Adabtable well design and unsolved mystery ?


It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survives. It is the one that is the most adaptable to change.”
Charles Darwin

Dalam membuat rancangan sumur atau sebut saja lebih umum sebagai “well design” sebuah sumur pemboran dikerjakan oleh Drilling Enginner (DE). Kata-kata diatas haruslah diresapi dan dimengerti oleh para drilling engineer ini. Melakukan pengeboran yg dilakukan driller dilapangan bukanlah sekedar melakukan semua yg sudah dirancang oleh Drilling Engineer di kantor yg dikerjakan dua-tiga bulan atau bahkan setahun sebelumnya. Seperti pengedara kendaraan yang diminta membawa penumpang ke tujuan yg sudah ditentukan, tetapi harus mampu menghindari jurang serta lubang dijalan yang licin.
Geologist dan geophysicist (G&G) yang bagus akan memberikan angka toleransi-toleransi serta ketidak pastian yg ada, yg mungkin ditemui nantinya selama pengeboran. Kapan menjumpai batupasir, kapan menembus patahan, kapan menembus batuan bertekanan rendah, juga kapan bertekanan tinggi. Semua angka yg dikeluarkan oleh G&G bukanlah angka mati yg sudah pasti. Semua angka itu hanyalah hasil perkiraan terbaik mereka, namun harus lengkap dengan ketidak pastiannya. Ketidak-pastian itu melingkupi baik akurasi serta presisi. Menganggap angka-angka G&G itu sebagai angka mati dan eksak bisa jadi dianggap merupakan kealpaan. Driller sebagai eksekutor dilapangan yg menganggap apa yg sudah ada di drilling program sebagai suatu SOP harus dilakukan eksak juga bukan hal tepat dan mengarah ke kecerobohan.

Berita yg terbaca di Media-media yg berseliweran barangkali semua ada benarnya. Drilling operasinya sudah dilakukan seperti apa yg ada dalam well design yg distujui sebelumnya. Namun apakah kondisi bawah permukaan yg jauuh didalam sana mengikuti apa yg dipikirkan geologist-geophysicist (G&G) ? Padahal kita tahu bahwa well design tentunya dibuat mengikuti interpretasi G&G ini.
Menghitung dengan akurasi dan presissi yg baik merupakan tugas G&G, disertai dengan angka ketidakpastian. Ada general rule namun jangan lupakan local rule. Membuat well design yg efisien dan hemat itu hanyalah salah satu tugas Drilling engineer. Namun design yg tepat haruslah memperhitungkan kestidakpastian. DE merupakan jembatan antara G&G dan Driller dilapangan, yang harus mengerti keduanya. Adabtable design mungkin adalah cara yg tepat untuk segala urusan dengan alam.

Beradaptasi dengan kondisi dan situasi yg dijumpai selama operasi itu mesti dimiliki oleh driller. Saya kira, mungkin saja driller dilapangan tidak melanggar well-design yg sudah dirancang. Drilling Engineer juga merancang sesuai data dari G&G. Sangat mungkin bahwa G&G yg sudah berpengalaman inipun sudah mengikuti kaidah ilmiah ketika menginterpretasikan data. Namun kalau hanya menyerahkan karena kondisi alam jelas bukan tindakan bijaksana.

Do we learnt ?

Bebrapa catatan untuk didaerah sekitar ini tercatat :
– Ada indikasi “paleo collapse” yg berhubungan dengan shallow section yg mengindikasi “very critical mechanical condition” dibawah sana namun kemungkinan utk bagian diatas target.
Kodeco has lost their well and change the surface location. Padahal masih di kedalaman kurang dari 1500 ft.
Santos pernah mengalami BlowOut ketika masih pada kedalaman 409 meter

(just become an unsolved natural mystery).

7 Tanggapan

  1. […] lainnya juga harus memperhitungkan ketidak pastian ini dengan yang saya tuliskan sebelumnya sebagai adabtable design. Misal: Jenis batuan yang dijumpai, tekanan batuannya, berat lumpur, serta program casing, cementing […]

  2. […] Jadi program drilling yang baik harus memperhitungkan tidak hanya kedalaman dimana akan dijumpai target-target eksplorasinya namun juga memperhitungkan geologi di daerah yang akan dilakukan pengeboran. Konsekuensi selanjutnya adalah parameter-parameter engineering lainnya juga harus memperhitungkan ketidak pastian ini dengan yang saya tuliskan sebelumnya sebagai adabtable design. Misal: Jenis batuan yang dijumpai, tekanan batuannya, berat lumpur, serta program casing, cementing dll. […]

  3. […] Nah design yg fleksible atau dengan alternative design merupakan salah satu cara yg paling baik. Kalau kemarin saya menyebutkan sebagai “adabtable well design” : https://rovicky.wordpress.com/2006/06/25/adabtable-well-design-and-unsolved-mystery/ […]

  4. Pressure profile ya ada lah. Porong-1 dan juga sumur2 sebelahnya juga banyak. Tapi tentunya ini data konfidensial buat mereka.
    Kecuali yg sudah di publikasikan 🙂

  5. wah ndak usah muluk2 knowledge base. Saling berbagi dan sharing pengalaman aja dah cukup kok.

  6. Kang Vicky,

    Ada info pressure profile di daerah kejadian atau deketnya nggak ?

  7. Trims buat respondnya, akhirnya Mas Rovicky menyentuh “kedigdayaan uncertainty” dan pentingnya lesson learnt. Andai…..Ya andai kita saling share lesson learnt demi kemashalatan. Meski tetanggan atau bahkan tinggal di satu negara, Pun dapetnya “data buruk” atau “informasi/ sejarah tidak cantik” tentulah tidak mudah, udah untung setahun sekali dapet di acaranya IPA, IATMI atau SPE. Laah pie buat “expert systems” atau boro boro “Knowledge Base”.

    -AN “at Oman”-

Tinggalkan komentar