaris eksekutif MANUSIA / Masyarakat anti nuklir Indonesia ( tentang pembangunan PLTN ): ” Sebetulnya PLTN itu juga tidak diperlukan oleh Indonesia, sebetulnya Indonesia sebetulnya praktis tidak punya teknologi yang cukup untuk mempunyai PLTN”
    (Ctt: cuplikan wawancara oleh Ranesi (Radio Nederland untuk Indonesia), http://www.ranesi.nl )

  51. Pak Teddy, yang saya ceritakan itu terjadi di BATAN Babarsari Yogya, aku juga sudah pernah kesana, temanku yang bercerita tentu saja bukan pembohong, sayang sekarang sudah pensiun. Silahkan cek kebenaran cerita itu. Btw, isteriku juga pernah belajar penggunaan radio isotop untuk pemuliaan tanaman pertanian , bahkan pernah ikut short course mengenai penggunaan radio isotop di Triest, Italy (1982),penyelenggaranya UNESCO. Sayang beliau meninggal tahun 2001 karena kanker otak. Temannya yang juga pernah dikirim ke Triest untuk hal sama juga meninggal karena kanker. Mungkin kanker tersebut akibat terkena radiasi saat dilaboratorium , sebagai resiko pekerjaan peneliti,saya tidak tahu. Yang saya tahu, bila terjadi kecerobohan atau kecelakaan akan ada bahaya radiasi yang tidak dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indera manusia sebagai ancaman kesehatan dan nyawa manusia yang gejalanya tidak dapat diketahui seketika, tetapi beberapa waktu kemudian. Jadi pengalaman pribadi saya mendorong saya untuk mengatakan : “Say no for PLTN.”

  52. Untuk info energi,
    1) Masalah kecelakaan yang sering terjadi di reaktor nuklir. Masalah loss of coolant accident (LOCA) memang adalah masalah serius di dalam reaktor nuklir. Tetapi pertanyaannya adalah apakah LOCA cuma terjadi di reaktor daya saja? Jawabannya tidak. Masalah LOCA juga terjadi di reaktor riset, sehingga penanganannya juga sama. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa secara engineering dan penanganan keselamatan tidak jauh berbeda antara reaktor riset dengan reaktor daya. Memang benar daya yang dihasilkan oleh reaktor daya (PLTN) serta komponen yang terkandung di dalamnya lebih besar dan lebih banyak dibandingkan dengan reaktor riset, tetapi itu bukan berarti bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan dari segi engineering dan safety. Bisa dibilang bahwa reaktor riset adalah bentuk miniatur dari reaktor daya (PLTN).
    2) Mengenai syarat cukup pembangunan PLTN di Indonesia. Satu-satunya badan internasional yang paling obyektif untuk mengatakan bahwa Indonesia siap/tidak untuk membangun PLTN adalah IAEA (terlepas dari masalah politis). Seperti yang sudah saya bilang bahwa IAEA sendiri sudah setuju dan mendukung penuh apabila Indonesia membangun PLTN. Hal ini saya rasa sudah merupakan indikator bahwa Indonesia memang siap untuk membangun PLTN. Kalau anda tidak percaya silakan anda tanya langsung ke IAEA.
    3) Coba anda baca majalah nuclear engineering international edisi 2006. Disitu disajikan adanya kestabilan pasokan uranium hingga sekitar 2030. Saat ini juga Australia sedang menggenjot produksi uraniumnya.
    4) Kalau saya sih lebih condong kepada istilah tempat pembuangan lestari berdasarkan alasan yang sudah saya ceritakan diatas. Kalau anda mau menggunakan istilah final repository ya monggo saja.
    5) Mengenai harga pembangkitan PLTN. Kalaupun harga uranium menanjak dari yang semula $12/lb (2003) menjadi $113/lb (sekarang), kenaikan sebesar 9,4 kali lipat, efeknya pada biaya pembangkitan listrik cuma sekitar 20% saja. Hal ini berarti bahwa harga uranium menyumbang porsi yang sangat kecil dalam biaya pembangkitan listrik PLTN. Coba anda bandingkan apabila hal ini terjadi pada batubara jika biaya pembelian batubara meningkat menjadi 9,4 kali lipat? Satu hal lagi biaya pembangkitan untuk PLTN adalah 6.7 c/kwe-hr, sedangkan biaya pembangkitan batubara adalah 4.2 c/kwe-hr. Tetapi anda lupa memasukkan faktor carbon tax. Jika carbon tax $50/ton carbon, maka biaya pembangkitan untuk batubara adalah 5.4 c/kwe-hr; jika carbon tax $100/ton carbon, maka biaya pembangkitan menjadi 6.6 c/kwe-hr; jika carbon tax $200/ton carbon, maka biaya pembangkitan menjadi 9 c/kwe-hr. Dan saya yakin bahwa dengan adanya pemanasan global dan keengganan amerika dan negara-negara besar untuk mengurangi emisi CO2nya maka biaya carbon tax ini akan terus meningkat sepanjang tahun. Wah kok jadi lebih tinggi daripada nuklir ya?
    6) Capacity factor 75%. Saya tahu itu untuk analisis sensitifitas, karena saya dalam melakukan penelitian juga menggunakan analisis sensitifitas. Yang ingin saya katakan adalah capacity factor 75% sudah tidak ada untuk reaktor yang sekarang (present). Reaktor yang sekarang capacity factornya sekitar 80-85%.
    7) Mengenai permasalahan interkoneksi. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa pulau jawa itu sangat minim dari sumber energi, tetapi menyerap 60-70% dari keseluruhan energi listrik Indonesia. Untuk mengatasinya maka pulau jawa tidak boleh hanya mengandalkan dari pembangkit listrik tenaga batubara yang melimpah dan diekspor dari luar jawa (untuk gas saya agak skeptis karena menurut data PLN cadangan gas kita cuma cukup untuk sekitar 60 tahun), tetapi harus dibackup dengan pembangkit lain yang mampu memenuhi kebutuhan energi yang besar. Dan juga sebagian besar industri yang ada di Indonesia berada di pulau jawa. Masalahnya bukan pada kemudahan mengatasi putusnya kabel secara tekno-ekonomi, tetapi harus diingat bahwa jika terjadi lampu mati maka industri-industri di pulau jawa dapat sangat merugi dan bisa mengakibatkan kekacauan nasional. Kabel bawah laut yang putus tentu saja perlu waktu untuk memperbaikinya. PLTN dibangun di pulau jawa untuk menyediakan energi bagi industri-industri di pulau jawa dan untuk membackup pembangkit listrik tenaga batubara yang ada di pulau jawa (jadi bukan menghilangkan sama sekali peran pembangkit listrik tenaga batubara). Dan harus diingat juga bahwa dengan adanya protokol kyoto dan pemanasan global maka Indonesia perlu membatasi pasokan CO2 dan tentu saja harus membayar pajak karbon (carbon tax).
    Demikian penjelasan saya. Maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan.

    Tertanda,
    Teddy Ardiansyah, S.T.
    Asisten Dosen Program Studi Teknik Nuklir
    Jurusan Teknik Fisika, UGM

  53. Teddy: Justru
    adalah suatu paradoks kalau Indonesia mampu mengontrol
    suatu reaktor nuklir berpengayaan 20%, tetapi tidak mampu mengontrol suatu reaktor nuklir yang berpengayaan 4-5%.

    >> Mas Teddy, tingkat pengayaan bahan bakar bukan faktor paling krusial dalam aspek safety PLTN. Kecelakaan yang paling sering terjadi di PLTN umumnya adalah karena loss of coolant bukan karena tingkat radiasi di dalam reaktor.  Masalah safety  jauh
    lebih kompleks di PLTN daya karena jumlah daya yang dibangkitkan lebih
    besar (10 ribu kali lipat), dengan suhu dan tekanan operasi yang lebih
    besar; jam pengoperasian, jumlah komponen
    dan variabel kontrol juga  jauh lebih
    banyak. Pengelolaan limbah juga lebih beresiko karena tingkat
    radioaktifitas dan volumenya jauh lebih besar (ratusan ribu atau bahkan
    jutaan kali lipat).

    Teddy: Secara
    kondisi kenegaraan mungkin sama, tetapi secara
    profesionalitas penggunaan energi nuklir Indonesia jelas lebih unggul.

    >> Ini bukan masalah siapa yang lebih unggul. Amerika dan
    Russia tempat lahirnya teknologi nuklir saja terjadi kecelakaan.
    Disamping itu institusi riset seperti BATAN tidak bisa begitu saja
    dibandingkan dengan industri nuklir, banyak dimensi yang berbeda.
    Kinerja BATAN hanya merupakan  indikator saja tetapi bukan
    menjadi syarat cukup bagi  keberadaan PLTN di negeri kita.

    Teddy: Saat
    ini terjadi surplus bahan bakar
    uranium di dunia ….

    >> Surplus? Silakan mas Teddy baca tulisan saya berjudul “Spekulasi
    cadangan uranium dan masa depan PLTN
    “.

    Teddy: Mengenai
    istilah penyimpanan limbah lestari. Justru istilah ini lebih tepat jika
    dibandingkan dengan istilah penyimpanan abadi
    .
    >> Bahasa inggrisnya yang saya tahu final
    repository
    , silakan terjemahkan ke bahasa Indonesia.
    Agak janggal saja saja mendengarnya,  ada limbah koq lestari
    🙂

    Teddy: Sedangkan
    tdl di Indonesia yang 6.5 ent/kwh itu sudah disubsidi oleh pemerintah.

    >> Harga jual listrik dari  PLTU,
    PLTGU sekitar 4-6 cent/kWh, artinya biaya pembangkitan kurang dari itu.
    Perhitungan ini dibuat tanpa subsidi. Bahkan untuk PLTPU (yang sedikit
    lebih mahal daripada PLTU dan PLTGU) ada yang menawarkan harga jual
    listrik sebesar 4,5 cent/kWh. Sementara 6,7 sen untuk PLTN itu
    baru harga pembangkitan.

    Teddy: Capacity factor 75% itu untuk tipe
    PLTN yang sudah kuno mas/mbak

    >> Angka 75% itu untuk analisis sensitifitas,
    ini lumrah dalam perhitungan ekonomi agar bisa menghitung tingkat
    resiko. Dan angka itu juga bukan saya yang ngarang tapi
    dari MIT. 

    Teddy: Interkoneksi
    cuma dengan Sumatera tidak akan bisa menyelesaikan kondisi
    defisit listrik di pulau jawa, karena pulau jawa kebutuhan energi
    listrikny sangat tinggi dan akan terus meningkat di tahun-tahun
    mendatang.
     
    >> Betul, interkoneksi nggak bakal menyelesaikan seluruh
    masalah. Tapi kalau hanya menyediakan listrik 5000 MW (setara 5
     PLTN) dan mengatasi/menghindari kabel putus secara
    tekno-ekonomi  juga bukan masalah yang terlalu rumit, apalagi
    secara umum kabel lebih handal dibandingkan saluran udara tegangan
    tinggi.

    Salam, InfoEnergi

  54. Untuk apa sekolah nuklir? Untuk mempelajari ilmunya.

  55. UNTUK APA SEKOLAH NUKLIR?

    *Sarjana Nuklir Berjualan Es Krim *
    >
    > Oleh Dwi Bayu Radius
    >
    > Pemutusan hubungan kerja saat ini menjadi momok yang sangat menakutkan.
    > Selain bisa terjadi kapan saja, pemutusan hubungan kerja juga bisa menimpa
    > siapa saja. Tidak peduli lulusan SMP, SMA, atau bahkan sarjana. Nasib baik
    > yang dulu memayungi dalam sekejap bisa berubah drastis, bahkan ada yang
    > terbalik menjadi tukang tambal ban dan pemulung.
    >
    > Pengalaman getir ini harus dialami R Edy Haryatno Fitriyanto (41). Ketika PT
    > Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung melakukan pemutusan hubungan kerja
    > (PHK) secara besar-besaran terhadap 6.551 karyawannya, Edy Haryatno
    > Fitriyanto termasuk di dalamnya.
    >
    > Sarjana Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada ini tersingkir dari PT DI
    > tahun 2003. Protes dan unjuk rasa tak mampu mengubah keputusan
    > perusahaannya.
    >
    > Berbagai usaha telah dicoba untuk menafkahi keluarganya, mulai dari beternak
    > kelinci, ayam, itik, berjualan rokok, dan keripik singkong. Namun, kerja
    > serabutan tersebut gagal atau tidak memuaskan. Akhirnya, dia memutuskan
    > untuk berjualan es krim di di pusat perbelanjaan Ramayana, Kota Cimahi, Jawa
    > Barat.
    >
    > Edy, yang dulunya bekerja sebagai pemrogram dan pendesain di bagian
    > Engineering Research Development Center PT DI, harus menerima kenyataan ini.
    > Bukan hanya Edy yang membuka usaha ini. Sedikitnya ada tujuh orang mantan
    > karyawan PT DI yang berjualan es krim.
    >
    > Profesi Edy yang dulu penuh dengan kesan teknologi canggih pun kini harus
    > berganti dengan pekerjaan sederhana. Hanya sekali-sekali dia dapat
    > mengaplikasikan ilmunya, seperti saat diminta menangani bidang teknologi
    > informasi di Badan Pengawasan Daerah Kota Sukabumi akhir tahun 2006.
    >
    > Edy tak sendiri. Banyak mantan karyawan PT DI yang melakukan pekerjaan tak
    > sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Mereka harus bekerja serabutan demi
    > menyambung hidup.
    >
    > Pendidikan tinggi dan pengalaman kerja seolah tak dihargai di negeri ini.
    > Tenaga-tenaga terlatih dan sangat langka yang dulu dididik di luar negeri
    > dengan biaya mahal kini tak diperhatikan negara.

  56. Komentar kepada Info Energi mengenai…
    1) Mengenai reaktor riset Kartini. Reaktor riset Kartini dengan reaktor nuklir daya (PLTN) tidaklah berbeda dari segi keteknikan (engineer) maupun dari segi keselamatan yang mengacu kepada standar internasional. Yang dimaksud dengan reaktor riset adalah reaktor nuklir yang panas hasil pembelahannya/reaksi fisinya tidak digunakan untuk menggerakkan turbin, tetapi yang dimanfaatkan adalah netron hasil pembelahan reaksi fisi tersebut. Sedangkan reaktor nuklir daya (PLTN) adalah reaktor nuklir yang panas hasil pembelahannya/reaksi fisinya digunakan untuk menggerakkan turbin-generator untuk menghasilkan listrik. Sebagai informasi, reaktor riset Kartini menggunakan bahan bakar uranium-235 sebesar 20%, itu berarti 4-5 kali lebih besar daripada yang digunakan oleh reaktor nuklir daya (PLTN) yang cuma menggunakan 4-5% U-235. Semakin besar jumlah isotop fisil uranium-235 yang digunakan, maka perisai radiasi yang digunakan juga akan semakin tebal pula. Radiasi yang dipancarkan oleh reaktor Kartini pastilah lebih tinggi daripada yang dipancarkan oleh reaktor daya (PLTN). Justru adalah suatu paradoks kalau Indonesia mampu mengontrol suatu reaktor nuklir berpengayaan 20%, tetapi tidak mampu mengontrol suatu reaktor nuklir yang berpengayaan 4-5%. Dan harap diingat juga bahwa IAEA setiap tahunnya datang ke Indonesia untuk memonitor penggunaan energi nuklir di Indonesia. Kalau IAEA menemukan ketidakprofesionalan di dalam penggunaaan energi nuklir di Indonesia, maka IAEA tidak akan mengijinkan pengoperasian reaktor nuklir riset di Indonesia. Buktinya IAEA malah mengkategorikan Indonesia masuk ke dalam rangking yang terbaik di dalam penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai. Bahkan Indonesia juga menjadi anggota board of governors di IAEA (hal ini tidak akan terjadi jika Indonesia tidak profesional dalam penggunaan energi nuklirnya). Jadi jangan disamakan dengan Filipina dong. Secara kondisi kenegaraan mungkin sama, tetapi secara profesionalitas penggunaan energi nuklir Indonesia jelas lebih unggul. Wong UGM, ITB dan UI saja secara internasional rangkingnya lebih tinggi daripada universitas di Filipina yang paling ngetop.
    2) Mengenai opsi limbah radioaktif. Seperti yang sudah saya tuliskan di postingan saya yang terbaru “Saya rasa mengembalikan bahan bakar radioaktif ke negara asal bukanlah sesuatu yang mustahil, karena ketiga reaktor nuklir riset kita juga mengembalikan bahan bakar bekasnya ke negara asal pembuat bahan bakar tersebut. Kalau saya lihat, kelihatannya opsi ini yang akan dipilih oleh pemerintah Indonesia jika jadi membangun PLTN.” Saat ini terjadi surplus bahan bakar uranium di dunia akibat adanya konversi hulu ledak nuklir menjadi bahan bakar reaktor nuklir. Untuk Indonesia yang belum menguasai teknologi pembuatan dan olah-ulang bahan bakar maka Indonesia justru lebih untung jika membeli bahan bakar nuklir daripada membuatnya sendiri. Untuk saat ini Indonesia tidak perlu terlalu pusing, karena amerika serikat yang memiliki ratusan reaktor nuklir semenjak 40 an, baru akan menaruh limbah radioaktif dari reaktor-reaktor nuklir mereka ke dalam penyimpanan lestari mulai sekitar tahun 2010. Saat ini riset di dunia sedang menyelidiki cara untuk mengurangi kandungan limbah radioaktif dengan menggunakan teknik yang disebut dengan ads (accelerator driven system). Dengan teknik ini maka kandungan limbah radioaktif dapat dikurangi secara signifikan di masa yang akan datang.
    3) Mengenai istilah penyimpanan limbah lestari. Justru istilah ini lebih tepat jika dibandingkan dengan istilah penyimpanan abadi. Karena limbah radioaktif yang sudah dibuang masih bisa diolah-ulang lagi (jadi bukan murni 100% limbah yang tidak bisa dimanfaatkan). Masih banyak mengandung logam-logam yang masih bisa diekstrak kembali.
    4) Untuk biaya listrik. Biaya pembangkitan listrik 6.7 cent/kwh itu sudah murni tanpa subsidi pemerintah. Ingat, murni tanpa subsidi pemerintah.. Sedangkan tdl di Indonesia yang 6.5 ent/kwh itu sudah disubsidi oleh pemerintah. Bayangkan kalo tdl kita tidak disubsidi oleh pemerintah, pasti harganya bisa mencapai kisaran 8-9 cent/kwh. Capacity factor 75% itu untuk tipe PLTN yang sudah kuno mas/mbak (wis kuno cak/ning, jarene wong suroboyo). Reaktor nuklir yang sekarang (present) capacity factornya sudah mencapai kisaran 91% (maksimum), dengan capacity factor rata-rata 80-85%.
    5) Untuk masalah teroris. Memang di Prancis tidak ada Amrozi, tetapi apakah teroris itu cuma Amrozi? Justru negara Eropa adalah negara dengan kelompok-kelompok teroris terbanyak di dunia. Di eropa ada IRA, Basque ETA dll yang semuanya adalah kelompok teroris. Bahkan kelompok teroris ini didirikan oleh orang-orang yang pernah mengenyam pendidikan militer. Amrozi kan belum pernah masuk militer. Justru anda yang lucu, memberikan contoh kok Amrozi. Wong Amrozi sudah ditangkap sama polisi kok.
    6) Wah kayaknya sampeyan belum pernah mengalami lampu mati di pulau jawa ya? Beberapa tahun yang lalu pulau jawa kan lampu mati (blackout) hingga beberapa minggu. Penyebabnya sepele, gara-gara jangkar kapal memutuskan kabel bawah laut. Kalau pulau jawa yang konsumsi listriknya 60-70% dari keseluruhan konsumsi listrik di Indonesia diinterkoneksi dengan kalimantan, maka akibatnya sangat fatal. Kabel interkonensi bawah laut yang putus akibat jangkar bisa mengakibatkan kelumpuhan di pulau jawa dan bahkan kelumpuhan secara secara nasional. Ingat loh mas/mbak, bahwa lalu-lintas kapal di utara pulau jawa itu adalah yang tersibuk di Indonesia. Sehingga probabilitas terjadinya putusnya kabel interkoneksi bawah laut sangat-sangat besar. Interkoneksi cuma dengan Sumatera tidak akan bisa menyelesaikan kondisi defisit listrik di pulau jawa, karena pulau jawa kebutuhan energi listrikny sangat tinggi dan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.

    Sekian dari saya. Maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan.
    Tertanda,
    Teddy Ardiansyah

  57. Rovicky: “Tetapi apakah kita mau mencoba apa tidak, mau belajar mencicipi energi teknologi tinggi apa tidak.”

    >> Pak Dhe, bukannya panas bumi juga energi teknologi tinggi? Kalau mau yang lebih tinggi lagi khan kita bisa nyoba carbon sequestration misalnya. Energi terbarukan di Eropa dan Amerika sekarang nggak kalah high-tech koq dibandingkan energi nuklir. Tuh, Denmark dan Jerman dapat devisa dari ngejual kincir angin.

    Subandri: “Sedangkan penggunaan batu bara malah lebih berbahaya dari pada bahan bakar minyak seperti bensin dan sejenisnya. Batu bara bisa membuat perubahan iklim dan panas bumi yang sangat cepat.”

    >> Batubara memang menyumbang banyak emisi CO2 yang berdampak pada pemanasan global. Tapi untuk Indonesia mengganti PLT batubara dengan nuklir tidak banyak membantu. Kontribusi emisi CO2 Indonesia hanya 1.3 persen emsi dunia, dari angka itu hanya 60 persen dari sektor energi, perkiraan saya, pembangkit listrik hanya menyumbang max 10 persen dari sektor energi. Kalau SEMUA pembangkit Indonesia diganti PLTN hanya mengurangi emisi CO2 di dunia sebesar 0,08 persen. Padahal hukum pasar, kalau diganti PLTN ekspor batubara akan naik, artinya batubara tetap di bakar di negara lain. Kesimpulannya mengganti PLT batubara dg PLTN bukan solusi pengurangan CO2. Bisa juga lihat ulasan saya di artikel dengan judul “Pembatasan emisi karbon yang salah prioritas“.

    Dedi Ganedi: “Bisakah sampah nuklir di cemplungkan dan dilebur didalam lava cair gunung api. Bukankah logam uranium berasal dari perut bumi.”

    >> Mas Dedi kalau sampah nuklir dicemplungkan ke kawah gunung, ya kalau gunungnya meletus malah radioaktifnya nyebar ke mana-mana 🙂

    Teddy Ardiansyah: “Ketika gempa hebat 5,9 SR mengguncang Yogyakarta, reaktor ini tetap tegak berdiri kokoh dan tidak ada sumber radiasi yang bocor ke masyarakat. Ini bukti nyata!”

    >> Mas Teddy bukankah PLTN jauh lebih kompleks dari reaktor RISET Kartini? Kapasitas reaktor yang akan dibangun di Muria khan 10.000 kali lebih besar?

    Rovicky: “Sekarang, memanfaatkan energi nuklir kita juga ga berani. memanfaatkan. Geothermal juga nga pernah ada solusi … Trus piye?”

    >> Pak Dhe mutung ta? Lha kalau Pak Dhe aja mutung trus siapa yang mau mbangun geothermal 🙂

    Teddy Ardiansyah: “Untuk masalah limbah radioaktif, ada tiga opsi yang dapat dipilih oleh Indonesia, yang pertama adalah mengembalikan limbah radioaktif tersebut ke negara asal pembuat bahan bakar nuklir, yang kedua adalah menyimpan sendiri limbah radioaktif tersebut di tempat penyimpanan lestari, dan yang ketiga adalah mengolah ulang limbah radioaktif tersebut untuk dapat dibuat menjadi bahan bakar baru lagi.”

    >> Wah Mas Teddy, kalau ada negara mau nerima limbah nuklir kita kayaknya cuma ada dua kemungkinah deh, pertama, negara tersebut kelewat baik hati; kedua, cari untung, dengan ngambil biaya dari harga jual bahan bakar. Emang berapa sih harga bahan bakar yang mereka tawarkan? Kalau mau disimpan di negeri kita, emang mau ditaruh dimana? Sampai sekarang nggak satu negara di dunia yang udah berhasil nyimpan lho. Amerika udah merogoh kocek hingga 5 Milyar dollar AS, padahal sampai sekarang dibangun aja belum dan masih belum jelas kapan mau jadi. Nah Jepang rencananya malah mau ngeluarin onkos hingga 27 Milyar dollar AS.

    Tempat penyimpanan lestari? Wah pakai istilah lestari itu kesannya bagus banget, padahal tempatnya serem lho … 🙂 Di LN umumnya disebut final repository. Saya ingin usul ke BATAN agar terjemahan Indonesianya adalah “tempat pembuangan limbah abadi/akhir”.

    Teddy Ardiansyah: “Apakah anda pernah ke Prancis Pak? Apakah menurut anda Prancis itu lebih aman dari Indonesia? Jika jawaban bapak Ya, maka berarti Indonesia jauh-jauh lebih aman daripada Prancis.”

    >> Di Perancis ada Amrozi nggak? 🙂

    Rovicky: “Pilipines akhir terpaksa menggunakan nulkir sbg salah satu sumber energinya.”

    >> Pak Dhe, Phlipine memang punya PLTN, tapi nggak pernah beroperasi. Bisa lihat ulasan saya di artikel berjudul “Sisi kelam PLTN di negara berkembang”.

    Teddy Ardiansyah: “Dari hasil penelitian saya didapatkan bahwa biaya siklus bahan bakar PLTN per GWe adalah sekitar 1 cent per kwh. Hasil ini jauh lebih kecil daripada tarif dasar listrik (TDL) di Indonesia yang sekitar 6 cent per kwh.”

    >> Mas Teddy itu khan baru fuel cost, jika investment dan maintenance cost dihitung juga, jatuhnya bisa 6,7 sen Dollar per kWh. Lha itu aja udah diatas TDL. Kalau PLTN-nya sering ngadat dan capacity factor-nya cuma 75 persen biaya pembangkitan bisa naik jadi 7,5 sen Dollar AS, kalau umurnya cuma bisa 25 tahun harganya naik lagi jadi 7,9 sen Dollar AS. Untuk hitung-hitunganya bisa dilihat di laporan yang dibuat MIT (2003), Unif. of California (2004) atau data dari Deutch Bank.

    Teddy Ardiansyah: “Memang benar pesain terdekat dari PLTN adalah pembangkit listrik tenaga batubara (karena biaya pembangkitan listriknya hampir sama). Tetapi yang perlu diingat adalah seberapa lama batubara di Indonesia bisa bertahan?”

    >> Wah kalau mau ngitung secara detail kayaknya butuh pembahasan agak panjang. Tapi secara kasar cadangan batubara kita bukan limiting factor, apalagi sekarang dengan penyempurnaan teknologi transmisi listrik, nggak usah semua batubara digotong ke Jawa. Silakan lihat pembahasan saya di “Interkoneksi Sumatera-Jawa, investasi strategis yang selalu tertunda”.

    Salam,
    InfoEnergi

  58. Wah banyak banget pertanyaannya. Akan coba saya jawab satu-persatu sesuai dengan kemampuan saya.
    Mengenai reaktor Chernobyl dan Three Mile Island.
    Sekali lagi saya tegaskan bahwa desain reaktor nuklir Chernobyl adalah desain reaktor nuklir yang tidak boleh lagi digunakan untuk kalangan sipil (PLTN). Para insinyur nuklir juga tidak sebodoh itu untuk tetap bersikeras menggunakan desain reaktor nuklir yang tidak aman lagi. Oleh karena itu, desain reaktor nuklir yang dibangun di dunia saat ini merupakan desain yang benar-benar baru dengan peningkatan sistem keselamatan dan diawasi secara ketat oleh IAEA. Di dalam membangun suatu reaktor nuklir tidaklah segampang yang kita kira. Perlu ada ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan serta pengawasan-pengawasan yang sangat ketat baik dari badan pengawas nasional (untuk Indonesia diawasi oleh Bapeten) dan badan pengawas internasional (IAEA). Badan pengawas inilah yang menentukan apakah suatu reaktor nukir itu aman untuk dibangun atau tidak. Dari informasi yang saya ketahui, IAEA sudah menyutujui pembangunan PLTN di Indonesia dan sudah menyatakan bahwa daerah Muria itu aman untuk membangun PLTN. Sedangkan untuk kecelakaan di reaktor nuklir Three Mile Island, PA, USA, saya rasa itu adalah contoh dari desain reaktor nuklir yang sangat bagus sekali. Kok bisa? Karena walaupun terjadi kecelakaan yang sangat parah (terjadinya pelelehan teras reaktor), tetapi dosis radiasi yang diterima oleh pekerja dan masyarakat sekitar sangat jauh dibawah ambang batas yang sudah ditetapkan oleh masyarakat internasional. Sebagai tambahan, kecelakaan reaktor nuklir di Jepang beberapa tahun yang lalu dan menewaskan beberapa orang bukanlah disebabkan oleh paparan radiasi, tetapi kematian tersebut disebabkan oleh penyebab non radiasi seperti uap panas yang menyembur dari pipa dsb.
    Mengenai pembiayaan PLTN
    Terus terang saya belum mengetahui secara pasti tentang pembiayaan PLTN yang nantinya akan dibangun di Muria (karena saya bukan orang ekonomi). Tetapi pemerintah rencananya akan membuka tender pada tahun 2008-2009, atau kalau mau lebih jelas bisa ditanyakan langsung kepada Pak Hudi Hastowo, Kepala BATAN yang mungkin lebih mengetahui masalah ini. Sebagai tambahan, saya pernah melakukan penelitian tentang biaya bahan bakar PLTN. Dari hasil penelitian saya didapatkan bahwa biaya siklus bahan bakar PLTN per GWe adalah sekitar 1 cent per kwh. Hasil ini jauh lebih kecil daripada tarif dasar listrik (TDL) di Indonesia yang sekitar 6 cent per kwh. Memang benar pesain terdekat dari PLTN adalah pembangkit listrik tenaga batubara (karena biaya pembangkitan listriknya hampir sama). Tetapi yang perlu diingat adalah seberapa lama batubara di Indonesia bisa bertahan? Dari seminar yang saya ikuti tahun lalu di KPTU yang menghadirkan Pak Eden Napitupulu dari PLN didapatkan data bahwa jika PLTN tidak dibangun maka batubara yang digunakan untuk pembangkit listrik kita bisa bertahan hingga lebih dari 100 tahun. Tetapi permasalahannya adalah pada pasokan batubaranya. Industri nasional kita cuma mampu memasok batubara sekitar 1/5 – 1/10 (kalo saya tidak salah) dari kebutuhan yang dibutuhkan untuk memasok pembangkit listrik tenaga batubara. Parahnya lagi adalah batubara tersebut dipasok dari kalimantan yang jelas membutuhkan biaya transportasi yang tidak sedikit untuk ke pulau jawa. Sebenarnya kalau kita mau jujur, PLTN itu dibangun di pulau jawa karena pulau jawa adalah pulau yang paling banyak menyerap energi listrik di Indonesia (sekitar 60-70% kebutuhan listrik di Indonesia adalah di pulau jawa) dan paling sedikit sumber daya energinya. PLTN itu dibangun agar daerah-daerah lokal, seperti Kalimantan yang kaya sumber batubaranya, mampu menggunakan secara optimal sumber daya alam mereka, bukannya malah dikirim ke pulau jawa untuk memenuhi konsumsi energi penduduk pulau jawa. Kita sebenarnya sebagai orang yang berdomisili di pulau jawa sungguh sangat egois, karena kita paling banyak mengkonsumsi energi tetapi tidak mau bertanggung jawab. Kalau menurut saya, tidak ada suatu solusi yang lain selain energi nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi bagi penduduk di pulau jawa yang sangat besar.
    Untuk petugas yang bekerja di lingkungan radiasi
    Memang benar jika petugas yang bekerja di lingkungan radiasi yang sangat tinggi harus menggunaan baju pelindung radiasi dan jam kerjanya dibatasi. Itu semua dilakukan agar kesehatan pekerja yang bersangkutan tetap aman (bukan untuk membatasi dia bekerja). Memasang baut membutuhkan waktu tiga jam, saya rasa tergantung dari baut yang dipasang. Saran saya kepada mas papang adalah, tolong, sekali lagi tolong anda sendirilah yang mengunjungi BATAN dan berdiskusi dengan pekerja-pekerja BATAN agar anda mengetahui sendiri yang terjadi di sana. Bukannya cuma mendengar cerita-cerita saja dari teman anda (bukannya saya menuduh teman anda adalah pembohong). Toh BATAN tidak menolak ketika anda berkunjung. Karena suatu cerita kebenarannya akan menurun seiring dengan banyaknya orang yang menceritakan cerita tersebut. Sebagai contoh: ketika guru anda menerangkan tentang termodinamika kepada anda, kemudian anda menceritakannya kepada teman anda, maka secara otomatis kualitas penyampaiannya akan berbeda dengan yang disampaikan oleh guru anda.
    Mengenai limbah radioaktif
    Untuk mencuri limbah radioaktif tidaklah segampang yang orang kira, karena tingkat radiasinya sangat tinggi. Limbah radioaktif yang keluar dari reaktor sampai ke pemrosesan akhir selalu dijaga ketat oleh aparat keaman dengan senjata yang sangat lengkap dan canggih. Jadi seorang teroris yang mau mencuri limbah radioaktif berarti dia adalah seorang teroris yang benar-benar jenius karena mampu menembus barikade aparat keamanan dengan persenjataan yang sangat lengkap dan canggih. Hal ini pernah terjadi di Indonesia ketika bahan bakar bekas reaktor Kartini, Yogyakarta dikirim ke Serpong (waktu itu dikawal oleh sekitar satu kompi aparat brimob dengan persenjataan lengkap dari Yogya sampai serpong). Dan kalaupun memang bisa tercuri, tidaklah mudah untuk memisahkan plutonium dari bahan bakar bekas. Diperlukan peralatan yang sangat banyak, canggih, besar dan diperlukan juga perisai radiasi. Oleh karena itulah, teknologi ini termasuk teknologi yang sangat sensitif (tidak dibocorkan/rahasia) dan hanya dimiliki oleh negara-negara maju. Sedangkan teroris kebanyakan dari negara berkembang yang akses ke teknologi tinggi (apalagi rahasia) sangat terbatas.
    Untuk opsi pengolahan limbah radioaktif
    Saya rasa mengembalikan bahan bakar radioaktif ke negara asal bukanlah sesuatu yang mustahil, karena ketiga reaktor nuklir riset kita juga mengembalikan bahan bakar bekasnya ke negara asal pembuat bahan bakar tersebut. Kalau saya lihat, kelihatannya opsi ini yang akan dipilih oleh pemerintah Indonesia jika jadi membangun PLTN.
    Untuk sdm
    Saya rasa sdm kita sudah memadai jika PLTN jadi dibangun, karena sdm kita sudah disiapkan semenjak tahun 50-an oleh pak karno. Bahkan pada dekade 70-an sdm-sdm kita malah dikirim ke Korea Selatan untuk mengajari ahli-ahli Korea Selatan tentang energi nuklir. Kenapa kok bisa begitu? Karena adanya pola pembinaan dan pengawasan yang bagus oleh pak karno dan awal pemerintahan pak harto. Saya yakin dengan pola pembinaan dan pengawasan yang bagus maka Indonesia siap dengan pembangunan PLTN.
    Keputusan pemerintah
    Memang pemerintah harus berpihak kepada rakyat dan saya yakin bahwa segala keputusan pemerintah adalah untuk kesejahteraan rakyat. Apakah keputusan pemerintah membangun PLTN adalah keputusan politis? Saya tidak tahu, karena saya tidak berkecimpung di dunia politis. Saya cumalah seorang asisten dosen teknik nuklir. Satu hal lagi, opsi nuklir untuk pemenuhan energi listrik nasional adalah cuma sekitar 2-4% saja dan memang dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di pulau jawa yang sangat besar.
    Demikian yang bisa saya jawab. Maaf bila ada kekurangan

    Tertanda,
    Teddy Ardiansyah

  59. Kalo ada opsi menggunakan energi terbarukan, kenapa harus PLTN?
    Sebaliknya, kalo PLTN sudah terbukti, kenapa harus riset energi terbarukan?
    Bingung kan??? 😀

    Kenapa juga takut sama batubara, kan CO2 nya bisa ditangkap sama teknologi penangkap CO2 yang katanya terus disuntikkan ke dalam bumi untuk memperbanyak volume gas bumi…
    Btw, ada gak yang bisa jelaskan tentang teknologi ini? plus minusnya mungkin…

    Repotnya ngomong teknologi di Indonesia ya seperti ini, meski diskusi sudah dengan obyektif dan saling memahami plus minus masing-masing opsi, tetep aja gak ada keputusan…. Wong gak ada UUD (ujung-ujungnya duit) nya 😀

  60. Ketakutan PLTN sering berkembang menjadi paranoid. Tidak bisa dipungkiri bahayanya. Walaupun scr statitsik kecil tapi ketakutan baha nuklirlah yg menjadikan pltn tidak dinegara2 yg akan mencoba termasuk Indonesia. Pilipine mungkin contoh negara yg mirip indonesia kalau dilihat dari pendidikan manusianya. Korupsinyapun telah mengalahkan indonesia, ttp pilipines tdk memiliki energi lain seperti gas dan batubara. Pilipines akhir terpaksa menggunakan nulkir sbg salah satu sumber energinya.

    Namun perlu diketahui juga segala sesuatu yg ditakutkan juga tidak terjadi sampai saat ini. Akibat gempa juga tidak terlihat. Kalau gempa jepang tentunya berbeda penanganannya dengan pilipines atau indonesia. Shg jepang bukan analog yg pas.

    Pilipines juga kesulitan duwik dan juga politik amburadul. Tapi masih memanfaatkan PLTN dengan baik.

    PLTN bukan sekedar masalah duwik atau ekonomi. PLTN lebih bernuansa keputusan strategis dengan embel2 politis yg kental. Karena keputusannya akan mempengaruhi nilai kepopuleran si penguasa.

    Selama byar-pet masih ditolerir dan ma belum menganggu jalannya negara, maka perubahan atau pemanfaatan elternatif non migas masih terbatas wacana.

  61. betul, saya sudah cek, muahal banget tu PLTN, ga cocok buat keuangan kita yang empas-empis gini. Pak RIrawan dan Ompapang maksudnya kali kite ini ga usah buru2. Negara kite masih kaya sumber energi lain, ya itu dululah yang digarap. Ga perlu sok2 an anggep diri orang udah makmur ato kepinteran. 50 tahun lagi, kalo mimpi gnp kita gede udah kesampaian dan generasi kite udah pada bisa disiplin, barulah bikin PLTN. Sekarang ini disogok 1 juta dolar, antri yang mau nyolongin uranium. Ya ga, bapak2 dan ibu2?

  62. wah..wah.. ko jadi menyeramkan gini yah ceritanya… 😦
    dari semua coments diatas saya jadi terpengaruh juga neeh…
    jadi gimana dong? kan sekarang batan sedang jalan proyek pltn nya, dan ga mungkin berhenti kan?.. udah di plot lokasinya di muria itu kan.. saya juga sudah lihat analisa geologi & struktur geologi daerahnya dari teman yg kebetulan ikut serta disana, kalau kata dia sih daerahnya relatif aman dari gempa.. tapi setelah baca coment2 diatas jadi kepikiran nih nanti dampaknya…. hmmfff… 😦

  63. Kisah menguatirkan dari pengalaman ompapang belum seberapa. Daftar ketakutkan dan kepiluan yang dialami banyak orang tak berdosa akibat kehadiran PLTN di wilayah pemukiman dan tempat kerja sangat banyak, sehingga parlemen Jerman memutuskan untuk tidak lagi membangun PLTN baru dan bertahap menutup PLTN yang terlanjur ada.
    Pada tragedi Chernobyl, pemerintah UniSovjet mengirim ribuan pekerja ke sana dan semuanya tewas. Chernobyl terletak di wilayah Ukraina yang luas dan minim penduduk, sehingga cuma 9300 yang tewas dan 350 ribu penduduk harus mengungsi. Tetapi kejadian dengan skala sama jika terjadi di Gunung Muria mengharuskan 70 juta orang Jawa Tengah dan Jawa Timur mengungsi.

  64. Pak Bay 7. kotoran sapi (juga manusia sebagai limbah padat kota) dapat dipakai sebagai sumber bioenergi dengan diproses didalam bangunan penampung yang disebut “digester”. Di Brazil, ahlinya adalah seorang wanita :Prof.Dr. Egle Novaes Teixeira Msc,Dipl SE. dari Universitas Campina Sao Paulo.
    Silahkan cari pake google.
    Di Atambua, sebuah pastoran /misi Katolik saat ini juga sedang akan membangun percontohan “digester” untuk memanfaatkan bioenergi dari kotoran sapi yang banyak didapat disana (didaerah terpencil.)

  65. katanya ada ya sumber energi dari kotoran hewan (khususnya sapi) yang limbahnya bisa di buat pupuk???

  66. Nyambung sedikit lagi pak Teddy,
    Ada yang ingin saya komentari, meskipun diluar konteks, namun dapat menjadi penting dalam urusan nuklir ini. Tapi sebelumnya saya minta maaf sebesar-besarnya dulu, tiada niat saya untuk mencerca, selain hanya berbagi pendapat.
    Saya galau atas pernyataan pak Teddy: “Tergantung nanti mana yang menjadi keputusan pemerintah Indonesia.”
    Kalau praja atau alumni STPDN saya tidak heran. Tetapi bila kalangan intelektuel yang tumbuh dari kampus bernuasa demokrasi, maka saya mengharapkan keberpihakan pada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, yang memilih pemerintah, yang berhak mengatakan apa yang seyogyanya atau bahkan harus dikerjakan oleh pemerintah. Apalagi di jaman modern yang komplex ini, tidak mungkin pemerintah ngerti semua urusan, tetapi pemerintah dipilih diantara yang paling bijak, mampu mengkoordinir dan memilih yang terbaik diantara kehendak rakyat, lalu melaksanakannya. Bisa runyam, jika nuklir dibangun demi selera dan gengsi pemerintah, yang main dituruti sebagai hak pemerintah oleh kalangan terdidiknya.
    Sekali lagi mohon maaf.

  67. Pak Teddy, cerita itu saya dapat belasan tahun yang lalu dari orang Batan, kebetulan saya banyak punya teman di BATAN, ada yang dari MIPA,Pertanian,Teknik Mesin dll , bahkan salah seorang sahabat saya dari MIPA (seangkatan Dr Budi Santosa menantu HB IX) meninggal pada usia muda karena kanker paru, yang mungkin akibat radiasi. Kalau hidup ia mungkin sekarang berumur 62 tahun. Bapak bisa bertanya tentang sahabat saya itu kepada janda almarhum yang sekarang masih hidup.Saya dengar sejak sahabat saya meninggal, semua pegawai Batan diberi tunjangan radiasi dengan besaran berjenjang menurut jarak dengan pusat radiasi.Misal operator reaktor tunjangan radiasi paling besar, sedang satpam yang ada dipintu gerbang tunjangannya paling kecil. Gara-gara tunjangan radiasi inipun pernah seorang pejabat Batan disidangkan dipengadilan belasan tahun yang lalu. Dan biar Bapak percaya, saya juga mendapat cerita kalau petugas pemasangan alat dalam ruang yang intensitas radio aktif tinggi, disamping dilengkapi pakaian pelindung juga dibatasi waktunya dalam sekian menit ( bukan sekian jam) dan dilengkapi alat pengukur radiasi,sehingga kalau jumlahnya melebihi angka tertentu, ybs tidak boleh bertugas diruang beradiasi untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena itu untuk memasang satu baut saja kadang-kadang membutuhkan waktu lebih dari satu jam, karena seorang petugas tidak boleh berlama-lama diruang beradiasi tinggi.
    Untuk melindungi masyarakat sekitar reaktor Batan, 30 tahun yang lalu pernah dilakukan pemerikasaan air sumur penduduk pada radius 5 km sekitar reaktor. Kebetulan saya ketemu petugasnya, katanya untuk mendeteksi bila terjadi pencemaran radio aktif. Tetapi sejak saat itu kok tidak pernah ada lagi pemeriksaan /pengambilan sample air sumur penduduk disekitar reaktor Batan. Sebetulnya saya bisa bercerita lebih banyak tentang Batan, tetapi dengan cerita tersebut saya harap Bapak bisa mempercayai kebenaran yang ada dalam cerita saya. Saya memang tidak dapat membuktikan cerita itu sungguh-sungguh atau rekaan, karena cerita itu saya dapatkan dari teman yang bekerja di Batan dan saya sendiri bukan orang Batan.Tapi saya bukanlah tipe Pak Banjir atau Baron von Munhaussen tokoh pembual tempo doeloe. Hanya itu yang dapat saya katakan.

  68. Gak apa pak Teddy, saya malah berterima kasih, bila anda bantu saya menanggalkan kesalahan. Namun lebih dulu saya minta maaf, kalau terpaksa saya agak tajam membantah, sebab soal ini penting buat masa depan bangsa. Jangan sampai kita lakukan kesalahan yang tidak disengaja, betapapun baik tujuannya, tapi mewariskan beban berat bagi beberapa generasi di kemudian hari.

    Argumen-argumen anda memuat bobot kualitatif, yang mengandung kebenaran, bahwa pemanfaatan energi nuklir banyak sisi keunggulannya. Tapi passionasi ke satu pilihan, misalnya “setuju”, hendaknya didukung dengan penggalian data-data sebanyak mungkin dan seakurat mungkin dari wilayah sebaliknya, sehingga tidak terlalu berat sebelah. Misalnya, batubara tidaklah seburuk itu, karena muatan energinya 23-29 MJ/Kg atau 6,39-8,06 Kwh/Kg, sehingga 50 Kg batubara dengan effisiensi 50% saja bisa memasok listrik untuk lampu 1 watt selama 20 tahun!

    PLTN dunia dibangun besar-besaran sejak awal 1970-an, terutama gara-gara embargo minyak timteng 1973 yang menaikkan harga minyak dari US$2 ke US$32. Sebanyak 200 Gw berhasil dibangun dalam 10 tahun hingga 1980, terutama di Perancis yang miskin sumber energi fosil. Tetapi dunia kaget ketika menyadari bahayanya, sehingga dalam 25 tahun berikutnya sampai sekarang hanya bertambah 70 Gw saja, itupun akibat expansi ambisius China dan India. Di balik itu, sesungguhnya lebih 2/3 dari proyek-proyek PLTN yang sudah berjalan pembangunannya sejak 1970 dibatalkan sampai sekarang!

    Umat manusia disadarkan atas bahaya PLTN yang terdiri atas resiko kecelakaan, radiasi dan sampah radioaktif (belakangan ditambah dengan target ancaman terorisme), ketika reaktor PLTN swasta di ThreeMileIsland di Amerika lepas kontrol dan membara pada 28 Maret 1979, yang menimbulkan kepanikan luar biasa dan beaya sosial-ekonomi yang sangat besar. Berikutnya Chernobyl di UniSovjet 26 April 1986 yang baru diperingati kemarin membunuh 9300 orang akibat kanker dan mengusir 350 ribu orang mengungsi. Seluruh petugas tentara dan pemadam kebakaran yang dikerahkan meninggal kena radiasi. Awan radioaktifnya mencemari udara hingga ribuan Km sampai ke Turki dan Inggris. Kedua kecelakaan besar itu tetap terjadi, meskipun sudah ada pelajaran dari kebakaran yang sebelumnya terjadi di Windscale-Inggris 10 Oktober 1957 dan Mayak-UniSovjet 29 September 1957 yang menimbulkan pencemaran radioaktif hebat di daerah sekitarnya, seketika membunuh ratusan orang dan penyakit akibat radioaktif pada setengah juta orang, tetapi dipercaya telah memberikan pengetahuan berharga untuk mencegah kecelakaan pada PLTN yang lain.

    Aduh pak Teddy, kog gampang dengan 3 opsi penanganan limbah PLTN? Dikirim ke negara asal/pemasok uranium? Mereka sendiri kepusingan harus menyimpan 10000 tahun hingga benar-benar aman (US EPA-Standard). Kalaupun diproses (actinides removal) dengan beaya yang sangat mahal untuk diamankan sendiri, toh masih berbahaya hingga 300 tahun. Diolah ulang untuk dijadikan bahan bakar baru lagi? Apa ini realistis? Reaktor pembiakannya belum ada yang mau jual. Perancis (7%) dan Inggris bikin untuk dipakai sendiri atau dalam tahap pengembangan dengan biaya yang sangat mahal. Apa Batan bikin sendiri? Dan limbah-limbah PLTN inipun masih menjadi target teroris dan sabotasi. Sampai sekarang masih terus bermunculan penyakit-penyakit jenis mutasi sel akibat berdekatan dengan PLTN (NCI-study: 16 types of cancer, over 900000 cancer deaths in counties near nuclear facilities).
    Nah, urusan pelik soal limbah inilah yang diprotes gencar oleh mereka yang sadar atas resiko, yang tidak sebanding dengan manfaatnya.

    Soal perbandingan ekonomisnya apalagi. Lebih murah itu hanya terjadi di Perancis dengan pembangunan masal PLTN, tetapi itu 3 dekade lalu. Amerika sekarang menunda pembangunan PLTN baru adalah lebih disebabkan alasan ekonomis (Brookings Institution) daripada takut kecelakaan atau teror. Harga mesinnya tok adalah US$ 1000-1300 (tanpa mark up tentunya) per Kw tergantung teknologi yang dipilih. Statistik menunjukkan, biaya operasi (bahan bakar + perawatan) adalah sebanding anatara PLTN dan pembangkit batubara. Di Amerika asuransi menyediakan dana US$ 10 milyar untuk jaminan keamanan PLTN, selebihnya ditanggung negara. Di Indonesia, asuransi mana yang bersedia? Jadi harus 100% negara atau 220 juta penduduknya.

    Kebijakan tiap negara tentang PLTN memang berbeda-beda. Swedia, Belanda, Spanyol, Jerman dan Belgia menetapkan undang-undang, tidak akan membangun PLTN baru dan bertahap menutup PLTN yang terlanjur ada. Denmark, Norwegia, Austria, Irlandia dan Australia tidak memiliki PLTN dan undang-undangnya tegas melarang pembangunannya. Swiss, Inggris, Armenia, Hongaria, Slovenia dan Mexiko memiliki PLTN, tetapi menyatakan tidak akan memperluasnya.

    Seperti telah dikemukakan ompapang, bila kita mau realistis, memahami kondisi umum SDM kita, maka kita akan mengerti kenapa PLN kita sering byar-pet, kenapa kilang2 kita sering macet supply BBM hingga antri dimana-mana, kenapa kecelakaan pesawat/kapal,/KA sangat sering terjadi. Lumpur lapindo pun sudah hampir 1 tahun malah tidak keruan. Maka berharap pada juara-juara olimpiade saat ini baru bisa di republik BBM atau tunggu 1 generasi lagi.

    Sementara ini dulu pak Teddy. Sudah sangat panjang. Mohon maaf, sebenarnya saya tidak ingin kelewat pedas. Namun ini demi anak-cucu, jangan sampai tanah air yang subur dan kaya sumber energi ini (beda dengan Perancis) menjadi tempat yang menakutkan. Tetapi saya siap ditunjukkan kalau ada yang salah dan siap pula mendukung anda, kalau saya sudah yakin.

  69. Kepada mas papang,
    Untuk masalah reaktor nuklir kapal selam memang ada sedikit perbedaan dengan reaktor nuklir untuk sipil (PLTN). Reaktor nuklir di kapal selam memang dibuat dengan sekompak mungkin karena keterbatasan ruang. Karena keterbatasan ruang itulah maka agar dapat mencapai kekritisan (reaksi fisinya mampu berkelanjutan dan menghasilkan daya) reaktor nuklir di kapal selam harus mempunyai pengayaan uranium yang sangat tinggi sekali. Keterbatasan ruang ini bukanlah kendala bagi reaktor nuklir sipil (PLTN), sehingga reaktor sipil umumnya ukurannya lebih besar dari reaktor kapal selam, tetapi dengan pengayaan bahan bakar yang lebih sedikit. Sebagai ilustrasi sederhana adalah kompor briket batubara. Bila kita menginginkan kompor tersebut menjadi kompak ukurannya, maka salah satunya adalah dengan meningkatkan densitas batubara yang digunakan sebagai bahan bakar.
    Mengenai human error.
    Probabilitas terjadinya human error memang selalu ada. Probabilitas ini tidak bisa dibuat nol (ingat hukum ketidaktentuan Heisenberg). Probabilitas ini selalu ada, walaupun kemungkinannya sangat sangat kecil sekali (tetapi tetap tidak bisa nol). Probabilitas human error tidak hanya terjadi di industri nuklir, tetapi juga di setiap industri lainnya di seluruh dunia bahkan di setiap kehidupan kita. Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah membuat probabilitas terjadinya kesalahan menjadi sekecil mungkin secara masuk akal. Salah satu cara untuk mengurangi human error adalah dengan peraturan dan pengawasan yang ketat. Saya ingin menanyakan kepada anda. Apakah sistem pendidikan di Indonesia itu bagus? Kalau anda menjawab tidak maka selanjutnya saya mau bertanya lagi. Kalau sistem pendidikan Indonesia tidak bagus, kenapa Indonesia mampu menjadi juara umum Olimpiade Fisika Internasional? Bukan karena mereka pintar fisika, tetapi karena adanya pola pembinaan, peraturan dan pengawasan yang ketat yang menyebabkan Indonesia menjadi juara olimpiade fisika. Kita tidak bisa menggeneralisir bahwa jika sesuatu hal itu jelek maka segalanya itu pasti jelek. Saya yakin jika peraturan dan pengawasannya ketat maka human error itu bisa diperkecil. Dan itu sudah dibuktikan oleh Yohannes Surya dengan pola pembinaan dan pengawasan beliau yang ketat terhadap siswa-siswa yang mengikuti olimpiade fisika.
    Untuk cerita peneliti yang ceroboh (saya tidak tahu apakah ini sungguhan atau tidak karena belum saya konfirmasi. Coba tolong anda konfirmasi siapa nama orangnya agar saya bisa mengontak beliau). Semisal jika hal itu memang benar, maka bahan radioaktif cair yang tumpah memang harus dipel, tetapi dengan zat pembersih (radiowash) yang berbeda dengan yang digunakan untuk mengepel rumah. Detektor radioaktif yang berbunyi justru menunjukkan keprofesionalan kita dalam mengelola zat radioaktif. Coba anda bayangkan andaikata detektor itu tidak berbunyi. Akibatnya malah lebih parah lagi jika zat radioaktif itu sampai lolos dari instansi. Bisa-bisa zat radioaktif itu menempel, tertelan atau terhirup masuk ke dalam tubuh. Sejauh pengetahuan saya ketika berkali-kali berkunjung ke batan dan melakukan penelitian di sana adalah tidak pernah sekalipun saya menggunakan sepatu pribadi jika memasuki instansi/laboratorium yang tingkat radioaktifitasnya tinggi. Ketika kita memasuki instansi/laboratorium dengan tingkat radioaktifitas tinggi, maka kita diharuskan menggunakan pelindung radioaktif untuk sepatu kita atau kita harus menaruh sepatu kita di tempat yang aman dan berganti menggunakan sepatu yang memang didesain untuk lingkungan radioaktif. Jadi sepatu pribadi kita tetap aman tidak terkontaminasi zat radioaktif. Kalau anda tidak percaya, cobalah anda mengunjungi Puspiptek BATAN di Serpong, Tangerang atau ke reaktor Kartini, di BATAN Yogyakarta.
    Soal pot bunga radioaktif, saya agak skeptis dengan penjelasan anda, karena saya memang belum mengkonfirmasi sendiri apakah hal itu memang benar terjadi atau tidak (bukan maksud saya menuduh yang bukan-bukan kepada anda). Segala hal itu harus dikonfirmasi agar tidak terjadi kesalapahaman. Sejauh pengetahuan saya, untuk percobaan yang menggunakan pembakaran sampel hingga menjadi abu dilakukan di ruangan tertutup agar abunya tidak keluar dan mencemari daerah sekitar (apalagi abu radioaktif). Jadi kalau anda mengatakan ada abu radioaktif yang menempel di pot bunga, saya malah tidak yakin dengan penjelasan anda. Oleh karena itulah, saran saya adalah cobalah anda mengunjungi sendiri BATAN agar anda melihat secara langsung bagaimana para peneliti-peneliti BATAN bekerja.
    Sekian dari saya. Maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan.
    Tertanda.
    Teddy Ardiansyah, S.T.

  70. Pak Teddy,aku baca di buku “An introduction to Energy Conversion” Vol.2,karangan V Kadambi & Manohar Prasad, ada contoh soal untuk generator kapal selam nuklir dengan out put sebesar 5 Mw, kok membutuhkan uranium natural U 235 sebesar 962,8 kg/tahun yang setara dengan minyak diesel (solar) 11.940 ton/tahun. Kalau untuk PLTN 1000 Mw kok hanya 30 ton/tahun. Kok sedikit sekali ya ? Kok nggak 200 ton/tahun atau katakan 100 ton/tahun, toh hukum kekekalan masa dan tenaga berlaku disini. Bagaimana pak?
    –Saya pernah lihat rekaman kecelakaan Chernobyl di TV, katanya karena human error. Berhubung di Indonesia setiap ada kecelakaan transportasi atau industri,kebanyakan penyebabnya adalah human error, dan human error itu sendiri adalah karena dari sononya SDM Indonesia umumnya kurang teliti (correct), sedikit sekali yang berjiwa perfeksionis, dan sistem penggajian pegawai/karyawan yang jauh dibawah gaji pegawai negara – negara maju bahkan tunjangan radiasi di instalasi nuklir masih jauh dibawah tunjangan hakim,DPR ataupun pegawai Departemen keuangan yang setingkat kepangkatan dan tanggung jawabnya, maka adakah JAMINAN bahwa tak akan terjadi kecelakaan di PLTN akibat human error.
    –Sebagai ilustrasi kecerobohan peneliti yang nota bene adalah ahli, dapat diceritakan sbb: Ini sungguhan, disuatu instalasi nuklir Batan, pernah terjadi seorang peneliti Pertanian, menumpahkan air mengandung radio aktif dilantai koridor. Air tumpah tersebut hanya di pel oleh petugas kebersihan, akibatnya waktu jam kerja habis dan karyawan mau pulang, detektor radioaktif (geigercounter) dipintu keluar berbunyi berkali-kali. Ternyata banyak telapak sepatu tercemar radio aktif, jadilah pegawai & peneliti pulang tanpa sepatu, padahal ada sepatu yang baru seminggu dipakai masuk kantor , mahal lagi.
    Juga diinstansi yang sama, pot bunga hiasan dilingkungan laboratorium mengeluarkan signal radio aktif yang ditangkap detektor. Setelah diperiksa ternyata abu hasil pembakaran bangkai tikus percobaan radio aktif. Harusnya peneliti yang ahli tahu bahwa radio aktif tidak dapat hilang oleh proses pembakaran.
    Demikian gambaran SDM Indonesia dibidang nuklir, siapa berani jamin para operator PLTN dengan gaji tak memadahi dapat bekerja tanpa keteledoran yang fatal ? Safety first !!

  71. Maaf Pak Irawan, saya rasa anda agak sedikit keliru. Membangun PLTN memang modal awalnya tinggi dibandingkan PLT konvensional, tetapi harus diingat bahwa biaya pembangunan suatu pembangkit listrik tidak hanya dilihat dari modal awalnya saja tetapi harus secara keseluruhan hingga waktu hidup pembangkit. Dan dari makalah yang pernah saya baca, secara total keseluruhan biaya untuk membangun PLTN itu lebih rendah daripada PLT konvensional. Untuk masalah limbah radioaktif, ada tiga opsi yang dapat dipilih oleh Indonesia, yang pertama adalah mengembalikan limbah radioaktif tersebut ke negara asal pembuat bahan bakar nuklir, yang kedua adalah menyimpan sendiri limbah radioaktif tersebut di tempat penyimpanan lestari, dan yang ketiga adalah mengolah ulang limbah radioaktif tersebut untuk dapat dibuat menjadi bahan bakar baru lagi. Tergantung nanti mana yang menjadi keputusan pemerintah Indonesia.
    Anda juga mengatakan bahwa dengan adanya PLTN maka lalu-lintas bahan radioaktif menjadi meningkat. Saya rasa anda juga keliru, karena lalu-lintas bahan bakar uranium hanya terjadi setiap 3 tahun sekali. Karena setiap bahan bakar reaktor nuklir mengalami pergantian rata-rata tiap 3 tahun sekali. Lalu-lintas limbah radioaktif juga setiap 5-10 tahun sekali (jika tanpa olah ulang), karena harus menunggu limbah radioaktif tersebut meluruh hingga tingkat aman. Tiap 3 tahun sekali, dibutuhkan pasokan sekitar 30 ton bahan bakar uranium untuk memasok sebuah PLTN 1000 MW. Justru lalu-lintas bahan bakar PLT konvensional-lah yang akan meningkat jika Indonesia terlalu bertumpu pada PLT konvensional. Karena PLT konvensional setiap beberapa hari sekali harus diisi ulang dengan bahan bakar baru yang berton-ton jumlahnya. Saya juga pernah membaca di National Geographic, kalau saya tidak salah, bahwa dibutuhkan 50 kg batubara untuk menyalakan lampu sebesar 1 watt.
    Anda juga mengatakan bahwa ketakutan orang akan semakin meningkat jika Indonesia membangun PLTN. Seakan-akan ketakutan orang untuk datang ke Indonesia disebabkan oleh PLTN. Saya rasa itu cuma pendapat anda saja. Apakah anda pernah ke Prancis Pak? Apakah menurut anda Prancis itu lebih aman dari Indonesia? Jika jawaban bapak Ya, maka berarti Indonesia jauh-jauh lebih aman daripada Prancis. Karena apa? Percaya atau tidak, sekitar 80% pasokan energi listrik di Prancis berasal dari PLTN. Toh itu tidak membuat orang phobia dengan Prancis. Sedangkan Indonesia, cuma 2-4% berasal dari PLTN (rencana pemerintah hingga 2025).
    Anda juga mengatakan bahwa negara-negara maju menutup PLTN yang ada. Itu memang benar, karena PLTN-PLTN tersebut memang masa hidupnya sudah habis (sudah tua) dan harus diganti dengan PLTN-PLTN yang baru. Kalau anda membaca berita terakhir, amerika serikat saat ini bekerjasama dengan Jepang untuk membangun beberapa PLTN-PLTN baru di amerika serikat. Jadi tidaklah benar kalau negara-negara maju mengurangi PLTN. Justru mereka setiap tahunnya tetap membangun PLTN-PLTN baru (memang dengan frekuensi yang tidak sebesar sebelumnya), tetapi mereka tetap membangun PLTN.
    Sekian dari saya. Maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan.

  72. Mungkin saja om, suatu ketika simulasi itu menjadi nyata. Kekekalan energi terbukti selalu mutlak dan tidak pernah berubah pada keadaan yang terus simetris. Namun, andaikan kesimetrisan itu tidak tetap pada pergeseran waktu atau ruang (salah satu contoh sederhana, misalnya, gravitasi berubah dari waktu ke waktu yang berakibat pula pada perubahan energi potensial), maka runtuhlah hukum kekekalan energi itu. Metateoremanya pak Herman mungkin bisa menjelaskan ini. Atau barangkali menarik pula disimak teorinya seorang begawati fisika hebat 1 abad lalu, Emmy Noether. dengan formula matematiknya yang luar biasa.
    Apa yang ompapang pikirkan di atas ini merupakan varian ketidaksimetrisan momentum gerak rotasi, sehingga energi bisa muncul dari ketiadaan.

  73. Terima kasih pak R Irawan, sebagai tambahan saya sudah pernah membuat simulasi komputer untuk penyearahan gaya bolak-balik dalam 3 derajat kebebasan, kalau mesin mobil menurut saya piston dan engkolnya bergerak dalam 2 derajat kebebasan.Hasil simulasi penyearahan gaya ini saya pakai untuk simulasi penguat daya mekanis, yang menghasilkan performance mesin mirip motor listrik asinkron, dimana pada putaran tertentu (putaran sinkron) , momen torsi/torque menjadi =0,sehingga putaran tidak dapat bertambah. Jadi pembebanan dilakukan sepeti motor asinkron,yaitu pada putaran dibawah putaran sinkron.
    Saya juga menyadari kalau hasil simulasi ini bertentangan dengan hukum kekekalan tenaga atau hukum termodinamika. Jadi kalau ada yang tidak percaya saya juga bisa menerimanya. Nanti kalau ada yang dapat merealisir khayalan ini mungkin teka-teki bisa tidaknya mesin ini bekerja ini dapat terjawab.

  74. Percaya om. Kalau saya tidak salah mengartikan, mesin mobil saat inipun bekerja menyearahkan gerakan bolak balik, mirip dengan 4 diode pada rectifier bridge yang berfungsi fullwave, tetapi gaya (force) pada mesin mobil cuma quarterwave, bahkan 1/8 wave pada 4 takt.
    Namun betapapun, berlaku hukum konservasi energi, bahwa output maximum daya searah adalah jumlah dari produkt vektor gaya dikali masing-masing lintasannya per satuan waktu.

  75. Pak R Irawan, percaya nggak kalau gaya bolak-balik dapat disearahkan dengan penyearah gaya (FORCE RECTIFIER) seperti listrik bolak-balik (AC) yang disearahkan secara fullwave dengan 4 dioda silicon dalam rangkaian bridge.

  76. Om, di segala alat mekanis, sayanganya faktor penguat daya selalu lebih kecil 1. Sebab di semesta ini, energi tidak bisa diciptakan atau dimusnakan, melainkan hanya bisa dipindahkan atau dikonversikan.

  77. pak Dhe, aku pernah posted khayalanku sebagai alternatif sumber energi yang mungkin paling bersih dan berisiko kueciiil sekali, yaitu PENGUAT DAYA MESIN (MECHANICAL POWER AMPLIFIER). Sebagai tambahan informasi , urutan prosesnya adalah mensuplai daya kecil kedalam mesin melalui poros input untuk membangkitkan gaya bolak-balik, gaya bolak-balik diubah menjadi gaya searah , membentuk momen torsi (torque) dengan sepasang kopel gaya hasil penyearahan, kemudian memetik/memanfaatkan daya keluar yang jauh lebih besar dari daya masuk pada putaran (rpm) poros keluar yang dikehendaki berdasar rumus : N (PK) = M (kg-cm) X n (rpm) /71620 dan terakhir mem feedback kan sebagian kecil daya keluar untuk dipakai sebagai daya masuk. ( Ctt: Daya masuk seluruhnya menjadi panas gesekan didalam mesin.Konstruksi bentuk luar mesin seperti kotak transmisi. Perbandingan daya keluar :daya masuk = faktor penguatan daya (power amplification factor) jauh lebih besar dari satu.
    Pertanyaannya : Mungkinkah??

  78. Wah … jadi ruwet.
    Begini deh …
    dulu: berjejer urusan lebih primer … eh, malah bikin industri canggih pesawat terbang (argumennya: murahan bikin daripada beli, 1 pesawat = sekian tons beras, trigger effect, dll, dll) …
    sekarang: tukang bikin pesawatnya demo minta pesangon … uangnya sudah habis, diganti utang … trilyunan sudah habis untuk beli mesin pembuat pesawat … maka sekarang tidak mampu beli pesawat yang baru … dan orang-orang luar memblacklist penerbangan Indonesia sebagai paling tidak aman …
    wah, makin rumet …

  79. “It is easy to kill a seed than to see it growth”

    Aku pikir kita masih terlalu phobia dengan Nuklir dan Gempa. Belum lagi ga tau limbahnya 😦
    Impian PLTNuklir kok masih zaauh 😦

    Dahulu ketika negara2 eropa memanfaatkan hutannya untuk mmebangun kota dan menjual produk kayu, Indonesia masih belum apa-apa.
    Ketika hutan habis kita diminta menjaganya.

    Dahulu ketika batubara dipakai untuk sumber energi kita juga belum apa-apa
    Ketika batubara dianggap encemari, kita tidak bisa menjualnya

    Dahulu ketika minyak menjadi sumber energi, kita menjualnya tanpa memanfaatkan dengan optimum.
    Ketika sekarang ribut emisi karbon, kita ngga tahu mau pakai apa lagi .. ???

    Sekarang, memanfaatkan energi nuklir kita juga ga berani. memanfaatkan
    Geothermal juga nga pernah ada solusi …
    Trus piye ?

  80. Tidak bertumpu pada satu jenis sumber energi, ini benar dan harus, terutama yang terbarukan. Tetapi nuklir? Tidak! Itu pendapat saya.
    Tiada satupun alasan rasionil untuk membangun reaktor nuklir di Indonesia, manakala negara-negara maju menutup PLTN-PLTN yang sudah ada, kenapa justru kita di sini mau membangunnya?
    Biaya pembangunannya lebih mahal daripada PLT-konvensional, padahal dana kita terbatas. Keuntungan dari biaya bahan bakar yang lebih murah tidak bakal cukup sebagai kompensasi untuk biaya pengamanan, software dan SDM yang jauh lebih mahal, pemeliharaan peralatan yang jauh lebih mahal, ketergantungan impor yang tinggi, biaya sosial/asuransi, biaya politik (ketakutan massal, perdebatan, protes, demo, pencapaian konsensus, dll). Indonesia masih sangat cukup memiliki sumber energi konvensional dan makin banyak bisa ditangani oleh tenaga dalam negeri.
    Di sisi lain, akibat adanya PLTN, maka lalu lintas bahan radioaktif meningkat drastis, baik untuk bahan baku uranium maupun sampahnya. Orang akan makin takut ke Indonesia. Sebab bukan pesawat terbangnya saja yang tidak aman. Di abad 21 ini belum pernah 1 tahunpun Indonesia sepi dari ledakan bom.

  81. Kalau menurut saya, untuk mengatasi krisis energi di Indonesia tidak harus bertumpu pada satu sumber energi saja. Tetapi semua sumber energi yang ada harus digunakan semaksimal mungkin, mulai dari migas dan non-migas. Energi nuklir saat ini bisa dikatakan sebagai energi transisi dari energi yang tidak terbarukan menuju ke energi terbarukan. Kalau bicara soal resiko/bahaya, saya rasa semua hal pasti mengandung resiko/bahaya. Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah meminimalisir resiko/bahaya tersebut. Jadi bukan hanya nuklir yang mengandung bahaya. Energi batubara, gas, geothermal dll juga sama.
    Kemudian sejauh yang aku tahu, reaktor nuklir yang digunakan di Chernobyl sudah tidak boleh lagi digunakan di dunia. Jadi kalau Indonesia mau membangun reaktor nuklir, reaktor nuklir yang dibangun tipenya jelas berbeda dengan yang digunakan di Chernobyl. Dan juga sebelum kita membangun reaktor nuklir, kita harus melewati peraturan-peraturan yang digariskan oleh IAEA (internasional) dan BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional). Tipe reaktor nuklir yang akan dibangun nantinya adalah reaktor nuklir yang sudah mapan teknologinya dan keselamatannya, seperti yang digunakan di Jepang dengan meminimalisir peran manusia/human interface. Reaktor nuklir yang akan dibangun oleh Indonesia nantinya berada di Ujung Lemah Abang, Jepara. Kenapa? Karena dari studi yang dilakukan oleh IAEA bekerjasama dengan BATAN pada tahun 1970 hingga tahun 2000an (sekitar 30 tahun), dari sekian tapak/site yang ada di Indonesia, daerah Lemah Abang-lah yang paling aman. Kalau anda ingin bukti nyata, tengoklah Reaktor Kartini yang ada di BATAN Yogyakarta. Ketika gempa hebat 5,9 SR mengguncang Yogyakarta, reaktor ini tetap tegak berdiri kokoh dan tidak ada sumber radiasi yang bocor ke masyarakat. Ini bukti nyata! Satu hal lagi, reaktor Kartini merupakan reaktor nuklir asli buatan orang Indonesia. Made In Indonesia, Man! IAEA setiap tahun juga memberikan peringkat bagi negara-negara di dunia tentang keamanan penggunaan energi nuklir yang mereka miliki, dan setiap tahunnya Indonesia selalu memiliki peringkat/raport yang sangat bagus diantara negara-negara asia tenggara di dalam penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai. Jadi kalau ada orang yang bertanya kepada saya apakah Indonesia siap untuk membangun reaktor nuklir, maka saya dengan lantang dan tegas mengatakan: SIAP!

  82. Pak Dhe yth,

    Apa pendapat anda mengenai altenatif energi Nuklir versus Geothermal ? Mengingat di Indonesia mempunyai jalur/sabuk gunung api yang aktif. Kalau boleh tahu kenapa di Bali banyak diprotes sich ?

    Kebutuhan energi yang terbanyak saat ini di Indonesia khan kalau di-peta-ni ya buat transportasi dan listrik. Sehingga mungkin energi geothermal bisa menjadikan salah satu alternatif yang mungkin harus dikembangkan dan dilirik.

    Sedangkan untuk Indonesia, dari beberapa sumber informasi cadangan gas kita masih belum dioptimalkan.

    Mohon tanggapannya. He….3x 🙂

    JAWAB
    –> Tommy J Sunarta
    Memang di Indonesia ini banyak sekali sumber energi, saya menuliskan dahulu disini
    Geothermal yg diprotes di Bedugul, Bali itu diprotes karena pertentangan masalah adat dan keyakinan, jadi bukan sekedar tehnis saja.

    Memang geothermal ini yg bikin gemes, soalnya secara tehnis sudah visible dan environment friendy. Hanya masalah ekonomi dan peraturan pemerintah saja yang mesti ada enforcement utk lebih menggiatkannya.

  83. Bagi negara maju, energi fosil tidak menguntungkan untuk di ekspor/dijual. Lebih menguntungkan jika dimanfaatkan di negara sendiri untuk meningkatkan kemajuan dalam bidang ekonomi, sains dan teknologi, untuk kesejahteraan rakyatnya.

    Indonesia seharusnya tidak menjual minyak, gas, dan batubara. Energi itu seharusnya digunakan untuk memproduksi barang-barang ekspor dan mesin-mesin dan peralatan yang digunakan untuk kemajuan bangsa.

    Saatnya diskusi ilmiah dan penelitian untuk melawan/meredam radiasi nuklir. Masalahnya ini lebih berbahaya daripada lumpur Lapindo.

    Bisakah sampah nuklir di cemplungkan dan dilebur didalam lava cair gunung api. Bukankah logam uranium berasal dari perut bumi.

  84. Salam kenal semua,
    kalo boleh saya menyampaikan opini mengenai energi nuklir ini. dari banyak fakta, energi ini cukup membantu bagi terlaksanya kebutuhan energi di negara-negara maju. namun demikian, untuk level negara berkembang, seperti Indonesia misalnya, mungkin ada baiknya kita harus kaji ulang secara matang. hal ini perlu, karena penggunaan nuklir antara manfaat dan kerugiannya akan sangat signifikan perbedaannya. mungkin, manfaatnya, krisis energi negara kita kan teratasi, namun apakah kita dapat menjamin kerugian yang ditimbulkan apabila reaktor nuklir itu bocor?
    pendapat saya hanya sedehana. kalau selama ini rangkaian rel kereta selalu kecolongan baut dan sekrupnya diambil oknum-oknum, atau kejadian robohnya menara jaringan listrik di Kalsel-Kalteng, bukan tidak mungkin, para oknum yang tidak bertanggungjawab akan kembali membobol jaringan reaktor nuklir negeri kita. kesadaran untuk tidak “mengambil” yang bukan miliknya dirasakan masih belum maksimal. yang saya takutkan, kalau reaktor nuklir bocor, maka semua menanggung akibatnya. kecelakaan kereta tergelincir rel karena ada sambungan yang lepas akibat bautnya hilang, sudah sering kita dengar. padahal kita semua tidak mau dengar kejadian yang lebih membahayakan dari itu lagi.
    oleh karena itu, perlu bagi kita semua untuk lebih mempertimbangkan kesiapan warga kita terhadap energi nuklir, agar tidak terjadi penyesalan nantinya.

  85. Buat IM, Perpetual engine sebetulnya sudah dibuat oleh Bhaskara(orang India ) tahun 1150, hampir 9 abad yang lalu.
    Kalau pengin tahu lebih banyak lihat saja di Wikipedia. Tapi yang di Wikipedia belum ada pembahasan tentang “Mechanical Power Amplifier(MPA)”, lha wong itu cuma khayalannya ompapang. Tetapi kalau ompapang boleh cerita, MPA itu seperti kotak tranmisi yang mempunyai poros input dan poros out put. Poros out put menghasilkan daya yang berasal dari momen torsi (torque) X kecepatan sudut. Poros input menerima daya input dari motor yang misal digerakkan dengan baterai. semua daya input ini akan berubah menjadi panas gesekan (friction),sesuai dengan Hukum termodinamika kedua. Walaupun sudah menjadi panas gesekan semua, putaran poros input itu menghasilkan gaya bolak balik pada poros kedua. Gaya bolak balik ini oleh poros ketiga,keempat sampai dengan poros ke delapan disearahkan dalam rangkaian mesin/mekanik yang disebut penyearah gaya ( FORCE RECTIFIER). Sesudah disearahkan menjadi dua gaya yang berlawanan arah dalam satu kopel lengan gaya yang melekat pada poros out put, maka didapat daya out put yang keluar dari poros out put tersebut.Adapun daya outputnya tergantung momen torsi yang timbul dilengan gaya tersebut dan juga kecepatan yang dikehendaki. MPA ini dapat dibuat bertingkat banyak sesuai kebutuhan. Jadi dapat saja motor penggerak wiper mobil atau power window yang 12 V 3 A itu dipakai sebagai input MPA ang bertingkat banyak (misal 6), sehingga power out put bisa menghasilkan daya 5 Megawatt. Fantastis bukan?
    Sebagai gambaran, motor bakar jenis twin cam, mempunyai
    poros pokok 3 bila pakai timing belt atau rantai, yang terdiri atas poros engkol dan 2 camshaft(noken as). Paling banyak motor bakar punya poros pokok 5 termasuk poros engkol.Tetapi MPA ini supaya dapat bekerja membutuhkan 14 poros dengan 3 derajat kebebasan (3 degree of freedom) untuk pergerakkannya, sangat berbeda dengan motor bakar atau diesel yang bergerak dalam 2 derajat kebebasan. Gerakan poros dalam MPA meniru gerakan bulan dan bumi terhadap matahari.Kalau mesin ini dapat direalisir, dijamin tak ada kebisingan dijalan raya dan udara tambah bersih,tak ada hujan asam dsb serta tak ada bahaya kecelakaan radiasi radio aktif. Sekian dulu ya dongeng ompapang untuk anak anak.

  86. hi all,
    mau ikutan nimbrung boleh ga?
    saya sedang mo nulis paper soal nuklir sebagai sumber energi alternatif menggantikan batubara dan migas… maunya sih ngeliat kasus di Indonesia…kalo lihat di Jepang, PLTN udah mapan banget, dan kayaknya (so far, dan setau saya…jadi barangkali nggak akurat) nggak ada masalah. Listrik jarang (nggak pernah) mati/byar pet…terang benderang setiap saat. Dan ketakutan akan kejadian chernobyl terulang di Jepang nggak ada (biasanya ibu2 RT yang vokal di Jepang kalo soal beginian..)…juga mereka (sekali lagi kayaknya) nggak mempermasalahkan nuklir dengan gempa (yang udah langganannya Jepang). Jadi, kalo dibandingin ama Indonesia (yang saya yakin banyak orang pinternya soal ini), kenapa ya jadi kontroversial banget isu PLTN Muria? Kalo menurut saya, mungkin ya itu, SDM dan etos kerja kita yang bikin orang cenderung skeptis soal rencana ini. Soalnya nuklir kan menuntut disiplin dan kecermatan yang tinggi, biar nggak ada kebocoran dan kecelakaan… kalo ngebandingin orang jepang dan indonesia sih… hmmm… 😛

    just my humble opinion anyway…

  87. Nuklir.

    Kalau di beberapa negara maju sudah mulai meninggalkan nuklir sebagai sumber energi, mengapa Indonesia malah seperti “tergopoh-gopoh” mempopulerkannya?

    Soalnya, yang maju kan kaya, dan bisa membeli listrik dari negara tetanggnya yg jualan listrik dari nuklir.
    (Kalau tidak salah Jerman, yang membeli dari Perancis).

  88. Sumber energi dari air?

    Ada… Ada kok, itu ada di film…. ^_^
    Pernah nonton di TV, tapi lupa judulnya, jalan cerintanya juga 😦

    Tapi intinya, melibatkan plasma. (Air di mana ya perannya ?)
    Setelah itu, dibikin agar bisa muncul resonansi, yang semain lama semakin membesar, dan hasil resonansi ini yang dipakai untuk membangkitkan energi.
    (Tapi kalau tidak salah, percobaan itu gagal, dan ledakannya setara dg bom hidrogen).

    Sekali lagi, itu di film.

    Air sebagai sumber energi?

    Bisa, dan kita punya banyak.
    Air garam dengan diberi anoda dan katoda, pada keduanya akan mengalirkan arus seperti halnya aki. Lha, Indonesia punya sumber air garam yang berlimpah dengan sedemikian panjangnya garis pantai.

    Tapi, kalau air aki setelah tegangannya habis, struktur kimiawinya berubah, maka kalau bikin aki air garam di laut, apa pengaruhnya ke lingkungan ya?

  89. hmmm… gitu yah..
    semoga aman deh kalo gitu.. n berguna buat indonesia.. aminn.. 🙂

  90. Aku pernah nanya ama orang BATAN, katanya 1 kg nuklir = 1.000 ton batubara, dan nuklir aman loh, malah pas pameran teknologi di pontianak beberapa bulan lalu dia bawa yellow cakenya loh…

    Cman memang ada banyak prosedur dan aturan dunia yang mesti di selesaikan untuk penggunaan energi ini.

    BTW cadangan Uranium di Provinsi ku Kalimantan Barat cukup besar bahkan BATAN sudah puluhan tahun nonkrong disini. Aku harap energi nuklir bisa segera dimanfaatkan, karena sudah sangat mendesak. 2 hari sekali mati lampu, maklum aja 100% pembangkit yang ada di Kalbar pake solar semua, mahal man, 1 liter = 3 kWH dan 1 kWH = Rp. 500,- jadi sampai kapanpun ya tekor… (1 liter = Rp. 6.500,-)

    Di jepang PLTN dibangun di pinggir pantai tempat rekreasi orang loh, n aman2 aja tuh, jadi apa yang mesti ditakuti?

  91. Hi Gian
    Negara mana yang paling sering gempa ? jawabnya JEPANG
    Negara yang sepertiga energinya menggunakan nuklir ? jawabnya juga JEPANG

    Ah, Indonesia kan bukan Jepang :p

  92. Energi fosil, seharusnya sudah saatnya “dikotakkan”, karena selain berketerbatasan, juga menimbulkan masalah –> meningkatnya gas rumah kaca. Nuklir pun sumber uranium/radioaktif lainnya apa ga’ terbatas? Kecelakaan reaktor nuklir, wowww … apa ga’ nggegirisi?!!?

    Banyak sumber alternatif yang aman, kenapa seolah orang masih males-malesan mengembangkan teknologinya. Bukannya gak bisa lho, lha piye … masalahnya “nglirik juga kagak”. Kuyakin karena indo-manusia ini masih bisa bermanja dengan bahan bakar fosil tadi. Coba nanti, jika sudah sampai pada super krisis.

    Angin, gelombang laut, dan matahari mungkin yang paling “awet” di Indonesia. Kalau memang Indonesia banyak gempa bumi, ya nanti kita bikin aja PLTGB. Syukur jika bisa “nangkep” petir, kan bisa dijadiin sumber listrik tuh (PLTP). Atau kita pelihara belut listrik aja ya (PLTB) … hehe hehe. Protes, gemes, … lawong aku sendiri tiap harinya masih sowan ke SPBU. Piye … piye …. mboh ra wiruh ~~^–

    Ompapang,
    Perpetual Engine, konsep dari mana tu Om? Ide hebat! Andai masih berupa ide pun, yang kayak gini ni harus kuceritakan ke anak-anak. Biar mereka juga mulai mikir.
    Jika ada cara mengamplifikasi daya, mimpikah kita bisa menjalankan mesin besar mungkin hanya bertenaga baterai atau mungkin hanya dengan “per” seperti arloji umumnya jaman dulu.

  93. hmmm… kalo pengeboran lapindo aja pas ada gempa bisa sangat fatal akibatnya.. gimana dengan reaktor nuklir? indonesia khan salah satu negara dengan seimisitas tektonik yg tinggi… apa yakin bisa aman? mana tempatnya di jawa lagi… kalau di kalimantan masih mungkin lebih aman lah… itu menurut si sayah…. 😐 piss ah..

  94. Iran dan Irak kan gudangnya cerdik pandai, bahkan peradaban manusia berasal dari Mesopotamia, Irak sekarang. Manusia pertama Adam dan Hawa katanya juga berasal dari daerah sana.Jadi kita nggak perlu merasa malu kalah dalam hal teknologi terhadap Iran. Kita terlalu dimanja oleh alam tropis yang banyak hujan dan sinar matahari,subur makmur,gemah ripah loh jinawi. Bahkan sekarang diketemukan banyak kekayaan sumberdaya mineral diperut bumi Indonesia, belum kekayaan dilaut, yang makin menambah kita makin terlena. Besok kalau tanah Indonesia sudah jadi gurun semua, mungkin kita baru malu dengan Iran.

  95. masa kalah sama Iran?

  96. maksudnya muatan listrik dari halilintar

  97. Menurut legenda, dijaman dulu Ki Ageng Sela yang makamnya dekat Bledug Kuwu Purwodadi semasa masih hidup sudah dapat menangkap Petir, tetapi belum dapat menyimpan energinya, mungkin anak cucunya sekarang dapat mengembangkannya dengan menyimpan dalam kondensor raksasa. Tetapi masalah yang timbul adalah mengisi kondensor butuh waktu dalam mili detik, sedang waktu yang diperlukan petir untuk meloncat jauh lebih singkat yaitu dalam mikro detik. Misal jarak antara awan yang bermuatan listrik positip dan negatip s = 1 km, maka waktu yang diperlukan t = 1:150.000 = 6,7 mikro detik. Apapun bentuk alat penampung muatan listrik, waktu yang diperlukan untuk pengisian mesti lebih lama dari waktu untuk pengosongan.

  98. Aku punya energi alternatif yang lain.(Petir/Halilintar)
    Dalam sebuah rangkaian listrik sering terdapat komponen yang mampu menyimpan arus listrik(kondensor/kapasitor) bagaimana jika muatan listrik ini disimpan pada sebuah alat yang berfungsi mirip kondensor(Kondensor fusion).berikut sedikit spesifikasi muatan listrik halilintar.
    1.Suhu yang dilewati petir 10.000 derajat celsius
    2.Cahaya yang dikeluarkan petir 10juta bola lampu pijar berdaya 100watt.
    3.Kecepatan petir 150.000km/detik setengah dari kec.cahaya.
    4.Petir menghasilkan arus rata-rata 20.000 amper
    Energi yang dilepaskan satu sambaran listrik lebih besar daripada seluruh pembangkit tenaga listrik di Amerika,dalam satu sambaran petir energinya dapat menyalakan bola lampu yang berdaya 100watt selama 3 bulan.Bandingkanlah klo terjadi hujan berapa banyak petir yang terjadi, berapa banyak energi yang bisa kita dapat.

  99. Energi nuklir sangat baik sekali untuk dikembangkan, namun untuk beberapa hal yang negatif mungkin bisa membuat tidak tidur dimalam hari. Nuklir sangat bagus sekali dan indonesia dalam hal ini mungkin tidak memerlukan bahan baku, kalau bahan baku ini bisa digali dan dimanfaatkan sebaik mungkin.

    Sedangkan penggunaan batu bara malah lebih berbahaya dari pada bahan bakar minyak seperti bensin dan sejenisnya. Batu bara bisa membuat perubahan iklim dan panas bumi yang sangat cepat.

    Kalau saya mah nggak mau hidup dalam belanga yang dipanasi.

  100. –> Ompapang
    Mechanical power Amplifier … hmm menarik kedengerannya. Ini mungkin mirip logika TOA … itutuh speaker dengan menggunakan corong dengan kelengkungan khusus dn khas itu ya ?
    Dahulu dikampungku kalau adzan cuman pakai corong itu saja tanpa tenaga listrik. Tetapi ada yang bilang itu hanyalah focusing energy getaran (suara) sehingga suara asli dari mulut dapat menjangkau jarak yang cukup jauh.
    “Pepertual engine” ini masih blunder hingga hari ini dinyatakan bersalah karena “melanggar” hukum thermodinamika pertama dan kedua. Mboh hakimnya sapa ya 😛

    –> Wadehel
    Emang ini masalah politik yg perlu dukungan ?
    Mencoba dan memanfaatkan sumber energi nuklir bukan masalah dukung-menolak, Hel. Tetapi apakah kita mau mencoba apa tidak, mau belajar mencicipi energi teknologi tinggi apa tidak.
    Gitu aja

  101. Mnurut saya energi nuklir bisa jadi alternatif energi yang baik, ASAL bisa dimanage dengan baik. Kalo di tangan orang Indonesia kok saya agak skeptis ya? Masalahnya kalau ada kesalahan sdikit pun bisa terjadi nuclear meltdown ala chernobyl di rusia sana.
    Alternatif yang lain adalah tenaga angin. Selain ramah lingkungan energi yang dihasilkan juga cukup besar. Di AS sana tenaga angin lumayan gencar dibisniskan lho.

  102. “ditakut-takuti” ???

    Pak Dhe serius dukung energi nuklir ya?

  103. Pak Dhe,” perpetual engine” sekarang masih menjadi KHAYALAN, karena dipandang tidak sesuai dengan Hukum Kekekalan Tenaga, tetapi dikemudian hari kalau ada yang ternyata mampu menciptakan “perpetual engine” yang dapat diproduksi untuk daya dari kelas micro hingga giga watt ,mungkin akan menggeser peran bahan bakar fosil (termasuk BATUBARA) dan NUKLIR. Menurut saya bila ahli teknik mesin sudah dapat menciptakan “MECHANICAL POWER AMPLIFIER” (Penguat daya mekanik), dimana ada input yang lebih kecil dari output power sehingga menghasilkan AMPLIFICATION FACTOR atau GAIN FACTOR lebih besar dari 1,0 (SATU KOMA NOL) atau bahkan 10,0 atau 1000 %, maka terciptalah “PERPETUAL ENGINE” atau mesin abadi yang tidak butuh bahan bakar, karena sebagian dari power output dapat di FEEDBACK kan menjadi input.
    Sekarang ahli mesin baru dapat menciptakan KOTAK TRANSMISI ( KOTAK VERSNELLING) yang cara kerjanya mirip TRANSFORMATOR dalam teknik listrik, jadi belum bisa membuat mesin yang cara kerjanya mirip AUDIO POWER AMPLIFIER yaitu ada output yang jauh lebih besar dari inputnya. Dalam Kotak transmisi input outputnya berupa putaran dan momen torsi, sedang pada trafo input outputnya berupa kuat arus(amper) dan tegangan(voltase). Adapun prinsip kerja kotak transmisi dan trafo tersebut masih sesuai denga hukum kekekalan tenaga, dimana outputnya lebih kecil atau maksimum sama dengan outputnya.

  104. Di Indonesia kita memang mempunyai batubara yang berlimpah, tapi butuh penelitian agar tidak mencemari udara, nah ini menjadi tantangan bagi lembaga2 penelitian , selain itu kita punya banyak sumber energi panas bumi yang belum terolah semua, dan tak akan pernah habis seperti batubara. Juga tenaga arus sungai, angin, matahari, ombak laut…. semua perlu biaya penelitian yang cukup besar dan pemerintah harus menyisihkan biaya untuk itu. Tenaga nuklir masih belum ditemukan yang aman lingkungan.

  105. –> Teguh,
    KOMPOR AIR mBANYUMAS
    Setahu saya, kompor ciptaan wong mBanyumas bukan melulu bahan bakar air, tetapi dicampur air (0.1 liter) dan minyak tanah (1 liter). Sebelum dinyalakan diberi pemanas dulu supaya campuran minyak tanah dan air menjadi uap. Uap campuran inilah yang akhirnya dibakar.

    Nah yang menarik adalah bagaimana panas dari uap campuran ini, apakah semakin panas dari kompor biasa atau justru mendingin. Kenapa justru tidak harus sangat panas ? Ini disesuaikan dengan kebutuhan.
    Seingatku kompor minyak tanah memilki efisiensi energi yang sangat rendah. Artinya, banyak energi yang terbuang, bisa saja karena panas yang terbuang dan “mungkin” pembakarannya tidak sempurna. Mungkin saja penggunaan air sebagai pencampur inilah yang berperan dalam “mengontrol” besar kecilnya suhu yang dihasilkan disesuaikan dengan kebutuhan.
    Kompor untuk memasak air dan menggoreng, hanya membutuhkan suhu/panas yang relatif rendah dibandingkan untuk memanaskan batubata atau membakar keramik misalnya.
    Dengan demikian dugaan saya fungsi air disini bukan sebagai bahan bakar tetapi sebagai alat pengontrol kebutuhan suhu dan atau meningkatkan efisiensi pembakaran .

    Disini menariknya, menarik untuk juga dilakukan penelitian yang serius dengan numerik, ataupun empiris bisa saja dilakukan. Sehingga efisiensinya bisa ditingkatkan, misal campurannya, fase pemanasan (penguapannya) dll.

  106. eh… di Banyuman ada yg menemukan Kompor dengan bahan bakar air. Bisa nyala lho..

    Kayaknya prospeknya bagus….

Tinggalkan komentar