Kalau anda pernah baca tulisan yang pertama disini tentang awal kejadian Lusi alias Lula, maka saat ini sedang terjadi bencana tahap ketiga yaitu tahap problem sosial dan mungkin membahayakan sisi politis. September tahun lalu masih banyak yang menganggap Lumpur ini sebagai limbah dan bahkan semacam tailing, namun saat ini sudah banyak yang mengerti apa itu Mud Volkano. Artinya sudah banyak perkembangan atau ada sisi pembelajaran bersama atas kejadian kecelakaan industri yang berkembang menjadi gejala alam saat ini.
Mengapa saat ini ditangani BPLS – Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo yang diketuai seorang berlatar belakang militer ?
Saya melihatnya bahwa saat ini (April 2007) Lusi ini dinyatakan bahwa masalah utamanya adalah masalah sosial politik (+ ekonomi). Hal ini dengan diputuskannya pembentukan BPLS. Setelah tugas Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo (Timnas PSLS) berakhir, pemerintah membentuk Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) untuk menangani lumpur Sidoarjo. Masalah fisik atau semburannya sudah dianggap tak mungkin ditangani baik penanganan di subsurface (bawah permukaan) maupun surface (permukaan) sudah kewalahan sehingga yang “saat ini” harus dikendalikan ya masalah poleksos-nya.
Coba kita tengok langkah-langkah yang sudah diambil tahap demi tahapnya
Pilihan/Langkah pertama dahulu adalah menangani bawah permukaan, ditangani Dr Rudi Rubiandini dkk, karena pada saat itu beliau mencoba memulai dari penanganan bawah permukaan dengan Relief Well. Langkah ini diambil setelah hampir bersamaan ketika para geoscience angkat tangan, menyerah menyatakan bahwa gejala ini adalah gejala Mud Volkano. Waktu yang ada pada Tim Relief Well yg dipimpin Pak Rudi memang hanya sangat pendek dan sepertinya sudah didahului dengan semburan hydrothermal pada bulan Agustus. Coba baca lagi tentang kelahiran Lusi. Sehingga kita melalui proses ini dengan terlambat, tapi ya daripada disalahin nantinya kan terlambat daripada tidak sama sekali. Dan paling tidak banyak data-data yg dikumpulkan beliau tentang bawah permukaan. Dan selanjutnya masih dipakai oleh TimNa. Sayangnya luka baru yang terjadi terlambat ditangani sehingga menjadi infeksi. Luka koreng ngga bisa disembuhkan dengan obat merah saja 😦
Pilihan/Langkah kedua ditangani Timnas dipimpin Pak Basuki utk menangani permukaan. Lagi-lagi langkah ini sebenarnya overlapping dengan langkah/pilihan pertama. Pada waktu Pak Rudi sedang menjalankan tugas dengan relief well, Timnas juga sudah bekerja menangani permukaan. Karena memang langkah utama Timnas adalah “menyelamatkan manusia” Lihat keppres ttg pembentukan Timnas. Namun lagi-lagi kita berantem dengan tidak mengetahui kekuatan serta perilaku lawan.
+ 😀 : “Coba Le, bayangken kalau kita melawan gajah yang hanya kelihatan buntutnya saja. Bisa-bisa kita sesumbar … ah dibikin sop buntut saja malah enak. Lah iya looh … kalau kita lihat buntut gajah dengan buntut sapi ga mudah membedakannya, iya kan ?
– 😦 :”Wah bikin laper Dhe”
Pemilihan penanganan permukaan dengan dipilihnya Pak Basuki dari Departemen Kimpraswil (Pkerjaan Umum) ini sakjannya ya sudah tepat. Wong kita sudah kewalahan dengan penanganan bawah permukaannya jeh 😦 . Sehingga penanganan permukaan harus diintensifkan. Timbulnya semburan2 hingga lebih dari sepuluh pada saat dilakukan pengeboran Relief Well itu menunjukkan bahwa lumpur pemboran yang semestinya dipakai untuk sirkulasi dalam proses pengeboran, malah nyemprot kemana-mana. Lihat saja foto semburan bubbles ini disini.
Pada saat akhir kerja Timnas ini dilakukan percobaan insersi Bolton (Bola Beton atau nama kerennya HDCB – High Density Chain Ball). Pemasukan bola beton ini dimaksukan untuk “mengurangi” debit aliran lumpur. Dan yang terjadi beberapa pasca penyemplungan Bolton ini adalah berhentinya semburan selama 30-35 menit. Ini cukup mengagetkan. Apakah benar ini efek dari Bolton ? Tidak ada yang berani melakukan atau memberikan verifikasi. Apalagi kemudian terjadi luapan lumpur sehingga sempat mematikan roda transportasi di Porong. Bahkan munculnya suara sumbang “menuduh” bolton yang yang menyebabkan luapan mematikan transportasi bergema dan menghentikan kegiatan insersi bolton.
Lagi-lagi … kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan siapa sebenernya lawan main kita.
Pilihan/Langkah ketiga dengan dibentuknya BPLS dipimpin Pak Sunarso dari militer. Pada hari Senin tanggal (9/April 2007) di Jakarta, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 14/2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo untuk menggantikan Tim Nasional Penanggulangan Luapan Lumpur Sidoarjo. Melalui Keputusan Presiden Nomor 31/M/2007 diangkat kepala, wakil kepala, sekretaris, dan tiga deputi badan pelaksana tersebut.
Langkah ini jelas menunjukkan karena permasalahan semakin mengarah ke masalah sosial dan politis yang cukup serius. Pak Sunarso sudah mulai bekerja mulai pekan ini. Tugas utama beliau masih hampir sama dengan tugas TimNas namun permasalahan sudah menjadi multidimensi. Saking ngga tahunya Pak Sunarsopun siap tampil all out bahkan siap mati (wah persis seorang tentara mau maju perang).
– 😦 : “Waddduh Pak Sunarso jangan mati dulu, semburannya dimatiin dulu donk ! “
Jadi kalau anda mengikuti langkah2 yang diambil pemerintah ini sakjannya ya sudah tepat tahap-tahapnya ? Cuman rasanya kok terlambat ya.
– 😦 : “Jadi , langkahnya sudah tepat ya ? walaupun, jelas kita melihat bahwa Lusi (gejala alam) ini tidak mengikuti langkah-langkah yang sudah diambil pemerintah gitu ya Pakdhe ”
+ 😀 : Ojo sembrono kowe le … bandel tenan kok Lusi ini. Masalah Lusi ini tidak akan selesei dalam beberapa tahun mendatang bahkan bisa berkepanjangan”Quote tulisan pertama :
Penanganan banjir lumpur
Bencana banjir lumpur ini berbeda dengan bencana pencemaran tumpahan minyak Exxon dengan muntahnya minyak dari kapal tanker Exxon-Valdez pada tahun 1989 dan juga berbeda dengan bencana industri PLTN Chernobyl. Kedua bencana terakhir ini juga sama-sama dipicu oleh kegiatan manusia, namun jumlah bahan polutan, serta semua parameter teknis awalnya sangat “terukur”. Kita tahu jumlah minyak mentah yg tumpah sebanyak 11 juta gallon, kita tahu secara teknis berapa bobot mati serta konfigurasi dari kapal Exxon-Valdez. Demikian juga dengan parameter-parameter awal dari Chernobyl, kita tahu jumlah bahan-bakar nuklir yang ada, kita tahu konstruksi bangunan PLTN ini. Dalam hal bencana banjir lumpur lapindo ini, kita berhadapan dengan sebuah bencana alam yg tidak diketahui kondisi teknis awal apa yang ada dan yang terukur dengan pasti. Semua parameter berada dibawah permukaan berupa parameter yg sifatnya interpretatif.
Kesamaannya adalah, efek serta dampak lingkungannya menjadi mencengangkan ketika kita tidak mampu mendeteksi apa yg bakal terjadi selanjutnya. Exxon-Valdez maupun Chernobyl menjadi sebuah kecelakaan yg tidak mampu ditangani oleh manusia, demikian juga keluarnya lumpur dari perut bumi ini. Kedua contoh kecelakaan diatas menjadi sebuah bencana mirip seperti bencana banjir lumpur ini ketika tidak dapat dikontrol lagi, dan banyak pula yang menyetarakan tingkat kebencanaannya (uncontrolled).
Karena yg keluar ini merupakan produk alami. Penanganannya semestinya sama dengan menangani proses alam yang lain, penanganan sebuah bencana alam bukan penanganan kecelakaan industri. Secara mental kita harus berpikir bahwa banjir lumpur ini sudah merupakan bencana bukan lagi saatnya berpikir sebagai
kecelakaan kerjaataukecelakaan industrilagi. Namun sekali lagi saya tidak mau menyentuh aspek hukum maupun politis, karena kompetensi saya bukan disitu.
So what next ?
Apa kira2 masalah selanjutnya ata langkah yg mesti dilakukan ?
Seperti yang ditulis beberpa kali diatas adanya “ketidaktahuan” kita dalam menangani Lusi. Selain baru pertama kali terjadi di Indonesia bahkan didunia (sebagai kelahiran Mud Volcano-Gunung Lumpur), Lusi ini saat ini menunjukkan gejala-gejala alamiahnya. Salah satu penanganan setiap gejala alam adalah engerti perilakunya. Langkah-langkah yang sebaiknya diambil adalah menyelamatkan manusia yang ada disekitarnya sambil melakukan riset, pengukuran, pengamatan seperti layaknya melihat gejala volkanisme biasa. Ya, saya menyarankan seperti mengamati aktivitas Gunung Api. Ya seperti mengamati aktifitas gunung api. Barangkali mengundang kawan-kawan dari volkanologi untuk melakukan studi banding langkah-langkah pendekatan geologi-geofisika dalam mengamati perilaku gunung api.
Selamat bekerja Pak Sunarso !
Filed under: Dongeng Geologi, Semburan Lumpur |
SEPUTAR SEMBURAN LUMPUR PANAS
Saya sampaikan pengamatan sementara seputar semburan lumpur panas lapindo semoga
menjadi masukkan yang sangat penting, adapun beberapa hal yang saya sampaikan
berikut antara lain :
PUSAT SEMBURAN DITENGGELAMI BETON.
Efeknya adalah getaran di dalam dari tenggelamnya beton. Sedangkan pada sumur pusat semburan tanah didalamnya sensitif akibat dari kebocoran pengeboran. Penumpukan beton akan mengakibatkan air bertekanan tinggi yang menghasilkan lumpur panas menerobos dan menggerus tanah disekitar pusat semburan. Sehingga terjadi pelebaran diameter yang mengakibatkan semburan makin besar. Pelebaran diameter juga dapat diakibatkan karena lamanya waktu semburan yang hampir selama 4 tahun. Kalau pusat semburan makin besar mungkin semburan liar yang terjadi berkurang itu karena air bertekanan tinggi lebih cenderung fokus pada ruang yang lebih besar (pusat semburan). Kalau semburan liar yang terjadi setelah pelebaran diameter itu merupakan air bertekanan tinggi terperangkap dalam jumlah yang sangat kecil sehingga semburan liar yang terjadi berlangsung dalam waktu yang tidak lama. Tentang semburan liar terjadi suhunya tidak selalu tinggi itu karena air bertekanan tinggi mengalami kapilaritas (peresapan) sehingga air bertekanan tinggi tidak mampu keluar dan hanya memberikan gaya pada air tanah sehingga yang keluar kepermukaan hanya air tanah yang bersuhu rendah
(beberapa semburan liar yang terjadi suhunya rendah dan berlangsung pada waktu yang tidak lama)
FENOMENA SEMBURAN BERHENTI BEBERAPA SAAT
Itu merupakan penumpukan beton dengan diameter dengan ukuran bervariasi. Karena terjadi penumpukan maka semburan berhenti beberapa saat. Ketika semburan berhenti beberapa saat akibat penumpukan beton, lumpur panas hasil air bertekanan tinggi tidak bisa keluar dan menyebabkan penggerusan lapisan lempung oleh air bertekanan tinggi yang dapat membentuk wadah lumpur, sementara itu air bertekanan tinggi terus-menerus diberikan dari kebocoran pengeboran maka air bertekanan tinggi terus-menerus memberikan gaya pada wadah lumpur, karena volume lumpur sangat besar dan air bertekanan tinggi terus-menerus diberikan dari kebocoran pengeboran, cepat atau lambat lumpur panas hasil air bertekanan tinggi akan keluar. Sementara itu tanah disekitar pusat semburan sensitif akibat suhu tinggi dan getaran dari tenggelamnya beton. Sehingga dengan mudah daerah ini (pusat semburan lebih cenderung dilalui) penumpukan beton tidak lebih kedalaman 200m karena pusat semburan yang terjadi tidak pindah .
KEGAGALAN MENGHENTIKAN SEMBURAN LUMPUR DENGAN BERAT JENIS LUMPUR YANG LEBIH TINGGI
Selain karena kehabisan lumpur dengan berat jenis lumpur yang lebih tinggi, faktor lain yang mempengaruhi adalah suhu didalam yang sangat tinggi, sehingga lumpur dengan berat jenis yang lebih tinggi juga ikut tergerus.
TENTANG SEMBURAN YANG AKAN DIPREDIKSIKAN BERHENTI DALAM WAKTU 31 ATAU 100 TAHUN.
Tidak ada yang bisa memprediksikan kapan semburan akan berhenti karena tidak ada yang mengetahui pasti berapa energi yang dipakai untuk menghasilkan semburan lumpur panas. Kalaupun semburan berhenti dari waktu diprediksikan tidak menutup kemungkinan dalam radius beberapa meter akan mengalami ambles atau longsor secara besar-besaran dan dampak lainnya akan menghadang dimasa yang akan datang
PERTANYAAN SAYA
a) Bagaimana bisa pusat semburan jaraknya 150m dari pengeboran ?
b) Apakah pada waktu tertentu pusat semburan memuntahkan atau mengeluarkan lumpur dengan volume lumpur yang lebih banyak ? Mengapa ?
c) Apakah pada mata air penduduk sekitar pusat semburan air asin ? Mengapa ?
Kebocoran pengeboran menyebabkan air bertekanan tinggi diantara partikel pasir menekan ke samping telah memberikan ruang gerak air bertekanan tinggi. Sehingga air bertekanan tinggi membuat daerah untuk dilalui. Dan dalam perjalanan mulanya air bertekanan tinggi melewati pori-pori dan meresap yang menyebabkan penggerusan sehingga air bertekanan tinggi membentuk sebuah daerah untuk dilalui, untuk mnghentikan kebocoran rasanya sangat sulit karena air bertekanan tinggi dalam waktu hampir 4 tahun sudah membuat daerah yang lebih luas bergerak. Lakukan pengeboran kembali diantara pusat semburan dengan pengeboran lama sesuai standart pengeboran, sebelum elakukan pengeboran baru tarik garik lurus antara pusat semburan dengan pengeboran lama cari jarak idealnya melaui perhitungan. Bor hingga kedalaman kebocoran, tentukan juga titik potong kedalaman pengeboran baru. Lumpur yang dihasilkan mengandung gas-gas asam yang beracun, semua upaya penanggulangan sudah maksimal, terpaksa menghentikan semburan dengan reaksi kimia, masukkan senyawa kimia ALKALI (HIDROKSIDA) agar bereaksi dengan fluida yang naik dari pusat semburan, masukkan dari pengeboran baru.
volume senyawa ALKALI (HIDROKSIDA) yang dimasukkan lebih dari atau sama dengan volume debit lumpur yang dikeluarkan dari pusat semburan.
Untuk memilih senyawa ALKALI(HIDROKSIDA), tentukan dengan viskositas lumpur, suhu lumpur, berat jenis lumpur dan ukuran partikel lumpur atau sesuaikan dengan pertanyaan saya pada nomor 5 poin b dan c. Gerakan fluida karena under grund akan membantu penghomogenan
Untuk penentuannya sebagai berikut:
A = ½ x B x C x D
E
F² = B²-C²+D²
ketrangan:
A = Jarak ideal untuk melakukan pengeboran baru (m)
B = Kedalaman kebocoran pengeboran (m)
C = Jarak antara pusat semburan dengan pengeboran lama(m)
D = Diameter pipa yang digunakan untuk melakukan pengeboran baru (m)
E = Debit perhari dari pusat semburan (m3)
F = Kedalaman kebocoran (m)
Untuk pengeboran baru tidak lebih atau sama dengan kebocoran pengeboran lama.
(kalau mungkin ada penentuan lain). Kalau bisa dimasukkan dari pengeboran lama tidak perlu melakukan pengeboran baru karena bisa langsung bereaksi. BAGAIMANAPUN CARANYA YANG PENTING SENYAWA ALKALI BISA BEREAKSI DENGAN SUMBER NAIKNYA FLUIDA
Kalau dalam dalam waktu hampir 4 tahun bisa menenggelamkan sekian desa kalau dalam beberapa tahun kedepan berapa desa lagi yang akan tenggelam, ( maaf saya tidak bisa mengirimkan gambarnya melalui email,bila perlu bisa difaks-kan ).
untuk tamabahan.
Lumpur yang naik kepermukaan suhunya tinggi dengan disertai gas-gas beracun, NaOH mungkin yang efektif untuk bereaksi dengan fluida yang naik( kalau ada senyawa lain yang lebih efektif)
prinsip dari metode ini adalah mengendapkan dan menetralkan fluida yang bersuhu tinggi disertai gas-gas beracun.. NaOH yang dimasukkan akan bereaksi dengan fluida, NaOH juga dapat mengendapkan unsur-unsur logam berat yang ada dalam fluida. . Efek dari metode ini mungkin adalah mata air penduduk sekitar, pH mata air penduduk akan sedikit meningkat. (pertanyaan pada poin c) (mungkin ada senyawa lain yang lebih ekfetif).
Kalau bisa Sebelum melakukan metode tersebut pastikan sumur yang dilakukan pengeboran miring dalam keadaan tdak berfungsi agar senyawa yang dimasukkan hanya fokus tertuju pada pusat semburan dan beberapa semburan yang terjadi disekitarnya
(bisa disampaikan pada ahlinya)
Pengamatan saya hampir 4 tahun dan kejanggalan beberapa teori untuk semburan lumpur panas lapindo :
TEORI UNDERGRUND
Harusnya ada 2 pusat semburan diarah berlawanan diantara lokasi pengeboran.
TEORI MUD VULCANO / DANAU LUMPUR
Tidak dapat di pungkiri lumpur yang keluar berasal dari lapisan lempung akibat penggerusan air bertekanan tinggi.
TEORI GEMPA BUMI
Kalau menurut pengaruh gempa diyogyakarta harusnya terjadi gerakan spontan. Begitu gempa diyogya berlangsung, harusnya beberapa menit efeknya juga berimbas pada pusat semburan. Tapi yang terjadi selang waktu 2 hari (bila diizinkan saya bisa langsung dijelaskan dilokasi )
FENOMENA PUSAT SEMBURAN MENGELUARKAN MINYAK
Jika diizinkzn saya ingin menanyakan kapada pihak pengebor yang dulu dan ahli geologi untuk memperkuat dugaan saya. Mungkin pertanyaan ini bisa bermanfaat.
KESIMPULAN SAYA DALAM PENGAMATAN HAMPIR 4 TAHUN
Berdasarkan fakta dilokasi kejadian sulitnya upaya penaggulangan karena kemiringan naiknya fluida
jika terbentuk endapan dan fluida netral (pusat semburan tidak mengeluarkan gas-gas) dengan ditambah senyawa alkali berlebih maka secara tidak langsung endapan hasil reaksi akan menekan pergerakan fluida.
Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kalau kata-kata saya berikut sedikit menyinggung dan kritik.
Menghentikan aliran fluida dengan menyuntikan semen. Berapapun ribu ton semen yang disuntikan pasti akan terseret oleh aliran fluida, ditambah lagi lebih cenderung akan menyebabkan semburan baru.
JIKA DIIZINKAN DAN DIBERI KESEMPATAN SAYA BISA JELASKAN SEMUANYA LANGSUNG DILOKASI KEJADIAN
Bila perlu lakukan prcobaan sederhana dengan prosedur sebagai berikut:
1. Buat tempat lempung / clay dengan panjang (dalam skala dilokasi kejadian) dan lebar seperlunya.
2. Bawah tempat lempung berikan zat cair secukupnya (sesuai unsur/ karekteristik fluida yang
naik kepermukan dilokasi kejadian) dari luar tempat lempung (fluida menekan kesamping).
Bila
3. Masukkan wadah dalam bentuk tabung hingga fluida menekan kesamping (dalam skala dilokasi kejadian)
atau lebih dalam lagi.
4. Buat kebocoran wadah tabung (dalam skala dilokasi kejadian)
5. Berikan suhu dan tekanan sesuai dilokasi kejadian
(bila perlu diatas lempung beri air untuk membuktikan semburan liar yang terjadi dilokasi kejadian)
6. Amati yang terjadi
7. Lakukan prosedur dari tulisan poin 6 dan untuk tambahan
8. Amati yang terjadi
9. Bila perlu lakukan prosedur diatas dengan menyuntikan semen atau menambahkan lumpur dengan berat jenis yang lebih tinggi atau bisa juga membuktikan bagaimana ditenggelami beton.
memang tidak dibenarakan memasukkan bahan kimia secara sengaja kedalam namun bila cara tersebut benar dapat dilakukan karena dampak lingkungan dan dampak sosial sudah sangat memprihatinkan.
tanggul hanya bisa menahan luapan lumpur sementara, jangan sampai terjadi peristiwa yang seperti disitu gintung
semoga uang negara tidak bangkrut krn menutupi musibah yang dihasilkan Lapindo (ingat anggaran semua Departemen dah bnyk dipangkas) tuk perusahaan kesayangan Bakrie tsb.
pertanyaan paling penting pakde :
1. berapa luas tangul lumpur yg bisa dibuat ?
2. kalau waduk lumpur sudah tidak muat, arahnya adalah menggelontorkan ke laut bukan ? bagaimana caranya dan apa dampak terburuknya, wilayah mana yg pertama kena ? laut bagian barat atau bagian utara ?
3. kalau surabaya dan madura berhasil dihubungkan via jembatan suramadu, keuntungan atau kerugian apa yg bisa tumbul dgn adanya lumpur ini ?
4. pasuruan sekarang ini [kawasan industri PIER] udah bangkrut karena pabrik pabrik di sana siap siap relokasi. wilayah mana saja yg akan mendapat keuntungan relokasi. gresik ? mojokerto ? mana yg lebih strategis ?
Pembuatan tanggul tentusaja bukanlah hal sia-sia. Karena kalau dibiarkan akan menularkan dampak ke tempat yang ebih luas dan dampaknya akan muncul saat ini juga. Namun harus disadari bahawa pembuatan tanggul merupakan tindakan menumpuk potensi bahaya. Diaman ada saat mencapai titik kritis yang harus dikelola nantinya.
Tahap penyeleseian tuntass tentunya sulit dibuat karena proses ini akan berjalan lama dengan rentang waktu yang sangat tidak pasti. Sehingga yang diperlukan adalah pengelolaan bukan penyeleseian.
Dan skali lagi harus disadari bahwa tanggul ini hanyalah penanganan DARURAT dan bersifat sementara.
Tanya pakde, apakah pembuatan tanggul yang ditinggikan secara terus menerus tidak hanya buang2 uang dan waktu saja? Karena kok menurut saya yang masih awam ilmu pergeologian, itu hanya menjadi ‘bom waktu’ yang akan menimbulkan ‘lumpur bah’ ketika akhirnya tanggul tidak dapat menahan beban lagi. Apa tidak ada jalan lain yang lebih ‘tidak membahayakan’?
nice blog..
cuma ada yang kurang di dalam tim itu yaitu tidak diikutkannya wakil masyarakat/tokoh masyarakat di Sidoarjo. Ingat waktu dipegang yang terdahulu juga tidak melibatkan masyarakat dalam perencanaannya sehingga masyarakat melakukan demo menutup jalan porong, jalan tol dsb. Ini terjadi karena mereka tidak pernah tahu rencana tim. Kalau mereka demo jangan-jangan nanti dikira malah mengganggu tim, terus tim ‘metu sungute’, dst dst
yang jadi masalah besar sekarang itu dampak sosial yang terjadi saat ini sudah sangat kompleks pak dhe. orang2 ga mau dipindahin dari wilayah situ. emang sih klo dengan ganti rugi yg layak mungkin masyarakat situ mau aja pindah, tapi harus berapa banyak dana yang harus dikeluarin.
oh iya pak dhe kira2 radius berapa meter dari titik semburan daerah yg harus di amankan?
menurut saya sih sekarang tim harus bekerja cepat untuk bisa menggati jalur jalan raya porong dan rel kereta api.